Jam menunjuk angka enam, aku segera keluar untuk memanasi motor yang ada di depan kamar kostku, selanjutnya aku masuk kembali untuk mempersiapkan diri untuk berangkat kerja, aku tidak perlu khawatir meninggalkan motor disitu karena tempat kostku ini terlindung pagar tembok keliling, di depan ada satu pagar besi sebagai satu satunya pintu keluar masuk, setiap penghuni kost mendapat satu kunci kamar dan satu kunci pagar depan. Dan sesuai kesepakatan, setiap kali keluar masuk pagar harus dalam kondisi terkunci, untuk menjaga keamanan saja.
“Belum berangkat?” Tanya Lisa, teman kost yang tinggal di sebelah kamarku.
“Tanggung, lagi pakai lipstick nih.... hahaha...” Jawabku dengan bercanda, aku memang lagi merias diri tapi aku tidak pernah pakai lipstick cukup lipgloss saja agar bibirku tetap lembab. Aku ini kerja lapangan, jadi kalau mau berdandan lengkap kayak Lisa kurang sesuai karena bisa jadi bedaknya malah luntur kena keringat...
“Ah bercanda kamu!” Seru Lisa sambil mencibirkan bibir, dia itu tahu kebiasaanku yang nggak pernah pakai pemerah bibir bila mau berangkat kerja. Lain dengan dirinya, dia itu selalu berdandan lengkap dan sangat fasionable, maklum dia kerja di sebuah butik terkenal yang menjual barang-barang branded, jadilah Lisa yang seorang costumer service mesti mengikuti aturan kantor yang mewajibkan memakai pakaian fasionable dan selalu tampil cantik dan rapi.
“Enak ya kamu, bisa pakai apa saja!” Seru Lisa melihatku memakai pakaian celana jeans dan kaos t-shirt warna putih dengan lengan pendek.
“Enakan kamu, bisa tampil cantik..... siapa tahu bisa jadi artis!” Sergahku meledeknya. Lisa cengar cengir saja mendengar nya.
“Kamu tuh......” Ucapnya kemudian, lanjutnya lagi dengan bertanya, “Eh ntar malam ada acara nggak nih?”
“Ada apa emang?” Tanyaku, meski sebenarnya aku sudah bisa menebak permintaan Lisa, dia itu kalau minta aku menemaninya pasti acaranya tidak jauh-jauh dari shopping dan party. Tapi aku lebih suka ikutan yang shopping, meski jarang membeli, tapi kan bisa cuci mata. Juga aku bisa memakai pakaian santai tidak perlu berganti pakaian formal dan berdandan segala kayak menghadiri party.
“Nanti malam kan ada midnight sale di mall ternama di kota ini. Temenin aku ya?” Pintanya.
Nah benar tebakanku? Hehehe..... gak apalah ikutan jalan nanti malam.
“Wah kalau itu sih mudah... bisa diatur... asal....” Aku sengaja menghentikan omonganku.
“Iya.. iya, makan malam gratis kan?” Lanjut Lisa pasti.
“Yoi...” Ucapku sambil mengacungkan jempol.
“Kalau gitu, mending kita berangkat bareng saja. Nanti setelah jam kantor selesai aku jemput kamu, kita kan sejalur?” Lisa memberi usul, kami memang sejalur, kantor tempatku kerja dan butik tempat Lisa kerja masih dalam satu kawasan.
“Wah.. lumayan bisa nebeng mobilmu!” Seruku senang, kalau nebeng mobil Lisa aku tidak perlu berpanas panas karena mengendarai motor, juga bisa irit bensin. Tapi aku gak mau nebeng kecuali diminta sama yang punya mobil.
Karena kulihat Lisa mengangguk anggukkan kepala tanda setuju, aku segera berujar. ”Ok lah, kalau gitu aku masukkan motor dulu di garasi ya?” Aku lalu keluar kamar, mematikan mesin motor dan menuntunnya ke dalam garasi yang disediakan oleh pemilik kost. Garasi itu terletak di ujung kamar-kamar kost. Garasi kecil saja khusus motor, bila ada yang membawa mobil disediakan juga garasi khusus, tapi ya itu... ada biayanya. Beda dengan garasi motor, tidak ada ongkos apapun.
Setelah memarkir motor, aku segera kembali ke kamar.
“Sudah siap?” Ucap Lisa begitu melihatku.
“Yup, kita bisa berangkat sekarang.” Aku lalu mengambil tas kerjaku dan mengikuti langkah Lisa keluar kamar, aku menguncinya dan menyusul dia menuju mobil di depan halaman. Aku membuka pagar depan, setelah mobil Lisa keluar aku segera menutupnya kembali dan menguncinya. Setelah itu aku bergabung dengannya untuk bersama sama berangkat kerja.
Kami akhirnya sampai di kantor, Lisa menepikan mobilnya di sisi kiri jalan, aku pun turun.
“Sampai nanti ya?” Teriakku ku kepada Lisa sambil melambaikan tangan, Lisa membunyikan klakson sebagai balasan, lalu ia melanjutkan perjalanan menuju tempat kerjanya.
Hari itu tidak banyak pekerjaan luar di lapangan, aku lebih banyak ada di dalam kantor, menyusun laporan. Dan akhirnya alarm pulang jam kantor berbunyi, setelah membereskan tugas-tugas kantor, aku segera mengemasi tas kerjaku dan keluar ruang menuju lobby, di lobby aku duduk di sofa yang menghadap luar, ada kaca besar yang membingkai depan lobby sehingga aku bisa melihat suasana luar. Kukeluarkan handphone dari tas dan aku menelpon Lisa.
“Sore Lisa..... aku sudah di lobby nih!” Aku menginformasikan kalau jam kerja ku sudah habis dan aku menunggunya di lobby.
“Ok Meli.... tunggu ya? Aku dalam perjalanan pulang nih, sebentar juga nyampai situ kok!” Jawab Lisa dari seberang, kami lalu menutup handphone agar Lisa tidak terganggu saat menyetir mobil.
Tak seberapa lama, Lisa sudah terlihat. Dari balik kaca aku melihatnya berbelok masuk menuju depan lobby, aku segara bangkit dari duduk dan keluar menemuinya.
“Gimana kalau kita nonton film dulu sambil menunggu acara sale-nya dimulai?” Tanya Lisa sambil tetap mengemudikan mobilnya.
“Terserah kamu aja, kamu kan yang punya hajat.” Jawabku santai. Diantara kami berdua memang tidak ada basa basi lagi, kami sudah berteman cukup lama semenjak kami kost di tempat yang sama, seperti sebuah peraturan yang tidak tertulis bahwa siapa yang mengajak dialah yang bertanggung jawab untuk urusan finansialnya, terkecuali sudah ada pembicaraan sebelumnya.
“Sip lah” Serunya sambil menepuk bahuku.
Malam itu kami benar-benar menikmati kebersamaan kami, selain nonton film, makan minum di cafe lalu berlanjut ke berburu barang obral di tengah malam.
“Gila kamu Lisa, belanja sebegitu banyak buat apa?” Seruku sambil geleng-geleng kepala melihat Lisa menenteng banyak tas belanjaan di tangan kanan dan kirinya.
“Mumpung discount lah yaouww!” Jawabnya enteng. Memang enak jadi anak orang kaya, uang seperti air saja.. selalu mengalir. Lisa mendapat dua sumber penghasilan, dari transfer orang tuanya setiap bulan dan juga dari gajinya di butik tempat dia bekerja. Konon kabarnya uang pemberian orang tuanya jauh lebih banyak, kerja pun cuma buat isi waktu luang... ckckckc..... beda dengan aku yang hidup dari penghasilanku sendiri, tidak ada bantuan finansial dari orang tua lagi. Mau tak mau aku harus bisa mengatur arus masuk dan arus keluar jangan sampai tekor, bila tidak mau merana di tanggal tua. Akhirnya tanpa paksaaan pun aku tidak membeli barang-barang yang sekiranya kurang perlu.
Dini hari kami keluar area parkir mall tempat kami berburu barang sale.... maksudku Lisa yang berburu, aku cuma sebagai penggembira saja. Lisa mengendarai mobilnya pelan-pelan keluar area parkir karena banyak orang yang juga mau meninggalkan mall tersebut. Sampai di jalan utama suasana jalan yang biasanya ramai dan padat tampak kontradiksi sekali, meski tidak bisa dibilang sepi tapi kendaraan tidak terlalu banyak, apalagi saat kami mulai meninggalkan pusat kota, suasana sepi mulai menggelayuti perjalanan pulang kami. Kost kami memang terletak di pinggiran kota.
“Gila... sepi banget!” Seruku, mataku bergerak kekanan kekiri memandang arah depan. Meski mobil dalam keadaan terkunci kami tentu tetap was-was, maklum dini hari dan kami berdua perempuan.
“Makanya berdoa biar cepat sampai kost dengan selamat!” Sergah Lisa.
“Siap bu komandan.” Ledekku meladeni candaanya, kami berdua lalu tertawa.
Lisa menjalankan mobilnya dengan tidak terlalu kencang, meski jalanan cukup sepi tapi dia lebih memilih untuk tetap hati-hati dan tidak ngebut, katanya kadang - kadang suasana sepi membuat kita lalai karena menggampangkan. Kita jadi tidak waspada, padahal bisa saja ada seseorang yang menyeberang jalan, karena sepi orang tidak menengok kiri kanan dulu, di bagian lain si pengemudi juga merasa tidak ada orang di pagi buta begini... nah akhirnya..... kecelakaan tidak terhindarkan.
“Lisaaaaa... awaaaaaassss!!!!” Teriakku kencang, aku melihat tiba-tiba ada seorang perempuan yang begitu saja muncul di hadapan mobil ini dan Lisa telah menabraknya.
“Eh... eh.... kenapa kamu?” Tanya Lisa panik, dia segera menepikan mobil di kiri jalan.
“Tadi.... tadi.... tadi.... menabrak..... orang!” Seruku terbata bata.
“Menabrak orang?” Sergah Lisa dengan raut muka bingung.” Perasaan tidak ada apa-apa, kamu jangan nakut nakutin dong! Aku tidak lihat seorangpun tuh!” Ucapnya lagi dengan suara bernada ketakutan. Dia menatap ke depan lalu ke samping, dan lalu dari spion dia melihat ke belakang, aku juga ikut-ikutan melihat, tapi memang tidak ada apa-apa.
“Kamu berkhayal kali...!” Sergahnya lagi.
Aku terdiam sesaat sambil mengatur napas, rasa deg-degan di dalam hati masih terasa. Aku begitu yakin dengan yang aku lihat tadi.
“Menurutmu......” Aku berhenti sebentar, tidak tahu harus berkata apa.
“Apa... ada apa?” Tanya Lisa tidak sabar campur cemas.
“Kita perlu melihat keluar nggak ya?” Aku mengerti bahwa hal itu sangat berbahaya karena siapa tahu ada orang jahat yang mengintai kami, begitu kami keluar mobil habislah kita, tapi aku juga khawatir bila Lisa benar-benar telah menabrak seseorang, kalau tidak segera ditolong kan lebih beresiko lagi.
“Aduh.. gimana yaaa...!” Ujar Lisa kebingungan.
“Gini aja... aku keluar melihat, kamu tetap di mobil dengan kondisi terkunci dan mesin masih menyala, jadi kalau ada apa-apa kamu bisa langsung tancap gas dan meminta pertolongan!” Aku mencoba mencari jalan keluar.
Lisa memalingkan muka ke arahku dan menatapku dengan heran, “Apa kamu yakin kalau aku tadi telah menabrak seseorang? Aku merasa tidak ada apa-apa selama aku mengemudi!”
“Aku kurang tahu sih... tapi... entahlah aku ingin sekali melihat keluar untuk memastikan.!” Ucapku menggaris bawahi keinginanku itu. “Tolong Lisa, daripada batinku tidak tenang!” Pintaku lagi.
“Tapi hati-hati ya. Beneran lho ya kalau ada apa-apa aku langsung tancap gas......”
“Yup, kamu cari pertolongan segera!” Potongku cepat.
Akhirnya seperti kesepakatan kami, aku keluar mobil sendirian sedang Lisa tetap di depan kemudi dengan kondisi mobil masih menyala dan semua pintu terkunci. Setelah aku keluar aku segera berjalan ke depan untuk meneliti bagian depan mobil, aku tidak menemukan apa-apa disitu, bahkan kondisi mobil juga mulus seperti tidak ada yang terjadi. Kemudian aku berjalan ke arah samping dan belakang mobil, juga tidak ada yang ganjil, semua tampak normal-normal saja, mungkinkah tadi cuma khayalanku saja? Aku bermaksud kembali ke dalam mobil ketika tiba-tiba ada sebuah sorot mobil menghalangi pandanganku, ternyata ada mobil patroli polisi. Mereka menepikan mobil, lalu seorang polisi datang menghampiri kami.
“Malam mbak, bisa kami melihat surat suratnya?” Tanya polisi itu kepada kami.
Lisa segera mengeluarkan surat-surat mobil dari dalam tasnya dan menyerahkan ke polisi itu, setelah diteliti, surat–surat itupun dikembalikan.
“Maaf, malam-malam begini kok menepikan mobil, ada apa ya? Mungkin ada yang bisa kami bantu?” Tanya polisi itu dengan ramah.
“Ah enggak ada apa-apa kok Pak, cuma keluar sebentar mau buang angin!” Jawabku bohong, Lisa tersenyum mendengar alasanku yang sekenanya tapi tetap bisa dinalar itu.
“Ooh...!” Polisi itu tertawa kecil, lalu lanjutnya, “Ya sudah kalau begitu, tapi hati-hati sudah malam. Apalagi kemaren malam ada tabrak lari di lokasi ini......”
“Tabrak lari?” Aku dan Lisa menjerit bersamaan.
“Iya, korbannya seorang perempuan, penabraknya belum diketahui sampai sekarang. Maklum kalau kondisi sepi begini orang malah tidak hati-hati.”
“Oohh.... terima kasih infonya pak, kami juga mau segera pulang nih!” Ucap Lisa sedikit bergetar.
“Iya pak, kita mau pulang.” Tambahku menguatkan perkataan Lisa.
Setelah polisi itu kembali ke mobil patroli, Lisa mulai menjalankan mobilnya dengan pelan-pelan.
“Mungkin yang kamu lihat tadi hantu, Meli!” Kata Lisa tanpa bermaksud menakut nakuti diriku.
“Mungkin saja.... tapi beneran kamu tidak melihat atau merasakan apa-apa?” Tanyaku balik ke dia.
“Enggak tuh.. makanya aku bingung saat kau bilang aku telah menabrak seseorang, untung tadi ada mobil patroli, aku sudah khawatir kalau terjadi apa-apa!” Sergah Lisa menarik napas lega.
“Ya sudahlah, yang penting kita selamat!” Lanjutnya lagi.
“Iya... pingin segera sampai kost nih!” Ucapku membenarkan.
Tapi mendadak kami mencium bau yang aneh, bukan hanya aku tapi Lisa juga.
“Kamu mencium bau aneh nggak Meli?” Tanya Lisa setengah tidak percaya.
“Iya nih, bau anyir!” Seruku sambil mendengus dengus mencari arah asal bau itu, tapi sepertinya bau itu melingkupi seluruh mobil. Kami lalu saling menatap, ada perasaan ngeri dan takut yang tiba-tiba menghinggapi kami berdua. Segera Lisa mengemudikan dengan sedikit lebih kencang, dan ketika kami sudah meninggalkan lokasi itu, bau-bau aneh itupun kemudian menghilang. Mungkinkah tadi yang kulihat adalah hantu perempuan tabrak lari seperti perkataan polisi itu? Dan bau aneh tadi adalah pertanda hantu itu masih ada dilokasi nya? Hiiii... kami bergidik bila mengingatnya.
No comments:
Post a Comment