Thursday, April 8, 2021

Perempuan Kesepian

Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi, Buan gambar kejadian sebenarnya.


Akhir-akhir ini aku merasa sangat kesepian, tidak ada teman bicara yang bisa aku ajak cerita dan bertukar pikiran, padahal aku ini termasuk perempuan yang pandai berbicara dan tidak membosankan. Sampai akhirnya malam ini ada wanita muda yang dapat aku ajak bicara.

“Malam,” sapaku pada wanita muda berambut pendek, berbadan cukup besar yang terbaring lemah di atas ranjang tidurnya.

“Malam,” jawabnya pelan. Suaranya mengingatkanku pada masa-masa lemahku dulu.

“Baru pindah ya?” tanyaku dengan penuh kelembutan sambil berjalan menuju tempat tidurnya.

“Iya tadi sore. Dua hari yang lalu baru beres melahirkan anak kedua,” katanya dengan nada menjelaskan. 

“Oooh begitu, pantas baru lihat. Bagaimana kondisi anaknya? Sehat?” lanjutku.

“Alhamdulillah perempuan, sehat, saat lahir 3 kg. Ibu habis melahirkan juga?” tanyanya dengan antusias sambil mengangkat badannya dari posisi tidur menjadi setengah duduk dialasi oleh bantal di punggungnya.

“Iya, anak saya juga perempuan…” Dan akhirnya perbincangan kami berlanjut sampai larut malam, tak terasa 20 menit berlalu sejak perbincangan awal kami.

“Ibu kamarnya dimana ya siapa tau nanti saya bisa lihat anaknya,” wanita muda itu memandangku dengan penuh semangat, seakan menemukan teman seperjuangan.

“Lah, saya kan sekamar sama ibu,” jawabku tersenyum.

“Oh, ya… di sebelah mana?” wanita itu bertanya seakan kebingungan mencari tempat tidur yang kosong di ruangannya. 

“Itu, di sana,” aku menunjuk kasur kapuk yang dilipat rapi di atas lemari tua sebelah ranjang kosong yang letaknya hanya beberapa petak dari tempat kami berada.

“Oooh…” terdengar suara kecil dari wanita muda yang raut wajahnya mulai pucat pasi seakan tidak ingin banyak bertanya lagi. Karena perasaanku tak enak, aku sudahi pembicaraan malam ini.

“Ya sudah Bu, izin pamit mau tengok anak dulu ya, sampai jumpa besok malam. Nanti mampir ya,” aku membalikkan badan sambil tersenyum singgung dan segera keluar dari ruangan itu. Aku tak berani membalikkan badan karena perasaanku benar-benar tak enak.

Malam berikutnya, wanita muda itupun hilang. Benarkan perasaanku tak enak? Aku kesepian lagi. Tak lama setelah aku meratapi nasib, ada beberapa suster yang melewati kamarku ini. Mereka berbincang dan berbisik. Aku sungguh tak suka itu. 

Suster 1: “Tadi pagi ada ibu melahirkan pindah lagi dari ruang ini, katanya semalam ibu itu berbincang bersama wanita yang katanya mirip sundel bolong, awalnya sih manis, eh pas balik badan punggungnya busuk.”

Suster 2: “Hiii… serem, jangan-jangan itu arwah penasaran perempuan yang meninggal karena melahirkan beberapa bulan yang lalu lagi? Dulu dia kan kamarnya disini.”

Suster 1: “Eeeeh udah ah, jadi merinding, yuk ah jangan lama-lama disini.”

Hm benar kan, perasaanku tak enak. Padahal aku tak pernah berniat jahat kepada mereka semua, aku hanya ingin ada teman bicara. Sejak beberapa bulan yang lalu setelah kematianku karena pendarahan ketika melahirkan, aku benar-benar kesepian. Suamiku pergi, anakku ikut dengan suamiku. Aku disini, sendiri. Tidak bisa keluar. Tolong siapapun, temani aku.


No comments:

Post a Comment

La Planchada