Malam itu, aku dan suami hendak berangkat ke resepsi pernikahan teman kami. Dalam undangan tersebut, kami dapat undangan yang jam 20.00 – 21.00. Jadi, dari rumah kami berangkat jam 19.30 dengan mengendarai mobil pribadi. Dalam perjalanan, tiba-tiba handphone-ku berbunyi...
“Halo... dik Rini ya?“Sapaku.
Rini adalah anak tetanggaku yang malam itu aku mintai tolong untuk menjaga Dhoni, anakku satu-satunya yang baru berumur 5 tahun. Sebenarnya tadi mau aku ajak ke acara resepsi, tapi karena acaranya malam hari dan dia baru saja sembuh dari sakit panas makanya aku tinggal di rumah.
“Iya... tante, ini Rini... “Belum selesai Rini menjawab, aku sudah memotongnya....
“Ada apa dik Rini? Dhoni rewel ya?“ Tanyaku agak khawatir
“Enggak kok tante, Dhoni baik-baik aja. Dia sudah tidur di kamarnya tante...” Jawab Rini
“Oh iya syukurlah kalau begitu....” Lanjutku dengan perasaan lega.
“Begini tante.... ntar tante pulangnya jam berapa ya? Soalnya barusan ibu Rini kesini kasih kabar kalau bisa ntar sebelum jam 22.00 Rini bisa pulang, karena tadi ada kabar dari kampung kalau nenek meninggal. Dan rencana kami mau pulang kampung naik bis malam yang berangkat jam 22.00 malam ini tante....” Tanya Rini penuh harap
“Oh... iya dik Rini, tante usahakan. Ini dah nyampe kok di tempat resepsi. Ntar tante kasih ucapan selamat pada kedua mempelai terus langsung pamit pulang aja biar dik Rini punya waktu untuk bersiap-siap.” Jawabku.
Sesampai di pesta resepsi kami pun segera menuju ke tempat kedua mempelai dan mengucapkan selamat sekalian berpamitan untuk segera pulang dengan alasan Dhoni di rumah sendirian.
Di perjalanan pulang, agar cepat sampai rumah kami pun memilih lewat jalan pintas yang melalui dua pemakaman umum. Sebenarnya waktu pulang suamiku sudah putuskan ingin lewat jalan raya, tetapi aku membujuk suamiku agar lewat jalan pintas karena aku takut terlambat sampai rumah karena sudah janji dengan Rini. Jauh sebelum kami melewati kuburan itu mobil sudah mogok entah kenapa tapi syukurnya ada warga yang mau membantu mendorong mobil kami sehingga perjalanan pun dapat di teruskan.
Dalam perjalanan aku terus baca-baca doa dalam hati karena takut mobilku macet lagi dan terlambat sampai rumah. Namun, dalam jarak 50 meter dari arah kuburan tiba-tiba badanku terasa lemas banget pertanda ada kejadian yang tidak kami inginkan akan terjadi. Benar juga, sesampai di jalan yang ada kuburannya tiba-tiba mesin mobil pun mati mendadak. Tapi mobil tetap melaju karena suamiku sengaja meng-kopling agar melaju terus melawati jalan tersebut tanpa turun. Tapi apa yang terjadi?
Mobil kami pun berhenti di tengah-tengah jalan yang di pinggirnya langsung kuburan. Aku pun merasa ketakutan, karena pemakaman disini memang terkenal angker. Tiba-tiba suamiku menyuruhku agar tetap berada dalam mobil, karena suami akan mendorong mobil ke pemukiman warga terdekat untuk minta bantuan.
Ketika suamiku turun dari mobil untuk mendorong mobil, pada saat membuka pintu mobil tiba-tiba tercium bau anyir campur aroma bunga-bunga kamboja dan kemenyan.
“Tunggu mas.... mas merasa mencium bau-bau aneh tidak?“ Tanyaku dengan penuh ketakutan
“Tidak tuh... ah sudahlah Ma. Jangan berpikiran yang bermacam-macam. Tidak ada apa-apa kok. Mama tunggu aja di dalam dan aku akan mendorong mobil sampai pemukiman situ...” Kata suamiku mencoba menenangkanku.
Kegiatan dorong mendorong mobilpun dilakukan suamiku sendirian dan aku di dalam mobil terus membaca baca doa, berharap tidak ada makhluk yang akan menampakkan diri. Perasaanku pun semakin takut teringat cerita-cerita seram tentang kuburan tersebut dari ayahku dan teman-temannya yang dulu sering lewat sini kalau malam. Keringat pun bercucuran kayak orang sedang mandi. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara-suara aneh, wah pikiranku jadi semakin tidak karuan. Aku mencoba melirik suamiku dari spion. Aku melihat suamiku sedang susah payah mendorong mobil.
“Ah kasihan juga suamiku....” Pikirku.
Beberapa saat kemudian aku merasa mobil tidak bergerak lagi. Aku mencoba menengok ke belakang.
“Lho mana suamiku.” Kataku dalam hati. “Apa mas Anto baru istirahat ya...” Lanjutku dalam hati. Kulihat sekeliling, sangat sepi.
“Mas... mas.... dimana kamu.” Teriakku memanggil suamiku..
“Aku disini, di belakang... tunggu istirahat dulu bentar.” Teriak suamiku dari luar dengan suara yang agak terengah-engah.
“Syukurlah....” Kataku dalam hati.
Tidak lama kemudian tiba-tiba terdengar suara kaca mobil belakang diketuk-ketuk.
“Ah mungkin suamiku butuh sesuatu.” Pikirku sambil menengok ke arah belakang.
Begitu aku menengok ke belakang.... alangkah terkejutnya diriku...
Kulihat wajah suamiku rusak berat penuh darah, matanya melotot ke arahku dan bajunya terlihat compang camping... Saat itu pun juga aku tak sadarkan diri....