Thursday, May 27, 2021

Boneka Batu

(Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi)


Liburan kali ini aku habiskan untuk berlibur di rumah paman di Magelang. Pamanku tinggal di perkampungan dimana di daerah itu merupakan pusat aneka kerajinan yang terbuat dari batu. Pamanku sendiri adalah seorang pemahat batu yang banyak dikenal orang karena hasil karyanya yang rapi dan mengagumkan.

Sore itu aku berjalan-jalan bersama keponakanku ke toko-toko aneka kerajinan khas Magelang. Pada saat jalan-jalan, aku dan keponakannku melihat boneka lucu yang terpajang di etalase salah satu toko kerajinan tersebut. Karena kami tertarik, maka kami mencoba memasuki toko itu dan mulai melihat-lihat boneka itu. Ternyata boneka itu terbuat dari batu, namun diolah sedemikian rupa sehingga mirip boneka kayu. Rambutnya panjang dan matanya sipit, mirip boneka okiku dari Jepang. Karena harganya tidak begitu mahal, akhirnya boneka itu kami beli.

Sesampainya di rumah, boneka tersebut kami taruh diatas meja belajar yang terletak di kamar tidur keponakannku. Boneka itu kami beri nama Okiku karena memang mirip dengan boneka Okiku.

Suatu malam aku terbangun karena perasaan yang tidak enak. Aku mencoba membuka mataku tapi mataku terasa berat sekali. Ketika aku berhasil membuka mata, aku melihat ada yang aneh di atas tempat tidurku. Aku melihat Okiku sedang menari di atas tempat tidurku. Tiba-tiba Okiku menghentikan tariannya setelah aku memperhatikannya. Kemudian Okiku menatapku dengan tajam (meskipun matanya sipit, tapi tatapannya sangat menyeramkan) kemudian Okiku itu tertawa. Tampak gigi-giginya yang runcing dan berwana merah tidak rata seperti habis meminum darah. 

Aku ingin berteriak tapi susah sekali. Esoknya aku baru memberanikan diri bercerita kepada keponakanku. Karena sama-sama merasa ada yang aneh, akhirnya boneka itu kami buang di sungai.

Aku mulai merasa tenang dan tidak takut lagi karena setelah boneka itu dibuang, tidak ada yang mengganggu kami lagi.

Malam ini adalah malam terakhir aku menginap di rumah paman. Oleh karenanya, malam ini aku gunakan untuk mengemasi barang-barangku yang akan aku bawa pulang besok pagi. Jam 22.00 aku baru selesai berkemas dan langsung tertidur dengan pulas karena kecapekan. Di dalam tidurku aku bermimpi boneka Okiku mendatangiku dan menangis ingin kembali kepada kami. Namun, aku tidak begitu menghiraukan. Dan akhirnya boneka Okiku itu pun tiba-tiba lenyap.

Esok paginya aku bangun agak kesiangan. Setelah melihat jam sudah menunjukkan pada pukul 07.05 aku buru-buru bergegas mandi, karena jam 08.30 aku harus sudah sampai di agen travel. Selesai mandi dan bersiap-siap aku menuju meja belajar keponakanku untuk mengambil hp dan dompetku. Tapi betapa terkejutnya aku melihat boneka Okiku yang sudah kami buang di sungai kemarin kini berada di atas meja belajar tersebut.


Dihamili Makhluk Halus

(Gambar Hanya Ilustrasi)


Kisah misteri ini dialami sepasang kekasih di daerah Ciliwung. Ketika itu, Dadang dan kekasihnya, Nurul sedang melakukan perjalanan dari kota menuju kampung halaman dimana Nurul tinggal. Seminggu sekali Nurul pulang ke kampung diantar Dadang, setelah seminggu penuh Nurul bekerja di kota.

Nurul dan Dadang adalah sepasang kekasih yang sudah satu tahun ini menjalin cinta. Meski jalinan cinta mereka berdua dari hari ke hari kian akrab dan mesra, tapi keduanya telah sepakat untuk saling menghormati. Keduanya telah berjanji untuk tidak melakukan hal-hal di luar batas sebelum pernikahan.

Seperti biasa, Sabtu siang itu Dadang sengaja datang ke tempat kerja Nurul untuk menjemput dan mengantarkannya pulang ke kampung. Seperti biasanya, dalam perjalanan menuju kampung halaman keduanya selalu menyempatkan makan siang di Saung Mang Ujang. Sebuah restoran dengan suasana alam pegunungan yang sejuk. 

Dalam perjalanan menuju Saung Mang Ujang, tiba-tiba turun hujan begitu deras. Jalan aspal yang mereka lalui tampak pekat oleh guyuran air hujan bercampur kabut.

“Sebaiknya kita berhenti saja dulu, Mas!” pinta Nurul, khawatir. Hujan memang turun semakin deras. Dan jalanan pun terlihat sangat licin. 

“Iya, tapi kita berhenti dimana? Di sekitar sini jauh dari rumah pendududk. Sisi kiri kanan jalan hanyalah hamparan pepohonan!” komentar Dadang seperti bingung.

Tak lama kemudian Dadang menghentikan mobilnya di bawah sebuah pohon beringin besar yang tumbuh menjulang di sisi kiri jalan. Meski tampak samar oleh guyuran hujan berbaur kabut, tapi Nurul masih bisa melihat bahwa pohon beringin itu berada di samping gundukan tanah mirip kuburan. Di sekeliling gundukan tanah itu tumbuh beberapa jenis tanaman liar.

“Untung saja ada pohon beringin besar ini. Lumayanlah, berhenti di bawah pohon beringin ini. Mobil agak terlindung dari guyuran hujan!” Ucap Dadang lega setelah mematikan mesin mobilnya.

“Tapi aku merasa tak nyaman kita berhenti di sini, Mas. Kesannya di sini angker,” ucap Nurul meringis dengan bulu kuduk yang tiba-tiba meremang.

Sementara Nurul memperhatikan guyuran hujan dan angin yang menyapu daun dan ranting-ranting pohon raksasa itu, entah mengapa tiba-tiba saja Nurul melihat ranting dan dahan-dahan pohon beringin itu seperti memancarkan suatu kekuatan aneh yang membuatnya bergidik takut.

“Kamu tak perlu takut, Rul! Ketakutanmu mungkin karena pengaruh cuaca buruk di sekitar sini. Sebentar lagi juga hujan reda. Santai saja!” Ucap Dadang enteng sambil menggeser duduknya lebih dekat pada Nurul.

“Aku siap jadi pelindungmu, Sayang! Jangankan manusia, hantu atau makhluk halus yang berani mengganggumu akan aku labrak,” celoteh Dadang tertawa sambil mengelus-elus pipi Nurul.

Aneh, ucapan Dadang itu seperti langsung dijawab oleh suatu kekuatan yang membuat hujan mendadak turun semakin deras. Angin pun tiba-tiba bergemuruh kencang seperti hendak meruntuhkan pohon beringin itu.

Bersamaan dengan itulah, samar-samar terlihat sesosok bayangan hitam meloncat dari ketinggian pohon itu dan turun tepat di depan mobil yang mereka tumpangi. Satu detik kemudian bayangan itu berubah wujud menjadi seekor kera raksasa yang menyeringai seram.

Tapi detik berikutnya makhluk aneh itu tiba-tiba menghilang seperti di telan guyuran hujan. Anehnya, Dadang yang duduk di samping Nurul seperti tak melihat apa-apa. Malah bersamaan dengan menghilangnya makhluk itu, Dadang menjadi begitu agresif terhadap Nurul. Dadang menghujani wajah Nurul dengan ciuman dan kecupan liar, bahkan hingga di bibir dan lehernya.

Nurul pun tak mampu mengelaknya. Keduanya hanyut dalam permainan cinta. Namun Nurul merasa aneh dengan sikap Dadang yang begitu bernafsu seperti sedang kerasukan sesuatu. Tidak biasanya Dadang bersikap kasar dan liar dalam bermesraan. Dan yang lebih mengherankan, sorot matanya tiba-tiba terkesan aneh. Sorot mata yang menyala menahan gairah!

“Mas, sudahlah! Aku takut... tadi aku melihat...” ucap Nurul setengah memohon.

 Karena hari sudah mulai Maghrib, akhirnya keduanyapun membatalkan rencana makan malam di restoran Saung Mang Ujang. Keduanya lalu memutuskan untuk pulang.

Sesampainya di kampung halaman Nurul, hari sudah terlalu malam. Dadang pun diminta Ayah ibu Nurul untuk menginap. Akhirnya, malam itu Dadang pun menginap di rumah Nurul. Esoknya, suatu keanehan terjadi pada Nurul. Tiba-tiba saja perutnya membesar seperti orang yang sedang hamil 9 bulan. Dan benar juga, ketika Nurul dibawa ke dokter, sang dokter menyatakan bahwa nurul memang sedang hamil. Alangkah terkejutnya Dadang dan juga ayah ibu Nurul. Begitu juga dengan Nurul, ia langsung jatuh pingsan mendengar pernyataan dokter tersebut.

Akhirnya, Nurul pun dibawa ke pondok Kyai Ahmad untuk mendapatkan pencerahan dan pengobatan.

“Neng Nurul memang tengah hamil besar. Tapi kehamilan Neng Nurul ini tak wajar, karena pengaruh jahat makhluk halus. Makhluk halus jenis ini memang pada kesempatan tertentu bisa berbuat jahat, terlebih pada orang yang bicara sombong dan berani melakukan perbuatan tak senonoh di tempat angker di mana makhluk itu berada,” jelas Kyai Ahmad sambil menoleh ke arah Dadang.

“Apa Nak Dadang ini kekasihnya Neng Nurul?” tanyanya dengan suara bijak, sambil menatap Dadang.

“Iy... iya... saya kekasihnya Nurul. Bahkan bulan depan saya akan tunangan. Memangnya kenapa, Pak Kyai?” Jawab Dadang terkejut menerima pertanyaan yang tiba-tiba dari Kyai Ahmad itu.

Kyai Ahmad menarik nafas panjang. Mengulum senyum. Lalu berkata,

“Maaf, menurut peneropongan mata batin saya, Nak Dadang dan Neng Nurul pernah melakukan hubungan intim di tempat angker. Kalian tahu, sewaktu kalian melakukan hubungan itulah makhluk halus itu datang dan menyusup ke dalam jiwa Nak Dadang dan ikut merasakan kenikmatan hubungan yang dirasakan Nak Dadang. Sekali lagi maaf kalau terawangan batin saya ini salah!”

Kontan ayah dan ibu Nurul saling tatap mendengarnya. Ada ketidaksukaan di wajah mereka mendengar bahwa anak gadisnya, Nurul dan Dadang telah berbuat sejauh itu. Sementara Nurul dan Dadang tertunduk mendengarnya.

Penjelasan Kyai Ahmad itu bukan hanya membuat keduanya malu dan makin membuat mereka ketakutan, tetapi juga telah menghantar ingatan Nurul pada kejadian-kejadian aneh sewaktu Nurul dan Dadang hendak pergi ke restoran Saung Mang Ujang itu. Bukankah ketika itu mobil Dadang berhenti di bawah pohon beringin besar yang terkesan angker? Ketika itu juga Nurul sempat melihat sesosok makhluk aneh mirip kera raksasa, dan merasakan keganjilan pada diri Dadang saat keduanya melakukan hubungan seks. Diam-diam Nurul membenarkan penjelasan Kyai Ahmad yang panjang lebar itu.

“Lalu apa yang harus kami lakukan, Pak Kyai? Apapun syaratnya, saya akan siap! Yang penting perut kekasih saya ini bisa kempis seperti sedia kala,” ucap Dadang seolah tak sabar. Wajah tampannya bersemu merah karena menahan malu.

Kyai Ahmad tidak menjawab. Laki-laki berusia 70 tahun itu lalu mengambil suatu bungkusan dari atas lemari di pojok kamar dan berkata,

“Taburkan serbuk panyinglar ini di tempat kalian berhubungan intim waktu itu. Tapi sebelumnya, kalian harus melakoni beberapa syarat. Pertama, kalian harus bertobat dengan melakukan shalat sunnah taubatan nasuha. Lalu berpuasa selama tiga hari berturut-turut dan setiap malamnya kalian harus mewiridkan sholawat sebanyak 333 kali. Insya Allah perut Neng Nurul akan mengempis seperti semula!” Jelas Kyai Ahmad panjang lebar.

Begitulah, usai melaksanakan syarat yang disebutkan itu, Nurul dan Dadang lalu pergi ke tempat di mana pohon beringin besar itu berada. Sambil membaca shalawat keduanya lalu menaburkan apa yang disebut Kyai Ahmad sebagai serbuk penyinglar, yang bentuknya mirip tep ung putih itu di tanah sekeliling pohon beringin. 

Setelah serbuk gaib itu mereka taburkan, suatu keajaiban pun berlangsung. Bersamaan dengan selesainya Nurul dan Dadang menaburkan serbuk itu, tiba-tiba dari ranting-ranting bagian atas pohon beringin itu mengepul asap hitam yang kemudian membentuk suatu gulungan besar. Sesaat gulungan asap hitam itu bergerak-gerak ke sana ke mari, namun kemudian membumbung ke angkasa dan akhirnya menghilang di telan mega. Aneh, bersamaan dengan menghilangnya gulungan asap hitam itu, tiba-tiba perut Nurul yang masih menggelembung besar itu mengempis seperti sedia kala.

“Alhamdulillah...!” ucap Nurul dan Dadang sambil berpelukan dalam suasana haru dan bahagia.


Wednesday, May 26, 2021

Gadis Kecil Penunggu Villa

(Gambar Hanya Ilustrasi, Bukan Lokasi Sebenarnya)



Kisah tak terlupakan ini adalah kisah seram yang aku alami ketika aku masih duduk di bangku SMP. Kejadiannya terjadi ketika aku dan beberapa temanku pergi berlibur ke Dieng, Wonosobo. Kebetulan salah satu dari temanku ada yang memiliki villa di sana, namanya Andi.

Kita sampai di villa milik Andi sekitar jam 10 pagi. Dan ketika aku masuk, wuss... entah mengapa tiba-tiba semilir angin menerpa tubuhku dan hawanya tidak begitu enak. Padahal di halaman tadi hawanya begitu segar. Aku pun bertanya kepada teman-teman, apakah mereka juga merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan. Dan mereka semua ternyata tidak merasakan apa yang aku rasakan. Seketika aku pun menjadi merinding sendiri. Tapi kemudian kami langsung disibukkan dengan kegiatan beres-beres, masak, makan, dan main-main di halaman. Sehingga perasaan takut yang aku alami tadi bisa aku lupakan.

Hari menjelang petang, sebelum benar-benar gelap, kami kembali ke villa. Begitu masuk, perasaan itu kembali lagi menderaku. Auranya langsung berbeda, tapi aku berusaha santai seperti teman-temanku yang lain yang tidak merasakan hal-hal aneh.

Tepat jam 8 malam, kami kembali ke halaman untuk menyalakan api unggun. Memang, yang namanya liburan di puncak rasanya tidak akan lengkap tanpa ada acara api unggun. Namun, aku kembali merasakan hal yang aneh. Ketika api unggun mulai dinyalakan, aku merasa ada seseorang yang mengawasiku. 

Namun lama-lama aku kebawa suasana seru kumpul bareng teman-teman ku dan akhirnya perasaan aneh itu terlupakan.

Jam 11 malam, kami menyudahi acara api unggun. Tapi, sebelum tidur kami semua membereskan dahulu bekas-bekas sampah makanan dan serbuk-serbuk kayu sisa pembakaran. Pada saat beres-beres, tidak sengaja aku melihat ke arah sebuah pohon. Di bawah pohon itu berdiri seorang gadis kecil yang melihat ke arahku dengan tatapan kosong. Wajahnya pucat pasi, berbaju putih panjang, pokoknya seram sekali. Wajahnya seperti boneka dan matanya bulat kosong seperti orang sedang melamun dan juga terlihat sangat pucat.

Aku pun langsung membatu seketika itu. Tidak sanggup untuk bergerak apalagi berteriak. Seolah-olah aku sedang terhipnotis, aku hanya bisa memandangi anak itu. Teman-temanku yang melihat keanehanku langsung mendekatiku. Dalam hati aku ingin sekali berteriak dan memeberitahu mereka semua bahwa ada hantu di bawah pohon besar itu. Aku ingin semua temanku mengetahui apa yang sedang aku alami dan apa yang sedang aku lihat. Tapi mereka biasa saja, tidak bisa melihat anak itu dan aku pun masih terdiam tak bisa bergerak. 

Lama-lama badanku terasa melayang dan pandangan ku kabur. Ya, aku hampir pingsan, tapi aku masih bisa merasakan aku dibopong teman-teman dan dibawa ke kursi panjang di teras villa. Di sana aku bisa mendengar perkataan mereka. Aku ingin sekali bangun dan berkata pada semua temanku bahwa kita sedang diawasi seorang gadis kecil. Tapi aku benar-benar tidak kuat untuk bangun. 

Tapi lama-kelamaan akhirnya aku bisa bangun dan berhasil duduk. Teman-temanku langsung bertanya padaku apa yang sedang aku alami dan aku lihat.

Begitu aku mau memulai cerita, tiba-tiba gadis kecil itu muncul lagi di antara teman-teman yang sedang mengerumuni ku. Seakan melarangku untuk menceritakan keberadaannya kepada teman-temanku. Aku pun terkejut dan langsung tidak bergerak. Seketika itu pula aku jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Paginya aku sadar dan sudah berada di kamar villa. Perasaan takutku hilang sama sekali. Cuma sedikit pusing yang aku rasakan. Kami pun memutuskan untuk pulang hari itu juga. Setiap temanku bertanya tentang kejadian semalam, aku enggan untuk menjawabnya karena aku masih terbayang dan takut jika gadis kecil itu tiba-tiba kembali muncul.

Tapi sepertinya Andi tahu, dia pun meminta maaf padaku dan berkata kalau gadis kecil itu memang penunggu villa sejak lama. Mungkin karena aku dan teman-temanku baru pertama ke sana, gadis kecil itu merasa asing dan terus mengawasi kami. Dan Andi juga berkata karena aku kurang beruntung, maka hanya akulah yang bisa melihat dia. 


Wednesday, May 19, 2021

Mayat Berasap

(Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi, Bukan Kejadian Sebenarnya)


Kisah seram ini aku alami ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas lima. Aku tinggal di kampung yang penduduknya tidak begitu padat, di daerah Cimahi. Kejadian yang tak akan pernah aku lupakan ini terjadi ketika aku selesai mengaji di rumah bapak Mahfud, seorang guru yang kesehariannya mengajarkan pendidikan agama di sekolahku. 

Ketika itu akulah salah satu santri yang terakhir menyelesaikan pelajaran pada hari itu. Oleh karenanya, aku terpaksa kembali ke rumah sendirian karena teman-temanku sudah pulang mendahuluiku. Usai berpamitan dan mengucapkan salam kepada pak Mahfud, aku pun berjalan pulang. 

Malam itu suasananya agak mendung sehingga tidak tampak bulan dan bintang di langit. Hanya lampu penerangan rumah dan jalan saja yang menyinari. Itu pun tidak begitu terang karena antara rumah satu dengan rumah lainnya letaknya berjauhan. 

Entah mengapa suasana malam itu terasa lain bagiku. Bulu kudukku mulai berdiri ketika aku mulai melewati kawasan pekuburan yang konon kabarnya merupakan kawasan berhantu. Hatiku mulai berdegup kencang mengingat cerita-cerita yang digembar gemborkan oleh penduduk kampung mengenai cerita-cerita seram yang terjadi di daerah pekuburan ini.

Di tengah-tengah lamunanku, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh salah satu kuburan yang mengeluarkan asap. Aku pun mulai berkeringat dingin. Aku melihat satu mayat berasap keluar dari kuburan tersebut. Spontan aku berteriak dan dengan sekuat tenaga aku berusaha lari, tapi entah mengapa aku tak dapat menggerakkan anggota tubuhku. Tubuhku seperti terpaku di bumi di mana tempat aku berpijak. 

Mayat berasap itu pun mulai mengeluarkan suara-suara yang menyeramkan. Dan dalam keremangan malam, samar-samar aku dapat melihat wajah mayat berasap tersebut. Wajahnya sungguh menyeramkan dengan anggota tubuhnya dibaluti kain kafan dan wajahnya yang menyeringai memandang tepat ke arahku.

Pelan tapi pasti, mayat berasap itu mulai mendekatiku. Aku pun mulai mengumpulkan seluruh tenaga untuk berlari meninggalkan kawasan pekuburan tersebut. Aku seperti mendapat kekuatan dan sejurus aku pun berlari meninggalkan daerah pekuburan tersebut. Dari kejauhan aku masih mendengar suara mayat berasap tersebut tertawa seolah menertawakanku yang lari tunggang langgang karena ketakutan. 

Aku berlari begitu kencangnya hinga tubuhku terasa begitu capek hingga akhirnya aku berhenti di bawah pohon untuk beristirahat. Karena begitu capeknya tak terasa aku pun tertidur di bawah pohon tersebut. Di saat aku tertidur, aku merasa ada sesuatu berwujud cair yang menetes dari atas dan mengenai tubuhku. Setetes demi setetes jatuh mengenai tubuhku. Ku pikir itu adalah rintik hujan dan entah mengapa bau anyir pun mulai mengganggu nafasku. Aku pun spontan terbangun dan begitu terkejutnya aku mendapati baju yang aku pakai sudah penuh darah. Rupanya rintik air tadi bukanlah air hujan melainkan tetesan darah segar. 

Aku mulai melihat ke kiri, dan ke kanan untuk mencari asal darah tersebut. Dalam keadaan ketakutan yang teramat sangat, aku memberanikan diri melihat ke atas pohon. Dan alangkah terkejutnya aku ternyata mayat berasap tadi telah bertengger di atas pohon. Dalam kegelapan malam itu aku dapat melihat dua biji mata merah memandang tepat ke arahku. Tangannya mulai menjalar kebawah hendak meraih tubuhku. Seketika itu juga aku menjerit ketakutan dan spontan aku jatuh tak sadarkan diri. 


La Planchada