Wednesday, June 16, 2021

Bertemu Hantu di Siang Bolong

(Gambar Hanya Ilustrasi)


Kisah nyata berikut ini benar-benar dialami oleh kakak sulungku, Romi. Kakakku adalah lulusan Fakultas Seni Rupa. Sudah lama dia tidak pulang ke kampung di Bantul. Sejak lulus kuliah dan diterima bekerja di sebuah perusahaan garmen terkemuka di Bandung, dia jarang pulang. Hal ini bisa dimaklumi mengingat posisinya sebagai seorang manajer desain yang super sibuk sehingga membuatnya kesulitan mencari waktu luang untuk berlibur.

Suatu hari kak Romi mendapat cuti dari kantornya. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk mudik ke kampung halamannya di Bantul. Kak Romi yang pernah menyandang gelar juara melukis ketika dirinya masih duduk di bangku SMA itu pulang dengan mengendarai mobil inventaris kantornya. Saat tiba di Bantul, mobilnya melintas di depan rumah Pak Pardi, mantan guru dan Kepala SMA-nya dulu. 

Kebetulan tanpa sengaja, mantan gurunya itu sedang ada di halaman depan rumahnya. Kak Romi segera memperlambat laju kendaraannya, kemudian membuka kaca jendela mobilnya. Mereka lalu saling bertatap muka, dan terlihat senyum ramah dari bibir sang mantan guru. Kak Romi lalu menghentikan sejenak kendaraannya.

“Assalamu’alaikum… Apa kabar Pak?” sapa kak Romi dari dalam mobilnya.

“Wa’alaikum salam… kabar baik Rom. Mampir dulu, Bapak sudah kangen sama kamu,” jawabnya spontan.

“Maaf Pak, Saya mau main ke rumah saudara dan teman dulu, nanti pulangnya pasti mampir ke sini. Mari pak, saya permisi dulu…” kata kak Romi ramah, sambil kembali menginjak pedas gas mobilnya.

Kemudian kak Romi berkunjung ke beberapa rumah saudara dan sahabat lamanya. Usai bersilaturahmi, lalu kak Romi bermaksud memenuhi janjinya untuk berkunjung ke rumah Pak Pardi, mantan kepala SMA-nya itu. Setibanya di sana, tampak pria gendut berusia setengah abad lebih yang rambutnya sudah hampir semuanya beruban itu masih terlihat berdiri di bawah pohon mangga, di tengah halaman rumahnya, sambil matanya menatap kosong ke arah jalan.

Kak Romi segera memarkir mobilnya persis di depan pagar rumah pak Pardi. Tampak mantan gurunya itu terlihat sumringah melihat kedatangan kak Romi. Lelaki tua itu segera datang menghampiri kak Romi dengan jalan sedikit tertatih-tatih.

“Alhamdulillah akhirnya kamu mau mampir juga ke rumah Bapak ya Rom,” sambut Pak Pardi sambil menjulurkan tangannya mengajak kak Romi bersalaman.

Betapa terkejutnya kak Romi ketika tangannya menyentuh tangan pria tua itu. Tiba-tiba tangannya terasa dingin sekali, seperti terkena gumpalan batu es. Sampai-sampai badan kak Romi sedikit menggigil seperti orang demam. Anehnya lagi, tercium aroma tidak sedap yang bersumber dari badan mantan gurunya itu. Rasanya seperti bau bangkai tikus yang sangat menyengat. Terpaksa dia sedikit menahan nafas demi menjaga perasaan Pak Pardi.

“Maaf Pak, rumah ini kok sepi sekali. Keluarga Bapak ada dimana?” tanya kak Romi.

“Keluarga Bapak tidak ada di sini Rom, mereka ada kesibukan masing-masing. Bapak sendiri saja di rumah. Oh… ya, Bapak masih menyimpan lukisan yang dulu pernah kamu berikan. Lukisannya masih tersimpan di dalam. Ayo kita masuk ke rumah Rom,” jawab lelaki tua itu.

Mantan guru SMA itu berjalan mendahului kak Romi dengan badan sedikit membungkuk dan kaki kanan seperti agak pincang, sehingga jalannya terlihat miring tertatih-tatih. Anehnya, pria tua itu berbelok arah ke samping rumah, tidak masuk melalui pintu depan. Kak Romi segera mengikutinya sambil tangannya memegang hidungnya untuk menahan rasa bau yang sangat menusuk hidung.

Mereka lalu masuk lewat pintu samping yang tidak dikunci. Pria itu menunjukkan sebuah lukisan yang terpasang di dinding ruang tengah, hasil karya kak Romi yang pernah diberikannya sebagai kenang-kenangan kelulusan sekolah dulu. Ada juga beberapa foto keluarga dan berbagai patung yang menghiasi ruangan itu.

Pak Pardi mempersilahkan kak Romi untuk duduk, kemudian dia pergi begitu saja ke lantai atas. Beberapa saat lamanya kak Romi dibiarkan sendiri diruangan itu sendirian. Suasana terasa agak aneh, sepi dan semilir angin yang masuk terasa dingin sekali. Bau busuk masih menyengat hidung. Sambil menunggu pak Pardi, kak Romi hanya berdiri sambil memandang beberapa lukisan dan foto yang ada di dinding rumah tersebut.

Sudah setengah jam berlalu, namun tidak ada tanda-tanda kalau pak Pardi akan turun ke bawah. Kak Romi mulai gelisah dan perasaan tidak enak mulai menghantui perasaannya, tapi dia berusaha menepisnya dengan berpikiran positif. Pertahanan kak Romi akhirnya mulai goyah, karena penghuni rumah itu lama tak muncul juga. Lalu kak Romi mengambil inisiatif mencoba memberanikan diri memanggil pak Pardi.

“Pak Pardiiiii! Pak Pardiiii! Maaf, Pak, saya tidak bisa lama-lama di sini, saya mau pulang,” teriak kak Romi sambil menatap ke arah lantai atas.

Beberapa kali kak Romi berteriak cukup keras, namun usahanya sia-sia belaka, tidak ada jawaban sama sekali dari lantai atas. Tentu saja hal ini membuat dia bertambah bingung. Akhirnya kak Romi memutuskan untuk pulang saja.

Keanehan kembali terjadi, ketika kak Romi bermaksud melangkahkan kakinya keluar rumah, tiba-tiba badannya seperti ditiup angin sehingga bulu kuduknya berdiri. Badannya mendadak tidak bisa digerakkan, seolah-olah kaku. Dalam kondisi tidak berdaya tersebut, dia teringat nasihat almarhum ayahnya agar selalu berzikir dan membaca ayat suci Al-Qur’an dimanapun dia berada, terutama jika tertimpa masalah.

Kak Romi mulai membaca dalam hati beberapa ayat suci Al-Qur’an yang dihafalnya. Ajaibnya, tiba-tiba badannya terasa enteng dan dia mulai bisa bergerak normal seperti biasa. Cepat-cepat dia keluar rumah itu menuju mobilnya, lalu tancap gas kembali ke Bandung.

Sejak kejadian ganjil tersebut, pikiran kak Romi selalu teringat kepada Pak Pardi. Dia tidak habis pikir, mengapa mantan gurunya itu tidak muncul juga saat itu. Dia bingung dan masih bertanya-tanya dalam hati, apa gerangan sebenarnya yang terjadi?

Sebulan kemudian kak Romi berkesempatan kembali ke Bantul. Kali ini dia coba berkunjung ke salah seorang mantan guru kimia waktu di SMA dulu yaitu Pak Karno. Di sana dia menceritakan kejadian yang dialaminya tersebut dan menanyakan mengapa mantan kepala SMA-nya itu berperilaku seperti itu. Tentu saja mantan guru kimianya itu terperanjat. Kemudian Pak Karno menjelaskan kepada kak Romi kalau Pak Pardi sesungguhnya sudah lama meninggal dunia, sekitar 3 tahun yang lalu karena penyakit liver. Beberapa tahun pak Pardi menderita akibat penyakitnya tersebut sampai akhirnya meninggal dunia.

Badan kak Romi kembali menggigil mengingat kejadian sebulan yang lalu, ketika dirinya mampir ke rumah Pak Pardi. Kini dia baru menyadari kalau lelaki yang berbau busuk yang ditemuinya di rumah mantan kepala sekolahnya tersebut ternyata hantu.

Sepulang dari rumah mantan guru kimianya itu, kak Romi menyempatkan diri berziarah ke makam Pak Pardi untuk mendoakan, agar arwahnya diterima dengan baik di sisi Allah SWT.


Monday, June 14, 2021

Misteri Ratu Pantai Selatan

(Sumber Gambar : https://cdn-2.tstatic.net)


Liburan sekolah kali ini kelasku mengadakan liburan ke pantai Parangtritis. Menyenangkan sekali, bisa bermain air dan pasir sepuasnya. Sayangnya guru kelasku sudah mewanti-wanti agar tidak berenang ataupun bermain air terlalu jauh ke arah laut karena ombaknya lumayan besar, takutnya nanti terbawa arus ombak. Soalnya, berdasarkan dari berita-berita selama ini sudah banyak yang menjadi korban ganasnya pantai laut selatan.

Bus wisata kami sudah berhenti di area parkir, kamipun ramai-ramai turun. Aku, Bagus, Cahyo dan Doni -yang terkenal sebagai gank kribo- segera menyatu membuat rombongan sendiri.

“Edo, Cahyo... awas jangan membuat ulah yang aneh-aneh, nanti kita semua yang repot!” Pak Guru Pamudji memberi peringatan.

“Beres Pak... paling godain cewek... tidak apa-apa kan Pak?” seloroh kami sambil tertawa-tawa. Beliau cuma tersenyum dan geleng-geleng kepala.

Segera kami membaur dengan pengunjung lain berjalan menuju pantai. Cuaca saat itu agak mendung tapi untunglah tidak hujan, jadi kaki kami tidak terlalu panas berjalan telanjang di pasir yang terhampar luas.

“Eh, kata orang, pantai ini ada jin-jin penunggunya loh...katanya sih ada ratunya juga... Ratu Pantai Selatan.” Doni membuka pembicaraan sesaat kami sampai di bibir pantai.

“Katanya juga, pamali kalau pakai baju warna hijau... hijau apa ya aku lupa.” tambahnya lagi.

“Ah itu kan mitos. Gunung ada penunggunya, pantai ada juga...” kataku seenaknya.

“Bangunan juga ada loh... apalagi bangunan tua. Contohnya sekolah kita, ada penunggunya...” sela Cahyo. 

Kami terkejut dan saling berpandangan. 

“Penunggunya kan pak Semin.” lanjutnya geli. 

Kamipun tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya, pak Semin adalah tukang kebun merangkap penjaga sekolah kami. Cahyo memang suka bercanda.

“Tapi ini beneran loh,” Doni berusaha meyakinkan kami, lanjutnya, “Eyangku yang dari Yogyakarta cerita ada ritual tertentu semacam sesajen untuk sang ratu. Juga ada warna hijau tertentu yang tidak boleh dipakai...”

“Huuuuu...” kompak kami mencibir.

“Sudah ah, ayo kita main-main air, mandi ramai-ramai...masak ke pantai nggak kena air...” kata Bagus

Kamipun berlarian ke arah laut. Bermain ombak yang memecah pasir, berbasah basah bercanda ria bersama.

“Hai, Mas...” suara seorang perempuan muda hinggap di telingaku, aku menengok ke arah suara itu, kulihat seorang perempuan seusiaku tersenyum ke arahku.

“Ayo kejar aku kalau berani” lanjutnya, sebelum aku sempat menjawab sapaannya. Ia berjalan pelan mendahuluiku lalu berlari-lari kecil ke arah laut sambil mencibirkan bibirnya. Akupun tertantang untuk meraihnya, aku lalu berlari menembus air laut yang semakin dalam, tiba-tiba aku terjatuh, air mulai menggenangi mukaku, mataku pedih terkena air laut tapi aku masih bisa melihat secara samar-samar kalau perempuan itu berlarian di depanku sambil melambaikan tangan menantangku untuk menangkapnya. Aku berusaha bangun untuk mengejarnya, tapi kakiku ada yang menyeret keras menuju pantai.

“Edo, kamu nggak apa-apa kan?”

“Udah dibilangin Pak Guru jangan terlalu jauh ke laut, tuh kamu hampir terbawa ombak!” kataku

“Makanya jangan sok...” lanjut Bagus

Teman-temanku bersahut sahutan ngomong ke arahku, aku masih gelagapan karena terkena air. Kuarahkan mataku ke laut, perempuan itu sudah tidak ada, padahal aku yakin dia beberapa meter di depanku, mestinya dia juga terbawa arus. Perlahan mataku menyelidik sekeliling, perempuan berbaju warna hijau... ah hijau... aku jadi ingat perempuan itu berbaju hijau... dan dia memang sudah tak ada. Tiba-tiba aku merinding... apa benar pantai ini ada penunggunya dan bisa berubah wujud seperti cerita-cerita yang sudah beredar selama ini? Atau itu cuma halusinasiku semata? Ah... aku mendesah pelan. Untung ada teman-teman yang memperhatikanku dan segera memberi pertolongan, Terima kasih teman... terima kasih Tuhan.


Wednesday, June 9, 2021

Vampire

(Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi)


Vampire identik dengan makhluk yang mengerikan. Bertaring, mengisap darah dan berwajah pucat menakutkan. Legenda dan mitos vampire telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan dipercaya bahwa vampire pernah benar-benar ada. 

Di sebuah pemakaman di Rumania ditemukan tulang belulang dengan tengkorak yang diletakkan di kakinya. Diperkirakan tulang tersebut adalah sosok 'vampire' zaman dahulu. Pada abad pertengahan memang sosok vampire menjadi booming dan banyak orang yang percaya bahwa vampire memang benar-benar ada. Walau belum terbukti hingga kini, namun belum ada penelitian atau bukti valid.

Makam ini dipercaya sebagai makam vampire karena menurut legenda, vampire akan tersisa tulangnya ketika sudah mati dan dikuburkan. Uniknya, tengkorak dari orang yang mati tersebut tidak terletak di atas pundak atau sebagaimana manusia normalnya, namun terletak di kaki. Tidak heran bila orang-orang semakin yakin bahwa makam ini adalah makam vampire.

Warga Rumania yang percaya bahwa sosok vampire benar-benar ada berpendapat bahwa bisa saja tidak hanya pada makam tadi, namun juga pada tempat lain akan ada makam vampire lainnya. Beberapa ilmuwan mencoba membantah hal ini dengan memberikan argumen bahwa ada ritual khusus di pulau Slavic yang mengadopsi dari budaya pagan untuk memenggal seseorang yang dipercaya sebagai vampire.

Entah legenda vampire benar atau hanya legenda belaka yang jelas setiap ada penemuan yang aneh dan tidak biasa kerap dikaitkan dengan vampire, drakula dan makhluk penghisap darah lainnya. 

Vampire dalam legenda Balkan dan Eropa Timur memiliki penampilan yang beragam (mulai dari makhluk mirip manusia sampai mayat hidup) sedangkan di Eropa Barat, vampire digambarkan sebagai makhluk yang berpenampilan rapi dan mewah. 

Vampire umumnya diceritakan keluar dari makamnya pada malam hari untuk menggigit orang-orang dengan taringnya yang panjang dan mengisap darah mereka. Korban yang digigitnya biasanya akan menjadi vampire juga. Menurut beberapa mitos, vampire tidak tampak di cermin karena mereka tidak memiliki jiwa. Dalam cerita fiksi modern, vampire bisa menjelma menjadi kelelawar, serigala, bahkan gumpalan gas, dan harus menjauhkan diri dari sinar matahari.

Dalam sebagian besar cerita rakyat, vampire adalah mayat hidup, korban bunuh diri, atau penyihir, tetapi vampire juga bisa diciptakan dari roh jahat yang masuk ke suatu mayat dan melalui gigitan vampire lain. Legenda ini semakin lama semakin meluas dan bahkan di beberapa daerah menyebabkan histeria massal dan beberapa orang dituduh sebagai vampire. 

Dalam legenda-legenda di Eropa, vampire biasanya digambarkan bertubuh membengkak dari tubuh normal dan berwarna merah gelap. Dalam peti matinya, vampire mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya dan kadang-kadang dengan mata kiri yang terbuka. Setelah dikubur, mayat yang merupakan vampire tetap mengalami pertumbuhan gigi, rambut, dan kuku. 

Proses menjadi vampire berbeda-beda dalam beberapa kepercayaan. Di Slavia dan Cina, mayat yang dilangkahi oleh kucing atau anjing akan menjadi mayat hidup. Dalam kepercayaan Rusia, vampire adalah penyihir atau manusia yang semasa hidupnya menentang Gereja.

Ritual budaya kadang dilakukan untuk mencegah orang yang baru saja meninggal berubah menjadi mayat hidup, misalnya mengubur mayat secara terbalik atau menaruh benda-benda duniawi seperti arit atau sabit di dekat makam dengan maksud agar setan yang mendatangi mayat merasa senang atau supaya roh sang mayat merasa tentram sehingga tidak akan bangkit dari peti mati. Cara ini mirip dengan praktik penguburan orang Yunani kuno yang mengharuskan untuk menaruh sekeping obolus di mulut mayat supaya roh mayat tersebut bisa melewati sungai Styx.

Tradisi ini terus berkembang menjadi kepercayaan Yunani tentang vrykolakas, yang mana sebuah salib dan tembikar bertuliskan “Yesus Kristus berkuasa” ditaruh bersama mayat untuk mencegah mayat tersebut berubah menjadi vampire. Cara lainnya yang dipraktikkan di Eropa meliputi pemotongan tendon di lutut atau penaburan biji opium atau pasir di tanah pemakaman. Ini bertujuan agar sang vampire menghabiskan sepanjang malam dengan menghitung biji-bijian tersebut.

Dalam suatu cerita tradisional Cina, jika ada vampire yang melihat sekarung beras, maka vampire tersebut akan menghitung tiap butirnya. Mitos ini juga muncul di anak benua India dan dalam cerita masyarakat Amerika Selatan tentang penyihir dan roh jahat.

Banyak ritual dilakukan dilakukan untuk mengidentifikasi seorang vampire. Salah satu cara mencari kuburan vampire adalah dengan menggunakan anak perawan yang menunggangi kuda perawan dan berjalan di pemakaman. Menurut kepercayaan, kuda tersebut akan menolak melewati makam vampire. Umumnya yang dipakai adalah kuda hitam meskipun di Albania yang digunakan adalah kuda putih. Selain itu, lubang di atas makam dipercaya sebagai tanda vampire. 

Mayat yang dicurigai sebagai vampire biasanya digambarkan memiliki penampilan yang lebih bagus dari yang seharusnya dan tidak menampakkan tanda-tanda pembusukkan. Dalam beberapa kasus, ketika kuburan seorang vampire dibuka, mayat tersebut berlumuran darah korban di wajahnya. Bukti bahwa seorang vampire aktif di suatu daerah ditandai dengan kematian ternak, domba, sanak keluarga atau tetangga.Vampire dalam cerita rakyat juga kadang-kadang melempar batu ke atap rumah, memindahkan barang-barang, dan memberi mimpi buruk dalam tidur seseorang. 

Benda-benda tertentu bisa digunakan untuk melawan vampire. Bawang putih dan air suci sangat umum dalam cerita vampire. Setiap daerah memiliki benda pengusir vampire tersendiri.

Di Eropa, biji sesawi yang ditaburkan di atap rumah dipercaya dapat menjauhkan dari vampire. Benda suci lainnya adalah salib, rosario, dan air suci. Vampire dikatakan tidak bisa masuk ke tempat suci seperti gereja atau kuil, vampire juga tidak bisa melewati air. Meskipun secara tradisional tidak dianggap sebagai benda keramat, cermin digunakan untuk mengusir vampire dengan cara ditempatkan di depan pintu.

Cara yang digunakan untuk membunuh vampire sangat bervarisi dan sebagian besar berasal dari budaya Slavia selatan. Di Rusia dan negara-negara Baltik, digunakan tanaman Ash, di Serbia digunakan tanaman Hawthorn, dan ek di Silesia. Vampire yang menjadi sasaran ditusuk di bagian jantungnya, meskipun di Rusia dan Jerman utara yang diserang adalah mulutnya, sedangkan di bagian timur laut Serbia yang menjadi sasaran adalah perutnya.

Menusuk dada vampire adalah suatu cara untuk “mengempiskan” vampire. Cara ini serupa dengan mengubur benda tajam seperti arit sehingga vampire akan tertusuk benda tersebut ketika vampire tersebut membengkak. Pemenggalan sering dilakukan di Jerman dan daerah Slavia barat dengan kepala sang vampire dikubur terpisah dari tubuhnya. Cara ini dilakukan untuk mempercepat perginya roh dari tubuh. Kepala, tubuh, dan pakaian vampire juga dipaku ke tanah agar vampire tersebut tidak bisa bangkit lagi.

Orang-orang Gipsi memasukan besi atau jarum ke dalam jantung mayat dan memasang besi di mulut, mata, telinga, dan jari-jari mayat ketika penguburan. Mereka juga memasukan tanaman Hawthorn ke dalam kaus kaki mayat. Cara-cara yang lainnya adalah dengan menuangkan air mendidih di atas makam atau membakar mayat sampai menjadi abu.

Di Balkan, vampire juga bisa dibunuh dengan ditembak, ditenggelamkan, diulangi penguburannya, diperciki air suci, atau dengan eksorsisme. Di Rumania, bawang putih ditaruh di mulut mayat dan pada abad ke-19 dilakukan penembakan pada peti mati untuk mencegah munculnya vampire. Dalam kasus tertentu, tubuh vampire dipotong-potong dan dibakar. Di daerah Sakson di Jerman, buah lemon ditaruh di mulut mayat yang dicurigai sebagai vampire. 


Rumah Arwah Dukun

(Gambar Hanya Ilustrasi)


Kisah ini berawal ketika saya datang berkunjung ke rumah sahabat saya di daerah Banjarnegara. Malam itu saya sedang berbincang dengan tiga sahabat saya. Ketika itu saya sudah merasakan hal yang tidak enak, tapi saya tetap melanjutkan mengobrol. Salah satu teman saya masuk ke dalam kamar, dengan alasan dia sudah mengantuk. Benar memang karena waktu sudah menunjukan pukul 23.00 WIB. Tidak lama kemudian teman saya yang lain masuk ke dalam kamar dengan alasan yang sama. Tinggal lah saya seorang diri, saya membaca buku majalah tentang wanita. Tiba-tiba perasaan saya menjadi tidak enak, saya menatap ke arah rumah tua yang sudah lama tak dihuni. 

Konon kata sang penjaga rumah, dulu rumah tersebut pernah dibakar oleh warga karena dulu yang menempati rumah tersebut adalah seorang dukun. Percaya tidak percaya, rumah itu sejak dibakar oleh warga, tidak pernah sedikitpun bagian-bagian dari rumah tersebut terbakar. Bahkan sampai barang-barang yang terdapat di dalam rumah tersebut tak terbakar sedikitpun.

Warga yang merasa aneh, tak pernah berani memasuki rumah tersebut, selain sang pembantu abdi dukun tersebut. Sebut saja namanya pak Ali, dia sudah lama mengurus rumah tersebut sejak sang dukun meninggal akibat dihakimi oleh warga sekitar 20 tahun yang lalu.

Kata warga sekitar, sang dukun meninggal akibat di bunuh oleh keluarga dari sang korban. Awalnya sebelum kejadian naas itu terjadi, sang dukun sering melakukan praktek ilegal bagi para warga yang ingin minta ilmu bahkan menyantet orang lain. Suatu ketika salah satu warga yang berjenis kelamin wanita meninggal akibat ulah sang dukun, asal usul kematian sang korban tak diketahui jelasnya karena sang dukun sudah terlanjur meninggal dibunuh oleh warga. Sejak itu rumah tersebut tak pernah ditempati, apa lagi disinggahi oleh para warga.

Dulu, rumah itu sempat dihuni oleh salah seorang pegawai bank yang berjenis kelamin wanita. Wanita tersebut sangat cantik dan sangat disegani oleh para warga, namun selang satu bulan menempati rumah tersebut sang gadis tak tampak keluar rumah selama kurang lebih satu minggu. Warga yang curiga mulai berdatangan mengetuk pintu rumah sang pegawai bank tersebut.

Warga mencium bau busuk dari kamar yang letaknya di ujung rumah itu. Tokoh masyarakat dipanggil oleh warga dan mendobrak rumah tua tersebut, sungguh tak disangka perempuan cantik dan sangat disegani tersebut mati dengan wajah yang tercabik-cabik dan bagian jari-jari tangannya habis terpotong dengan darah yang berceceran di lantai tempat korban digantung dengan sadisnya.

Pihak kepolisian datang dan mengotopsi jasad gadis tersebut, namun pihak kepolisian tak tahu sebab kematian dari sang gadis karena tidak ditemukannya sidik jari dari tersangka. Mendengar cerita tersebut rumah tua arwah dukun itu tak ditempati lagi, suara-suara wanita menangis dan jeritan arwah sang gadis pun masih terdengar sampai saat ini.


La Planchada