Monday, December 27, 2021

Ritual Ghaib yang Menyesatkan



Ketut Madira adalah seorang pemuda yang sangat baik dan selalu menghargai teman apalagi kaum hawa. Namun sifat baik tak selamanya dihargai manusia di zaman sekarang ini. Hidup materialistis telah membutakan mata hati sebagian orang di zaman ini. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Ketut Madira yang sekarang ini sedang dilanda patah hati. Hanya karena belum punya pekerjaan tetap, cinta yang telah lama dirajut, kandas diterjang ombak kehidupan. 

Masih segar dalam ingatan Ketut Madira, betapa indahnya perasaan cinta yang ia jalin dengan seorang dara, bernama Ida Ayu Ratna Gupita.

Hari-hari mereka lalui bersama penuh kemesraan, bagaikan dunia ini hanya milik mereka berdua. 

“Kak... aku sungguh beruntung mendapatkan laki-laki seperti Kakak yang sangat baik dan penuh pengertian.” kata Ratna Gupita setengah merayu.

“Kakak pun merasa beruntung mendapatkan gadis seperti dirimu. Sudah cantik wajahnya, lemah-lembut perangainya, baik hati lagi...” balas Ketut Madira tak kalah romantisnya.

Setelah berjalan beberapa tahun dan berbagai masalah yang sempat menjadi kerikil dalam perjalanan romantika cinta kedua insan ini pun dapat mereka atasi bersama. Sepanjang jalan, akhirnya sampailah mereka pada gerbang petaka yang kemudian merobek jaring cinta yang selama ini mereka rajut dengan benang kasih sayang, menjadi renda saling percaya yang sangat indah.

Orang tua Ida Ayu Ratna Gupita yang selama ini bersikap baik, tiba-tiba saja berubah menjadi sangat membenci Ketut Madira. Karena mengetahui bahwa Ketut Madira ternyata belum mapan kehidupannya karena belum bekerja alias pengangguran. Dan Ida Ayu Ratna Gupita yang tidak tahu apa-apa pun harus ikut menanggung akibatnya.

Dan dimulailah kisah sedih itu... 

Ketika itu, Ketut Madira harus pulang kampung untuk sementara waktu karena ayahnya sedang sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit.

Semenjak kepergian Ketut Madira itulah, tanpa sepengetahuan Ida Ayu Ratna Gupita, diam-diam ibundanya telah pergi menemui seorang dukun. Melalui perantara dukun ini, pikiran Ida Ayu Ratna Gupita dicuci sehingga ia menjadi lupa, tidak ingat sama sekali akan sosok Ketut Madira, orang yang selama ini sangat dicintainya.

Dan waktu pun berlalu...

Setelah sekian lama tidak bertemu, dan Ratna Gupita juga tak pernah menjawab telepon dari Ketut Madira, menjadikan rasa khawatir dan was-was menyelimuti hati dan pikiran Ketut Madira. Rasa rindu dan kangen pun berkecamuk dalam dada Ketut Madira. Rasa rindu yang begitu mendalam tidak dapat lagi ditahan olehnya. Dengan keberanian yang dimilikinya, Ketut Madira pun mendatangi kediaman Ida Ayu Ratna Gupita sekedar untuk bertemu dan melepaskan rasa rindu yang selama ini telah menyiksa perasaannya.

Namun setibanya di sana... ternyata ia tidak bisa menemui gadis pujaan hatinya itu, yang ia hadapi malah ibunda kekasihnya yang menemuinya dengan memasang muka masam dan galak. 

“Heh... Ketut Madira! Asal tahu saja, anak saya tidak pernah mencintai kamu... kenapa masih berani datang ke sini!! Apa kamu sudah gila...!!” hardik ibunda Ida Ayu Ratna Gupita dengan angkuhnya.

Bagaikan disambar geledek di siang hari bolong, Ketut Madira sangat terperanjat dengan apa yang didengarnya hari itu. Seakan tak percaya dengan yang terjadi, tapi semua itu sungguh nyata. Sungguh panas rasa hati Ketut Madira mendapatkan kata-kata yang begitu menghina dirinya. Ketut Madira yang selama ini baik dan penyabar, tidak dapat menerima perkataan yang dilontarkan oleh ibunda Ida Ayu Ratna Gupita. 

Ibarat kata pepatah,

“Sudah luka... disiram air garam pula!!”

“Dia telah mengatakan aku ini orang gila. Huh... lihat saja nanti, ia harus bermenantukan orang gila ini!” sumpah Ketut Madira dalam hati.

Tidak ada rotan akar pun jadi. Setidaknya pribahasa inilah yang terpatri dengan kuat di dalam hati Ketut Madira. Berangkat dari rasa sakit hati, Ketut Madira pun pergi menemui seorang rekannya yang memiliki ilmu dan kekuatan supranatural, yang bernama Putu Ranggada. Melalui petunjuk dari Putu Ranggada inilah, Ketut Madira kemudian mulai menjalankan ritual-ritual  yang diyakininya akan mampu mengembalikan sang pujaan hatinya.

Ritual yang cukup aneh ini dimulai dengan memasukan garam yang telah diberi mantera ke dalam mulut ayam yang sedang mengerami telurnya. Setelah itu, Ketut Madira diharuskan mencabut bulu liar ayam tersebut. Ini dimaksudkan untuk mencabut sifat aneh Ida Ayu Ratna Gupita yang tiba-tiba saja melupakan Ketut Madira, seolah-olah tidak pernah mengenalnya sama sekali.

Setelah beberapa hari berlalu, ritual yang dilakukannya pun selesai. Namun setelah dua puluh satu hari berlalu, sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan ternyata belum juga ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Ida Ayu Ratna Gupita akan ingat dan kemudian akan datang menemuinya. Sadar bahwa ritual yang dijalaninya tidak membawa hasil, Ketut Madira pun bertandang ke rumah temannya yang lain yaitu Nyoman Artha dan mulai berkeluh-kesah.

Nyoman Artha yang merasa kasihan, mencoba menghibur dan memberikan pandangan positif tentang kehidupan kepada Ketut Madira.

“Jujur, saya merasa sangat kehilangan dan tiap malam selalu saja teringat akan Ida Ayu Ratna Gupita. Tolonglah... bantu saya. Saya sudah benar-benar merasa buntu. Tidak tahu lagi harus berbuat apa.” bujuk Ketut Madira kala itu.

Karena Ketut Madira tampaknya telah bulat tekadnya, Nyoman Artha pun kemudian mengantarnya kepada salah seorang temannya yang mengerti akan ilmu ghaib yaitu Wayan Arya. Oleh Wayan Arya, Ketut Madira disuruh menyediakan minyak misik, jeruk purut dan benang tujuh macam.

Dengan media yang berbeda tersebut, Wayan Arya kemudian mulai melakukan ritual penarikan sukma Ida Ayu Ratna Gupita agar kembali mencintai Ketut Madira. Setelah dimantra-mantrai, sebagian benda tersebut disuruh ditanam di tempat dimana Ida Ayu Ratna Gupita akan lewat. Sebagian lainnya di suruh ditanam di persimpangan yang banyak dilalui oleh orang umum.

Kali ini, Ketut Madira sangat yakin bahwa usahanya akan berhasil. Dan ia pun melakukan apa yang disuruh oleh Wayan Arya demi kembalinya sang kekasih yang begitu dicintainya. Namun setelah beberapa waktu berlalu, Ketut Madira pun kembali terbentur pada tembok kegagalan.

“Maaf Ketut, bukannya saya mau beralasan. Tapi rupanya Ida Ayu Ratna Gupita telah dipagari oleh orang tuanya. Rasanya akan sulit ditembus hanya oleh satu orang.” kata Wayan Arya mencoba memberi pengertian kepada Ketut Madira.

“Lantas? Jalan apa lagi yang harus dilakukan?” tanya Ketut Madira dengan penuh harapan.

“Saya nanti akan mencoba meminta bantuan kepada guru saya yang berada di Lombok. Agar lebih mudah membobol pagar ghaib yang dipasang mengelilingi Ida Ayu Ratna Gupita,” jawab Wayan Arya mencoba meyakinkan Ketut Madira.

Dua minggu kemudian, Ketut Madira disuruh oleh Wayan Arya untuk pergi ke pulau Lombok guna menemui salah seorang guru Wayan Arya, yang bernama Made Mantrang. Sesampainya di sana dan menjelaskan maksud dari kedatangannya ke Lombok, Ketut Madira pun diterima dan dijanjikan akan dibantu oleh Made Mantrang.

Setelah segala persiapan selesai, Made Mantrang pun mulai melakukan berbagai ritual untuk mengembalikan Ida Ayu Ratna Gupita kembali kepada Ketut Madira dan selain itu, Ketut Madira pun diberi sebuah jimat untuk pagar diri kalau-kalau ada serangan balik dari pihak orang tua Ida Ayu Ratna Gupita.

Entah sudah berapa banyak uang dan waktu yang dihabiskan oleh Ketut Madira hanya untuk mendapatkan kembali cinta dari kekasihnya. Tanpa terasa, waktu yang telah ditentukan oleh Made Mantrang pun sampai. Namun sejauh ini tidak juga ada tanda-tanda kalau Ida Ayu Ratna Gupita akan kembali kepada Ketut Madira. Ini sungguh sebuah pukulan yang telak menghantam hati sanubari Ketut Madira, sehingga sempat membuat Ketut Madira merasa terlunta-lunta bagaikan kapal tanpa haluan.

Sungguh berat penderitaan batin yang dialami oleh Ketut Madira. Sampai-sampai sempat terlintas dalam pikirannya, kalau hidup ini sudah tak berarti lagi. Para sahabat yang paham akan kondisi Ketut Madira, mencoba memberi semangat dan saran agar ia jangan sampai patah arang. Sehingga berujung kepada jalan yang dilarang agama.

Untunglah kata-kata para sahabatnya didengarkan oleh Ketut Madira sehingga bisa membuat hati mereka sedikit merasa lega. Suasana yang menenteramkan jiwa ini berlangsung satu bulan lebih lamanya dimana wajah Ida Ayu Ratna Gupita tidak lagi menari-nari di pelupuk mata Ketut Madira.

Sayang, suasana yang kondusif ini kembali mengalami goncangan yang berat. Semua terjadi gara-gara mendengarkan hasutan dari salah seorang teman Ketut Madira. 

“Eh, Ketut... kok mau saja melupakan Ida Ayu Ratna Gupita. Dia kan telah menyakitimu. Seharusnya kamu itu bisa membuat dia bertekuk lutut di hadapanmu!” kata teman Ketut Madira di kala itu.

Kata-kata dari teman Ketut Madira ini sungguh sangat luar biasa. Ketut Madira yang mulai melupakan Ida Ayu Ratna Gupita, tiba-tiba kembali menjadi haus lagi akan cinta kasih Ida Ayu Ratna Gupita. Namun sebelum melangkah, kembali Ketut Madira menemui seorang temannya, untuk bertukar pikiran akan masalah yang dihadapinya.

Waktu bertandang inilah, tanpa sengaja Ketut Madira melihat tumpukan majalah di rak buku milik temannya itu. Majalah yang tak lain adalah Majalah Supranatural yang menjadi bacaan favorit temannya di kala waktu senggang itupun segera mencuri perhatian Ketut Madira.

Saat membolak-balik majalah ini, Ketut Madira tertarik dengan salah seorang paranormal yang mengiklankan ilmu pengasihnya. (Demi menjaga privasi paranormal dimaksud, sengaja namanya tidak ditulis di sini).

Temannya yang sadar akan sebuah bahasa iklan mencoba menasehati Ketut Madira agar jangan termakan bahasa iklan yang banyak dibumbui fatamorgana. Sayang... tanpa sepengetahuan sang teman, Ketut Madira melaksanakan niatnya dan menghubungi paranormal yang dimaksud.

Paranormal tersebut menyarankan agar Ketut Madira menggunakan Ajian Gaet Sekar untuk menarik kembali sukma Ida Ayu Ratna Gupita. Ilmu yang telah dipindahkan pada selembar kain merah berbentuk rajahan ditambah dengan sebuah keris kecil sebagai penajamnya. Melalui petunjuk paranormal tersebut, Ketut Madira pun mulai melakukan ritual yang diajarkan oleh paranormal tadi.

Ritual yang dimulai dengan memasukkan foto Ketut Madira dan Ida Ayu Ratna Gupita, kemudian keris kecil tersebut dibungkus dengan kain rajahan Ajian Gaet Sekar. Setelah dibungkus, baru kemudian ditanam ke dalam tanah dan ritual pun selesai.

Setelah dua minggu berjalan, tidak juga ada tanda-tanda kalau ritual yang telah dijalankan akan berhasil. Karena penasaran, Ketut Madira pun menghubungi paranormal tersebut melalui telepon.

“Pak, saya telah melakukan semua petunjuk yang bapak berikan, namun sampai saat ini tidak juga ada tanda-tanda kalau Ida Ayu Ratna Gupita akan menemui saya.” kata Ketut Madira menyampaikan keluhannya.

“Tenang saja. Nanti kalau sudah mencapai empat puluh hari, pasti ia akan menemui kamu.” jawab seseorang di seberang sana.

Namun, sayang seribu sayang, kali ini pun Ketut Madira kembali menelan pil kegagalan yang sangat pahit dan menyesakkan dada. Perang ghaib yang dilakukannya masih juga menemui kegagalan. Dengan beruntunnya kegagalan demi kegagalan, membuat Ketut Madira sadar akan sebuah takdir dan jodoh yang tidak dapat dipaksakan.

Sekalipun segala upaya telah dilakukan kalau belum jodoh, tetap saja terbentur pada tembok yang sangat kuat dan kokoh. Dan hanya segelintir orang saja yang berhasil memaksakan kemauannya. Itupun kalau lagi mujur dan dikabulkan oleh sang Pencipta Alam Semesta.

Dan ia sungguh sangat menyesal karena selama ini telah menduakan Tuhan. Seharusnya ia pasrah kepada-Nya dan mengharapkan pertolongan hanya dari-Nya. Namun alih-alih ingat kepada-Nya, ia malah sibuk berburu pertolongan dari satu dukun ke dukun lainnya. Jadi mungkin ini adalah hukuman yang harus diterimanya karena telah lengah dan berpaling dari-Nya. 

Dan kini Ketut Madira hanya bisa gigit jari sambil meratapi nasibnya yang sedang dirundung patah hati.


No comments:

Post a Comment

La Planchada