Monday, July 26, 2021

10. Sigbin

 

(Sumber Gambar Ilustrasi : https://encrypted-tbn0.gstatic.com)


Sigbin merupakan makhluk dalam mitologi Filipina, konon mereka keluar pada malam hari untuk menghisap darah korban dari bayang-bayang manusia. Dikatakan pula bahwa mereka berjalan mundur dengan kepala diturunkan antara kaki belakangnya, dan memiliki kemampuan untuk menjadi tidak terlihat untuk makhluk lain, terutama manusia. 

Ia menyerupai seekor kambing hornless, tapi memiliki telinga yang sangat besar yang dapat bertepuk seperti sepasang tangan dan ekor panjang yang fleksibel yang dapat digunakan sebagai cambuk. 

Sigbin dikatakan memancarkan bau busuk yang menyengat. Makhluk ini diyakini keluar dari sarangnya selama Pekan Suci, mereka akan mencari anak-anak dan akan membunuhnya lalu hati mereka akan diambil dan dijadikan jimat. Kebanyakan cerita dan penampakan banyak berasal dari daerah Cebu. Menurut legenda, ada keluarga yang dikenal sebagai pawang Sigbin yaitu memiliki kekuatan untuk memerintah makhluk-makhluk ini.


9. Kaperosa atau White Lady

(Sumber Gambar Ilustrasi : https://s.kaskus.id)


White Lady tak lain tak bukan adalah jenis hantu perempuan yang sering terlihat di daerah pedesaan dan terkait dengan beberapa legenda tragedi lokal. Legenda White Lady bisa ditemukan hampir di seluruh dunia, termasuk di Filipina. Konon, mereka adalah wanita yang kehilangan atau dikhianati oleh suami, pacar atau tunangan. Mereka sering dikaitkan dengan garis keluarga individu atau dikatakan sebagai pertanda kematian mirip dengan setan. White Lady atau Kaperosa biasanya menampakkan diri di gedung-gedung kosong, dekat hutan dan tebing. 

Namun, hantu wanita ini paling sering dikabarkan terlihat di sepanjang Balete Drive di kota Quezon. Kaperosa adalah seorang wanita muda yang dibunuh oleh dua tentara Jepang selama Perang Dunia II. Sementara cerita lain melaporkan bahwa Kaperosa seringkali menjadi penyebab kematian untuk kasus kecelakaan mobil. 

Beberapa pengemudi seringkali melihat hantu itu di kaca spion mereka atau melihat seorang wanita muda duduk di kursi belakang dengan mengenakan gaun putih.


8. Manananggal

(Sumber Gambar : https://upload.wikimedia.org)


Manananggal adalah makhluk mitos dari Filipina, digambarkan sebagai simbol kejahatan, pemakan manusia dan raksasa pengisap darah atau penyihir. Ia merupakan sosok mengerikan, menakutkan, sering digambarkan sebagai wanita, dan mampu memutuskan tubuh bagian atas dan tumbuh sayap seperti kelelawar yang besar untuk terbang saat malam hari untuk mencari korban. 

Kata Manananggal berasal dari kata tanggal, yang berarti “untuk menghapus” atau “memisahkan”. Dalam kasus ini, “orang yang memisahkan diri”. Nama ini juga berasal dari sebuah ungkapan yang digunakan untuk batang tubuh terputus. Mitos Manananggal populer di wilayah Visayan di Filipina, terutama di provinsi barat Capiz, Iloilo, dan Antique. 

Konon makhluk ini sangat membenci bawang putih dan garam. Mereka juga dikenal sangat benci pada belati, cuka, rempah-rempah dan ekor ikan pari, yang dapat dibentuk sebagai cambuk.


7. Kumakatok

(Sumber Gambar Ilustrasi : data:image/jpeg;base64)


Kumakatok juga merupakan hantu mitologi dari Filipina. Jika tengah malam pintu rumah ada yang mengetuk itu adalah Kumakatok yang berwujud 3 sosok berkerudung, 1 wanita cantik dan 2 pria tua. Tidak ada cerita bagaimana Trio Kumakatok itu dibentuk, yang pasti mereka datang untuk menjemput anggota keluarga yang berada di dalam rumah yang pasti akan meninggal. Hantu ini tersebar di seluruh pelosok Filipina. 

Tidak ada mantra atau penangkal yang bisa menjauhkan mereka, membiarkan pintu tak dibuka pun tak bisa membantu, Kumakatok datang mengetuk dan pergi dan akan ada anggota keluarga meninggal setelahnya. Legenda mengatakan bahwa kunjungan dari mereka merupakan pertanda bahwa seseorang di dalam keluarga akan segera mati. Tidak ada gambar-gambar atau jimat yang digantung yang dapat menjauhkan mereka. Membiarkan pintu tidak terjawab juga tidak membantu. Mereka tetap mengetuk dan pergi dan kemudian seseorang tetap akan mati segera setelahnya.


6. Tikbalang

(Sumber Gambar : https://2e.aonprd.com)


Tikbalang juga makhluk mitologi dalam cerita rakyat Filipina. Konon makhluk ini senang tinggal di pegunungan dan hutan di Filipina. Ia digambarkan memiliki tubuh tinggi dan kekar seperti manusia dengan tungkai panjang. Selain itu ada pula yang menggambarkan mereka memiliki kepala dan kaki binatang, terutama tubuh kuda. Tikbalang kadang-kadang diyakini sebagai transformasi dari janin yang digugurkan. 

Di daerah utara, Tikbalang dianggap gangguan tetapi umumnya tidak berbahaya. Mereka senang membuat wisatawan bingung dan membuat para wisatawan tersebut membayangkan hal-hal yang tidak nyata. Wisatawan dapat dengan mudah menghentikan olok-olok dengan membalikan kemeja mereka dari dalam keluar dan meminta Tikbalang untuk berhenti mengganggu mereka. 

Kisah Tikbalang dari daerah selatan yang menggambarkan makhluk tersebut seperti raksasa yang jahat. Dia memiliki mata merah menyala, sebuah cerutu besar dan bau rambut terbakar. Ketika marah (dan dia mudah marah), Tikbalang akan menginjak Anda sampai mati. Untuk menjinakkan binatang itu, seseorang harus mencabut salah satu dari tiga rambut yang sangat panjang ditemukan surainya. Setelah itu, Tikbalang akan menjadi budak Anda. Lebih mengejutkan lagi ada cerita rakyat yang menyatakan bahwa ketika matahari bersinar melalui awan ketika sedang hujan, maka ada sepasang Tikbalang yang akan menikah.


Sunday, July 25, 2021

5. Matruculan

(Sumber Gambar : data:image/jpeg;base64)


Matruculan juga merupakan salah satu dari makhluk mitologi dalam cerita rakyat Filipina, yang digambarkan suka menyerang ibu hamil. Konon Matruculan senang membunuh wanita dan memakan janinnya (meskipun beberapa cerita mengatakan bahwa baik ibu dan bayi, keduanya akan dimakan). Versi lain dari Matruculan adalah bahwa ia membunuh ibu hamil, membuka perutnya dan makan janin di dalam. Untuk melindungi ibu dan janinnya, maka seorang suami harus mengayunkan balisong atau pisau kupu-kupu, di atas perut wanita saat dia melahirkan.


4. Tiyanak

(Sumber Gambar :  https://stoicaswang.files.wordpress.com)


Tiyanak atau juga dikenal sebagai Tianak, tak lain tak bukan adalah sosok vampir dalam mitologi Filipina. Tiyanak ini mirip dengan sirene mitologi Yunani yang memikat mangsanya dengan suaranya. Makhluk penghisap darah ini memiliki wujud menyerupai bayi baru lahir atau anak kecil. Tiyanak akan menyamar menjadi bayi dan menangis untuk menarik perhatian manusia. Ketika seorang manusia mendekatinya, maka dia akan berubah ke wujud aslinya dan mengisap darah orang tersebut. 

Konon Tiyanak juga senang menyerang wisatawan yang tersesat, atau menculik anak-anak. Beberapa cerita mengatakan orang yang mengembara tanpa tujuan dalam pencarian untuk mencari bayi dan akhirnya tersesat. Sementara itu, cerita lain mengklaim bahwa orang yang menemukan bayi di tengah hutan, ketika diangkat, si bayi kemudian berubah menjadi raksasa besar dan bergigi tajam. Kemudian Tiyanak memakan orang itu dan berubah kembali menjadi bayi untuk menunggu korban berikutnya.

3. Duwende

(Sumber Gambar : data:image/jpeg;base64,/9j)


Duwende merupakan makhluk seperti manusia kecil yang hidup di bawah tanah. Ada dua jenis Duwende. Pertama, Duwende Putih yang diduga jenis makhluk yang membawa keberuntungan tentang kebaikan, dan Duwende Hitam yang merupakan Duwende yang ingin bermain dengan manusia. Konon mereka sering tinggal di rumah, di pohon-pohon, tanah, gundukan atau bukit, dan di daerah pedesaan. Mereka dikenal baik dan nakal, tergantung pada bagaimana pemilik rumah memperlakukan mereka. Mereka biasanya keluar pukul 12 siang selama satu jam dan pada malam hari. 

Pada umumnya mereka hanya berinteraksi dengan manusia ketika rumah mereka terganggu. Sebagai contoh, seorang petani baik yang merawat lahannya mungkin dihargai oleh Duwende Putih dengan kelimpahan yang lebih besar tanaman dari biasanya. Namun, seseorang yang menendang sebuah sarang semut dekat rumah, mungkin Duwende Hitam akan menghukum dengan berbagai penyakit, dari bibir sumbing sampai testis membengkak. Cara terbaik untuk menghindari Duwende adalah mengatakan “tabi-tabi po” keras sebelum memasuki ruangan mereka.


2. Kapre

(Sumber Gambar : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images)


Kapre adalah raksasa seperti genderuwo atau buto ijo dengan mata yang bersinar. Biasanya mereka ditemukan sering duduk di atas pohon menunggu malam tiba, untuk menakuti anak-anak yang berada di luar rumahnya larut malam. Kapre adalah raksasa Filipina unik karena ia tidak mencuri janin, makan orang atau memotong mereka. Kapre hanya suka menakut-nakuti anak-anak dan menertawakan mereka karena ketakutan. 

Beberapa cerita mengklaim mereka benar-benar makhluk yang sangat ramah yang dapat memberikan harapan jika Anda menemukan batu ajaib di sekitarnya. Salah satu pertanda kehadiran sosok Kapre adalah di dekatnya segala sesuatu akan bergoyang meski tidak ada angin atau Anda akan melihat asap samar-samar dari atas pohon. 


1. Aswang

Biasanya cerita tentang hantu didapatkan secara turun-temurun ke anak cucu mereka hingga sekarang dan tak menutup kemungkinan juga disaksikan secara langsung oleh orang yang melihatnya. Sejumlah makhluk mitologi menyeramkan memang sangat menarik untuk dibahas, begitu pula dengan hantu-hantu menyeramkan dan mengerikan yang populer di Filipina ini.

Meskipun tak semua orang dapat meyakini tentang adanya hantu di dunia ini, namun tak ada salahnya juga untuk memantau hantu seram yang telah sejak lama populer di negara Filipina.

Lantas seperti apa saja seramnya hantu-hantu yang bergentayangan tersebut? Berdasarkan pantauan dari Wikipedia, ada beberapa diantaranya yang akan membuat Anda merinding seketika. Mari kita simak kisah selengkapnya berikut ini.



(Sumber Gambar : https://statics.indozone.news)


Aswang merupakan makhluk mirip vampir dalam mitologi Filipina. Penjajah dari Spanyol menyebutkan bahwa Aswang adalah makhluk yang paling ditakuti oleh rakyat Filipina. Mitos Aswang dikenal di seluruh wilayah Filipina, kecuali di daerah Ilocos. 

Mitos ini sangat populer di daerah-daerah Visaya barat seperti Capiz, Iloilo dan Antique. Aswang kadang-kadang digambarkan sebagai campuran vampir dan penyihir dan hampir selalu berwujud perempuan. Mereka kadang-kadang diceritakan sebagai monster dengan sayap yang mengepak keras. 

Secara umum, mereka membentuk manusia di siang hari dan kemudian saat malam hari mereka berubah menjadi anjing, babi, kelelawar, kucing, ular, dan jenis hewan lain, tergantung pada pengetahuan regional. Mereka masuk ke rumah duka dan mencuri mayat-mayat baru. Mereka juga suka masuk rumah untuk minum darah manusia dan bisa membuat orang menjadi Aswang dan membuat manusia untuk menggigit mereka kembali. 

Menurut cerita masyarakat, Aswang yang lapar sangat suka dengan janin manusia. Bahkan banyak yang selalu menjaga atau berpatroli di depan rumah wanita hamil untuk melindunginya dari binatang liar yang berkeliaran (karena Aswang kerap kali menyamar sebagai binatang).


Thursday, July 15, 2021

Moloch di Wahana Ghost Train

(Foto Tragedi Ghost Train di Australia)


Pada sekitar bulan Juni 1979, keluarga Godson pergi rekreasi ke taman bermain bernama Luna Park. Kedua anaknya ingin sekali naik wahana Ghost Train, semacam wahana roller coaster anak yang bertema hantu. Akhirnya, ayah dan kedua anaknya mengunjungi wahana Ghost Train tersebut. Jenny, sang ibu, memutuskan untuk membeli es krim sambil menunggu suami dan anak-anaknya.

Namun, setelah ia kembali dari membeli es krim, ia melihat wahana itu mengeluarkan asap yang menandakan bahwa Ghost Train kebakaran. Suami dan kedua anak Jenny tidak selamat dalam kejadian itu. Beberapa waktu setelah kejadian, Jenny melihat foto yang diambil dari wahana Ghost Train saat insiden tragis itu berlangsung. Ia melihat sosok menyeramkan dengan wajah seperti iblis bertanduk duduk di sebelah anak kecil. Diduga sosok iblis bertanduk itu adalah Moloch, iblis jahat yang senang membakar anak kecil sebagai tumbal.


Tuesday, July 13, 2021

Hantu Korban Amuk Massa



Aku baru saja pindah kost, karena aku diterima kerja disalah satu department store terkemuka di  kota ini. Aku mencari tempat kost disekitar  tempat aku kerja agar bisa berhemat, meski sebenarnya agak mahalan dibanding tempat kost yang terletak di pinggiran tapi biaya transportasinya termasuk mahal, bila dihitung hitung kost di pinggiran ditambah ongkos bus pergi pulang malahan lebih tinggi, apalagi bila nanti aku mendapat shift malam, wah bisa tekor karena jenis angkutan menjadi lebih terbatas. Kost di tengah kota juga kurasa lebih aman apalagi bila mesti pulang malam, bukan takut hantu atau sejenisnya tapi lebih khawatir pada kejahatan saja. Kalau soal hantu mah dilawan pakai doa-doa juga bakalan kalah, kalau orang? Tentu sebagai perempuan tenagaku kalah jauh.

“Wah, baru jam segini kok sudah mandi?” Tanya  Sari teman  satu kamarku. Yah kami memang berbagi kamar agar lebih berhemat uang kost.

“Iya nih, kan mau kerja, aku mendapat jadwal shift kedua untuk seminggu ini!” Jelasku sambil  mengeringkan ujung-ujung rambut  yang basah terkena air dengan handuk.

“Oh iya.... Aku lupa, minggu kemarin kan kamu dapat shift pagi.“ Seru  Sari sambil menggaruk garuk  kepalanya yang tidak gatal.

Sari masih kuliah di sebuah universitas di kota ini, dia sudah melebihi  jatah semesterannya, tapi karena ada yang mesti dia ulang untuk memperbaiki nilai, dia terpaksa menambahnya. Jadi tidak banyak jadwal kuliah yang mesti diikuti, hanya saja dia banyak tugas dan mesti mempersiapkan skripsi.

“Nggak ada kuliah hari ini?” Tanyaku sambil duduk disudut ranjang. Kulihat Sari  tiduran di tempat tidurnya.

“Nggak ada, cuma ada tugas yang harus dikerjakan... Tapi rasanya kok malas banget, ntar malam aja deh!” Jawab dia tampak ogah ogahan.

Aku tersenyum, “Ya, terserah kamu aja.” Ucapku pendek sambil beringsut ke meja rias untuk mempersiapkan diri.

Wah enak dia itu, tidak perlu memikirkan bagaimana mencari uang, setiap bulan orang tuanya sudah mentransfer sejumlah uang ke rekeningnya. Tidak seperti aku, selepas lulus sekolah menengah atas aku harus berjibaku mencari peluang kerja. Orang tuaku bukan termasuk orang yang berpunya, dengan anak yang  banyak sejumlah lima orang, terpaksa kami semua hanya berhenti di SMU saja. Untuk bisa kuliah harus bisa mencari dana sendiri. Aku mengikuti jejak kak Eka, kakakku yang pertama. Dia kuliah sambil bekerja. 

Memang berat untuk membagi waktu, tapi karena tergolong anak yang cerdas kakakku itu berhasil juga. Dia bisa lulus diploma tiga sekertaris tepat waktu, sekarang dia menikmati hasil jerih payahnya. Dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan asing yang cukup besar di kota. Kak Eka juga sanggup untuk kost sendiri tidak mesti berbagi dengan orang lain. Bahkan dia bisa membantu ibu di kampung dengan mengirim sejumlah uang secara rutin tiap bulannya.  

Rencanaku dalam setahun ini aku bekerja dulu dan uangnya ditabung buat persediaan biaya kuliah yang katanya besar, selanjutnya aku akan mencari  sekolah yang bisa selaras dengan jadwal pekerjaanku. Pokoknya kerja dan kuliah harus berjalan seiring, aku juga akan mengambil jurusan yang cepat dan mudah untuk bekal mencari kerja kelak. Mungkin aku akan ambil program diploma seperti kak Eka.

Setelah selesai merias diri, aku pamitan kepada Sari  sambil melambaikan tangan. “Aku berangkat dulu ya!” 

“Pulang jam berapa nanti?”  seru Sari dari tempat tidurnya.

“Paling sekitar jam sepuluh.” Jawabku pendek sambil menutup pintu kamar kost.

Untung  kost ku ini agak longgar, kami masing-masing mempunyai kunci pagar dan pintu utama. Aku memang memilih yang demikian. Sebagian besar penghuni kost ini karyawati swasta dan mahasiswi tingkat akhir yang sering kali harus pulang malam karena mencari bahan untuk menyelesaikan tugas, lembur atau bahkan shift malam kayak aku ini.

Kubuka gerbang besi depan, lalu aku berjalan menyusuri trotoar. Aku cukup berjalan kaki beberapa ratus meter  untuk sampai ke department store tempat aku bekerja.

“Hai, Wulan... Tunggu!” Teriak seseorang dari belakang menyebut namaku. Aku menengok ke arah suara itu, ternyata  Ani teman kerjaku  baru saja turun dari bus kota dan berjalan cepat untuk menyusulku.

“Hai...” Jawabku sambil melambaikan tangan. Aku diam  berdiri menunggu dia datang kepadaku.

“Tumben naik bus kota?” Tanyaku membuka pembicaraan. Biasanya Ani diantar suaminya bila berangkat  kerja dan pulangnya pun dijemput.

“Iya nih..... Motor mas Ari lagi rusak, sekarang masih ada di bengkel!” Jawab Ani sambil terengah engah mengatur napas. Memang sore ini masih terasa sangat panas. Maklum musim kemarau jadi meski sudah sore, sinar matahari masih terpancar dengan garangnya.

“Tapi katanya nanti malam mau jemput kok.”  Lanjutnya.” Sekarang dia lagi di bengkel  buat mengecek motornya, kata yang servis sih sudah bagus dan bisa diambil.”

“Ya... Syukurlah!” Jawabku pendek.

Kami melanjutkan jalan sambil berbincang bincang mengenai hal-hal yang ringan di seputar keseharian kita saja. Tak terasa sampai juga di pintu masuk tempat kami bekerja. Seperti rutinitas biasanya, aku langsung menuju ke divisiku di bagian busana, sedang Ani ke bagian sepatu. Lalu kami larut dengan pekerjaan kami. Saat jam pulang kerja aku bergabung dengan kerumunan karyawati lainnya di pintu keluar khusus karyawan, kami bersiap meninggalkan gedung ini. Ada yang berjalan kaki seperti aku, ada juga yang menunggu  jemputan, sebagian lagi  membawa motor sendiri. Baru berjalan beberapa jengkal, tangan seseorang  menepuk bahuku. Ternyata Ani.

“Loh, belum dijemput?” Tanyaku melihatnya sendirian saja tidak ada suaminya.

“Wah payah.... Suamiku barusan telpon dia agak terlambat  menjemputku, karena motornya dipinjam Yoga adiknya dan baru saja dikembalikan.“ Ujar Ani  bersungut sungut.

“Temenin aku dong....” Pintanya sambil menahan tanganku.

“Tapi.....” Baru aku mulai akan bicara keenggananku dia sudah memotongnya.

“Sebentar saja kok, lagian kostmu kan lumayan dekat ditengah kota.... Aman deh. Kamu juga pernah cerita kan kalau kamu ada kunci gerbang plus kunci pintunya sendiri. So... Nggak apa-apa kan?” Bujuk nya seperti memaksa, lanjutnya, “Kita tidak menunggu disini kok, kita menunggu disana  tuh!”

Kuikuti arah tangannya, ternyata tangannya menunjuk ke sebuah cafe yang baru saja dibuka. Cafe itu buka sampai tengah malam begitu yang aku dengar.

“Tenang saja, aku yang traktir!” Rayunya lagi sambil merangkulku dan setengah memaksaku mengikuti langkahnya.

“Nggak sayang tuh uangnya?” Tanyaku dengan tujuan agar dia tidak jadi mampir ke cafe. Sudah malam dan capek rasanya.

“Sesekali menyenangkan diri apa salahnya sih?” Ucapnya mempertahankan pendapatnya dengan bercanda.

Aku tersenyum lalu mengangguk, kupikir nggak ada salahnya aku sesekali menyenangkan diri, selama ini aku sangat ketat menabung untuk bekal meraih cita-cita, jadinya aku jarang bahkan tidak pernah membelanjakan uang untuk hal-hal yang sekiranya kuanggap hanya memenghambur hamburkan semacam makan minum di cafe. Mending makan di warung... Jauh lebih murah... heheheh. 

Tapi kali ini kan aku akan ditraktir Ani, jadi tidak ada salahnya mengiyakan ajakannya. Lumayan bisa makan minum gratis, Toh aku tidak perlu cemas, seperti kata Ani tadi aku kost ditengah kota, kunci pun aku bawa sendiri. Di kota ini malam hari pun masih terlihat banyak aktivitas, jalanan tetap ramai meski nggak seramai siangnya. Kostku juga tidak jauh dari jalan utama, banyak kost kostan di sekitarnya. Sering aku mendapati beberapa teman kostku pulang larut malam bahkan dini hari, mereka ok ok saja tidak masalah. Aman katanya.

Sesampai di cafe, kami sengaja mencari kursi yang berada di teras sehingga kami bisa melihat suasana jalan di depan kami duduk.

“Kita duduk disini saja, biar nanti kalau mas Ari datang menjemputku dia langsung tahu.” Kata Ani. Dia lalu mendorong kursi keluar dari kolong meja. Aku pun juga demikian. Tak lama kemudian pelayan cafe datang menghampiri meja kami, ia menyodorkan dua buku menu kepada kami.

“Tidak duduk di dalam mbak? Ada acara life music lho!” Sapa si pelayan ramah.

“Disini saja mas, mau cari angin nih... Gerah!” Tolak Ani halus, padahal sebenarnya dia duduk disini karena menunggu jemputan.

“Baiklah mbak, mau langsung pesan atau mau dibaca baca dulu?” Tanya pelayan itu lagi.

“Kami baca-baca dulu ya!” Jawab Ani.

Pelayan itu mengangguk lalu meninggalkan kami. Kuambil buku menu yang ada di hadapanku, ani juga mengambilnya. Aku membacanya dari halaman pertama sampai terakhir sekalian mengamati harga-harga yang tertera... Heheheh.... Buat pengetahuan standard harga cafe berapa.

“Kamu mau makan minum apa?” Tanya Ani sambil menutup buku menu.

“Terserah saja, aku ikut kamu!” Jawabku diplomatis, aku memang selalu mengikuti orang yang mentraktir aku, bukannya tidak mau memilih tapi aku mesti tahu diri.

“Kita pesan menu yang sama saja yach?” Ucap Ani sambil tangannya melambai ke arah pelayan.

“Pesan chocholate milkshake dua, bruchetta dua dan satu french fries.“

Pelayan itu segera mencatat pesanan Ani, kemudian ia membaca nya untuk memastikan pesanan kami itu. 

“Cafe ini baru beberapa hari buka lho.” Kata Ani setelah pelayan itu meninggalkan kami berdua.

“Tapi sudah lumayan ramai tuh!” Ucapku  sambil mataku melihat-lihat sekeliling, ada beberapa pasangan duduk di teras seperti kami, terus juga ada beberapa orang di dalam tapi aku kurang tahu pasti jumlahnya.

“Ya iyalah... Kan ini malam minggu!” Seru Ani. 

Melihat keterkejutanku Ani mulai meledek, “Makanya punya pacar biar tahu arti malam minggu.... Hahaha.”

“Yaach... Belum ada yang nembak nih..... Cariin dong!” Balasku dengan bercanda, sebenarnya aku belum begitu tertarik untuk memiliki pacar, prioritasku saat ini adalah melanjutkan kuliah dan merenda masa depan.

“Santai sajalah.... Kalau jodoh tak kan kemana. Ntar kalau sudah waktunya pasti akan datang sendiri!” Ucap Ani bijak.

Tidak begitu lama pesanan datang di meja, kamipun lalu makan minum sambil bercerita hal-hal ringan. Disela sela kami makan, handphone Ani berbunyi.

“Hallo mas.... Iya ini aku menunggu di cafe  cendawan.... Iya... Iya...!”  Lalu ia menutup HPnya.

“Sebentar lagi  mas Ari datang, tapi nggak usah terburu buru... Santai saja!” Kata dia kepadaku.

Benar saja, sesaat setelah kami selesai makan  dan membayar di kasir, mas Ari -suami Ani- datang menghampiri. Kamipun lalu keluar bersama. Sebenarnya aku ingin berjalan sendiri saja toh jalan juga masih ramai, tapi Ani bersikeras  mengantarku sampai kost. Akhirnya Aku dan Ani berjalan kaki menuju rumahku sedang mas Ari naik motor pelan-pelan mengikuti langkah kami.

“Akhirnya sampai juga!” Seruku begitu sampai pintu gerbang.

“Makasih ya sudah mau menemaniku!” Ucap Ani sambil menyodorkan tangan, aku langsung menyambut tangannya. Setelah aku berjabat tangan dengan suaminya juga, Ani kemudian naik boncengan. Lalu mereka menjalankaan motornya, kulihat Ani melambaikan tangan ke arahku, akupun membalasnya.

Kuambil  set kunci dari dalam tas, gembok yang melingkari  handle gerbang pagar besi itu aku buka, setelah aku masuk aku segera menggemboknya kembali. Aku cukup menjulurkan kedua tanganku dari balik jerujinya. Aku bermaksud  berbalik menuju pintu utama, tapi mendadak hidungku menangkap bau anyir yang teramat menusuk. Kulihat sekeliling, dari gerbang besi menuju pintu utama memang ada halaman yang cukup luas, dari luar orang tidak akan mengira ada kost-kostan disini karena sama pemiliknya memang dirancang demikian. 

Setelah pagar jeruji besi, dibiarkannya halaman luas ini membentang, katanya sih kalau ada dana mau dibuat ruko dan akan disewakan pula. Selanjutnya ada tembok pembatas yang dipasangi pintu utama untuk memasuki  ruang-ruang kost kami. Jadi  tempat kami tinggal  kami ini dikelilingi pagar tembok yang cukup tinggi. Kembali ke bau anyir itu aku mencoba mencari tahu dengan cara mengelilingi halaman ini, tapi rupanya bau itu asalnya dari balik pagar besi, tepatnya di sisi sebelah pojok kiri pagar yang berbatasan dengan gang masuk  menuju pemukiman penduduk. Aku tidak berani keluar pagar, maklum jalanan mulai sepi. Dari dalam pagar aku mencoba mengamatinya, tapi aku tidak menemukan apa-apa. Cahaya yang temaram karena lampu jalan terletak di sebelah ujung kanan sisi pagar, membuatku kesulitan untuk melihat suasana disitu. Namun sesaat kemudian mataku dikejutkan dengan bayangan seseorang  yang duduk terpuruk di sudut gang. Kudengar dia merintih kesakitan. Sepertinya dia mau meminta pertolongan. Aku tidak berani keluar siapa tahu orang itu berpura pura saja?  Aku khawatir saja, sesaat aku terdiam memikirkan apa yang harus kuperbuat, bagaimana kalau orang itu benar-benar membutuhkan pertolongan? 

“Sebentar ya, aku cari pertolongan Pak Sastro!” Seruku kepada sosok itu. Kupikir lebih baik aku melapor ke Pak Sastro penjaga kost ini, itu akan lebih aman.

Aku bermaksud berlari menuju pintu utama untuk selanjutnya meminta pertolongan Pak Sastro, tapi suara rintihan itu mendadak menghilang tergantikan suara mobil yang tepat berhenti di depan pagar. Ternyata Anita penghuni kost yang lain datang, dia menumpang mobil travel. Ini kesempatanku keluar melihat apa yang tadi barusan aku lihat. Aku segera membuka gembok dan membukanya.

“Anita, tunggu aku sebentar ya....!” Seruku sambil berlari kecil menuju ujung pagar besi dekat gang itu.  Anita seperti bingung dengan tindakanku itu, tapi kemudian ia disibukkan dengan mengambil  barang dari bagasi mobil di belakang dengan dibantu sopir travel.

Namun aku tidak menemukan apa-apa. Di ujung gang ini aku hanya melihat jalanan yang tertutupi tanah, sepertinya ada yang menabur tanah di sekelilingnya. Akupun kembali, kupikir tadi mungkin cuma halusinasiku saja karena sudah malam dan sendirian pula.

“Ada apa sih?” Tanya Anita kebingungan campur ingin tahu.

“Oh... Kupikir tadi  ada kelebat apa gitu... Ternyata cuma kucing.” Jawabku berbohong. Malu ah... Ntar dikirain aku mengada-ada.

“Huuu... Kirain apa... Bikin jantungan aja!” Ujar Anita sambil tertawa kecil. 

Setelah membantu Anita memasukkan barang-barang bawaannya dan mengunci kembali pagar besi itu, kami berdua berjalan memasuki  kamar kami masing-masing.

Esoknya aku bangun agak kesiangan, maklum semalaman aku masih kepikiran dengan yang aku alami, aku merasa yakin kalau aku mendengar dan melihat orang yang merintih kesakitan. Meski tidak bisa melihat dengan jelas tapi aku bisa menangkap sosok bayangan orang itu.

Seusai mandi, aku bergegas mau masuk kembali ke kamar untuk merapikan diri, selanjutnya aku bermaksud keluar untuk  mencari sarapan. Tapi  langkahku terhenti begitu kulihat beberapa penghuni kost asyik di ruang tamu dekat pintu utama. Kuhampiri mereka.

“Ada apa sih... Serius amat? Ada gosip baru ya?” Tanyaku sambil ikut bergabung sebentar. Siapa tahu ada yang belum beli sarapan kan bisa berangkat sama-sama. 

“Ini mah bukan gosip... Tapi realita non... Realita!” Ucap Yuli salah satu dari mereka.

“Wowww.... Apaan tuh?” Aku penasaran, mereka pasti ngerumpi membicarakan salah satu anak kost, tapi ternyata perkiraanku salah.

“Kemarin petang ada orang mampus di depan kost kita. Dihajar masa  karena kedapatan mencopet . “  kata Lila berapi rapi.

“Benar, katanya saat polisi datang orang itu sudah jadi bulan bulanan massa.”  Tambah Yuli tak kalah sengit.

“Mampus tuh orang... Dasar pencopet!”  Teriak teman yang lain.

“Aku cuma melihat ceceran darah di dekat pagar, tapi kemudian orang-orang menaburkan tanah di atasnya.” Sela Fifi sambil  mendekap badannya sendiri, raut mukanya memancarkan kengerian.

Aku terdiam mendengar penjelasan teman temanku, jantungku pun seakan berhenti berdetak. Aku bergidik mengingat kejadian tadi malam. Jadi yang aku lihat semalam :  hantu korban amuk massa. Hiiii... Tiba-tiba aku merasa dingin dan gemetaran.


Thursday, July 1, 2021

Keranda Mayat Berjalan Sendiri

(Gambar hanya Ilustrasi, bukan tempat kejadian sebenarnya)


Kisah ini aku alami sepuluh tahun yang lalu, ketika aku sedang menjaga ibuku yang sedang dirawat di sebuah Rumah Sakit Umum di Magelang. Ketika tengah malam tiba, aku sudah mulai merasa kelelahan dan tidak bisa tidur. Kemudian aku duduk-duduk di pinggir koridor rumah sakit sambil menyelonjorkan kaki. Ketika itulah aku mengalami hal aneh yang tidak pernah akan terlupakan, aku melihat sebuah keranda mayat yang berjalan sendiri di koridor itu. 

Berikut ini kisahnya.

Waktu itu, aku sedang menjaga ibuku yang dirawat di rumah sakit karena sakit liver. Saat tengah malam aku tidak bisa tidur, aku keluar kamar dan ke koridor utama Rumah Sakit Umum itu untuk menghirup udara segar. Karena tengah malam, suasana koridor sangat sepi, hanya beberapa orang yang terlihat duduk-duduk di samping koridor. Lalu aku juga duduk di samping koridor utama itu.

Sambil duduk aku membaca buku cerita ko ping ho yang sengaja aku bawa untuk menemaniku di kala aku sendiri. Sesekali aku menoleh kiri kanan untuk sekedar melihat suasana, lalu meneruskan membaca cerita. Karena di koridor utama, sesekali aku melihat para perawat maupun dokter melintasi di depanku.

Satu jilid buku cerita ko ping ho telah kubaca habis. Beberapa saat kemudian, rasa kantuk mulai menghinggapiku. Kulihat jam tangan butut kesayanganku menunjukkan waktu 02.20 dini hari. Mataku sudah perih, sudah tak kuat melanjutkan untuk membaca sambungan cerita ko ping ho pada jilid berikutnya. Berkali-kali sudah aku menguap. Ingin rasanya aku merebahkan badan ini, tapi tak mungkin aku lakukan di koridor itu.

Karena kelelahan duduk menekuk kaki, tak sengaja aku menyelonjorkan kaki. Aku tak menyadari kalau kakiku akan menghalangi atau paling tidak mengganggu orang yang melintasi. Tiba-tiba aku melihat ada keranda mayat berjalan ke arahku. Aku tak memperdulikannya karena hal itu biasa terjadi di rumah sakit. Keranda mayat itupun melintasi di depanku. Aku cuek saja.

Setelah beberapa saat baru aku menyadari ada sesuatu yang aneh. 

“Mestinya kakiku yang terselonjor akan menghalangi jalannya keranda itu, dan orang yang mendorong keranda pasti menegurku,” kataku dalam hati. 

“Tapi kenapa keranda itu berjalan tanpa terganggu atau terhalangi kakiku?” tanyaku pada dirku sendiri.

Ya. Aku ingat, keranda mayat itu melintasi di depanku dan melindas kakiku tapi aku tidak merasakan terlindas apa-apa, dan keranda mayat itu berjalan sendiri tanpa ada orang yang mendorongnya. Mulai muncul rasa takutku, aku sedkit merinding sampai berdiri bulu kudukku. 

Lalu aku bediri dan berjalan mendekati dua orang yang juga duduk di pinggir koridor yang tak jauh diriku, lalu aku bertanya kepada mereka, 

“Maaf Pak, barusan melihat ada keranda mayat yang lewat di sini kan?”

“Nggak ada Mas, dari tadi yang lewat di sini cuma ada beberapa perawat saja, saya lihat dari tadi mas asyik baca buku sendirian di situ, kok tiba-tiba tanya keranda mayat. Memangnya ada apa Mas?” Orang yang terlihat lebih tua menjawab sambil bertanya kepadaku.

Sejenak aku bingung, “Kok mereka tidak melihat ada keranda mayat yang barusan lewat, aneh.” kataku dalam hati. 

Aku dikagetkan dengan pertanyaan orang yang lebih muda, ”Ada apa Mas, kok kelihatannya seperti orang kebingungan?” 

Akupun segera menjawab, “Nggak, nggak apa-apa, bener bapak tidak melihat keranda mayat tadi?” tanyaku kembali kepada mereka. 

“Bener Mas, saya tidak melihat, memangnya kenapa?” tanya orang yang lebih tua.

“Tadi saya melihat ada keranda mayat lewat di depan saya, kan kaki saya selonjor ke depan, mestinya kan kaki saya menghalangi rodanya, tapi keranda itu melintasi seperti tanpa terhalang apa-apa, dan kaki saya juga tidak merasa terlindas roda keranda itu. Dan lagi, keranda itu berjalan sendiri, tdak ada orang yang mendorong Pak,” kataku menjelaskan.

“Waduh, pasti hantu itu,” kata orang yang lebih muda sambil merapat ke orang yang lebih tua. 

“Ya sudahlah, nggak usah dipikir Mas, namanya juga di rumah sakit. Ada hantu di rumah sakit sudah jadi rahasia umum Mas, sudah biasa,” kata orang yang lebih tua.

“Ah, biasa bagaimana, aku nanti pagi pulang, nggak mau nginep di rumah sakit lagi, takut,” kata orang yang lebih muda. 

“Kamu ini kenapa takut, mas ini yang melihat saja tidak takut, kenapa kamu yang tidak melihat malah takut? Ya nggak Mas?” kata orang yang lebih tua.

“Ya sebenarnya agak merinding juga sih, tapi mau bagaimana lagi? Namanya juga harus menjaga ibu.” jawabku.

La Planchada