Kisah tentang rumah kontrakan berhantu ini sudah ada sejak Yunus masih menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Bogor, beberapa tahun yang lalu. Malah cerita versi zamannya dulu tentang rumah kontrakan yang menyeramkan itu memang benar-benar seram dan menakutkan. Di zaman Yunus dulu, ongkos sewa rumah (berhantu) itu tidaklah mahal, malah bisa dikatakan sangat murah! Hanya 500 ribuan per bulan. Tetapi walaupun murah ternyata tidak ada yang berani menyewa rumah itu. Dan versi cerita yang dikisahkan dari mulut ke mulut ini ternyata bukan rekaan. Bukan tipuan-tipuan belaka! Karena di kemudian hari, ternyata Yunus mengalaminya sendiri.
Dan kini, pengalaman yang tak terlupakan itu ia tuangkan dalam cerita pendek ini. Baca kisahnya sampai habis, dan kepada arwah yang masih gentayangan... kita panjatkan Al-Fatihah. Semoga roh mereka yang tidak tenang ini akan menemukan kedamaian di sisi Allah SWT! Amin!
Alkisah, 10 tahun yang lalu Yunus berhasil lulus SMA dan dapat meneruskan belajar di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Bogor ini. Jadi hal pertama yang harus dipikirkan adalah mencari tempat tinggal sebab ketika itu Yunus belum mendapatkan tempat kost. Namun karena Yunus dan kawan-kawan rajin mencari-cari informasi, maka akhirnya mereka menemukan sebuah rumah yang disewakan, lokasinya berdekatan dengan supermarket Prima, dan tidak begitu jauh dari kampus, bisa ditempuh selama 10 menit dengan naik sepeda ontel. Kalau berjalan kaki hanya perlu waktu 30 menit, kalau naik sepeda motor bisa lebih cepat sampai, tetapi kalau naik angkot malah makan waktu bisa sampai 55 menit, karena selain rutenya memutar, angkotnya juga sering nge-tem di beberapa titik supaya angkot tersebut penuh disesaki oleh penumpang.
Rumah kontrakan itu terdiri dari 2 lantai dengan 4 kamar. 3 kamar berada di lantai atas dan 1 kamar berada di lantai bawah, bersebelahan dengan ruang tamu, dapur, dan ruang keluarga. Mereka semua berdelapan, jadinya benar-benar pas. 1 kamar untuk 2 orang.
Singkat cerita mereka pun akhirnya sepakat menyewa rumah itu dengan berbagai perasaan yang campur aduk, antara bahagia, gembira, suka, khawatir, cemas, dan takut, semua berbaur jadi satu.
Pertama, karena si pemilik rumah hanya mengutip 100 ribu saja sebagai deposit dan sewa pertama hanya dibayar bila sudah masuk bulan kedua mereka menempati rumah itu. Jadi, kalau dihitung-hitung, sewa bulan pertama semi-gratis lah.
Selain itu, pemilik rumah juga sudah menyediakan perabot seperti tempat tidur, almari, meja belajar, kursi, kulkas, dan perabot pendukung lainnya, sehingga mereka tidak perlu membawa barang banyak-banyak,
“Sebab ketika masa sewa nanti habis, kalian bisa kerepotan kalau harus mengangkut pulang begitu banyak barang,” terang si pemilik rumah.
Namun ada suatu hal yang menurut mereka agak janggal. Pohon ara di tepi rumah itu sangat besar sampai dahannya bisa masuk ke dalam jendela kamar di lantai atas. Namun oleh pemilik rumah, pohon itu tidak boleh dipangkas sedikitpun, apalagi ditebang.
Malam pertama tinggal di rumah kontrakan itu, mereka tidak bisa tidur. Jadi hanya duduk-duduk santai saja sambil mengobrol ini dan itu di beranda rumah. Lagipula mereka juga masih ada kesibukan lain yaitu membongkar koper-koper bawaan dari kampung. Jadi, sambil menonton DVD film Korea, mereka pun menyibukkan diri membongkar koper masing-masing.
Kisah seram di rumah kontrakan itu sendiri terjadi pada hari kedua setelah mereka menempati rumah tersebut. Peristiwa seramnya tidak hanya terjadi pada saat lewat tengah malam, bahkan di siang hari bolong pun mereka juga diganggu makhluk ghaib. Pada waktu itu Azziz adalah orang pertama yang terkena gangguan itu.
Ketika itu baru pukul 10.30 pagi, sudah cukup siang juga sih, tapi si Azziz ini baru saja bangun tidur setelah semalaman bergadang. Ia merasa ingin buang hajat. Jadi dia pergi ke toilet di lantai bawah. Toilet di lantai atas sedang rusak, pemilik rumah pernah berkata bahwa nanti dia akan memanggil tukang untuk membetulkannya.
Sesampainya di lantai bawah ternyata toiletnya sedang dipakai. Ada orang di dalam, sebab pintunya tertutup dan dikunci dari dalam. Tunggu punya tunggu, tak keluar-keluar juga orang yang berada di dalam toilet itu. Karena tak sabar, Azziz pun berteriak dan menyuruh orang di dalam toilet tersebut agar segera keluar sebab dia sudah tidak tahan.
Akibat teriakan keras si Azziz, semua penghuni rumah terbangun dan bergegas turun ke bawah untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Yang mengherankan, mereka berdelapan semuanya ada, kalau begitu siapa orang yang berada di dalam toilet itu? Pintu toilet dalam keadaan terkunci dari dalam, bahkan terdengar pula suara orang yang sedang menyiram jamban. Dalam kebingungan dan kecemasan itu, tiba-tiba si Lando satu-satunya dari mereka yang agak pemberani, maju ke depan. Ia dobrak pintu toilet itu sampai terbuka. Tapi anehnya...
Tak ada seorang pun disana!
Dari kesan yang ada, pintu toilet itu memang dikunci dari dalam. Akhirnya si Azziz tidak jadi buang hajat, mungkin dia merasa takut.
Malamnya mereka mendapatkan gangguan yang lebih buruk lagi. Ketika Yunus sedang nyenyak tidur malam itu tiba-tiba ia merasakan ada yang menarik-narik kedua kakinya sampai ia terjatuh dari kasur.
Kepalanya bahkan sampai terhentak ke lantai!
Jelas sekali bukan angin yang melakukannya. Sebab Yunus ingat teman-temannya pernah ingin berbuat usil terhadapnya.
Karena merasakan sakit di kepalanya akibat terhempas dari atas kasur ke lantai yang keras, seketika Yunus pun bangun, namun dilihatnya tak ada seorangpun di kamar. Yang terlihat cuma Lando yang tengah terlelap di atas kasurnya. Yunus merasa heran, tak mungkin Lando yang melakukannya sebab dia tidur pulas seperti orang mati.
Ketika Yunus keluar kamar, ia mendengar suara teman-temannya tengah tertawa. Rupanya mereka sedang asyik menyaksikan DVD film Korea di ruang bawah. Yunus pun masuk kembali ke dalam kamar sebab masih merasa sedikit lelah dan mengantuk. Tapi sejenak kemudian ia seperti teringat sesuatu. Yunus merasa, ketika ia menengok ke lantai bawah tadi ia seperti melihat Lando ada disana! Padahal bukankah tadi ia melihat dia tengah terlelap di dalam kamar?
Ah, sudahlah...
Dengan perasaan sedikit bimbang, pelan-pelan dan sambil berjingkat-jingkat Yunus coba melihat di atas kasur Lando. Disitu ia melihat ada sebuah benjol besar di bawah selimut, tampak seolah-olah ada orang di balik selimut itu. Lalu dengan perlahan ia pun menarik kain selimut itu dan coba terka, ada apa disana?
Hah!
Ternyata ada batu nisan yang sudah retak di balik selimut itu, dan serta merta kamar Yunus pun diselimuti bau apek dan anyir yang menusuk hidung.
Jangan tanya apa yang lantas ia lakukan pada waktu itu. Sebab kalau benda itu berada di dekat kalian pasti kalian pun takkan mau lagi tinggal di dalam kamar itu, betul tidak? Satu hal yang pasti, pada saat itu pandanganYunus menjadi semakin kabur, sekelilingnya seolah berputar-putar. Saat itu juga, antara sadar dan tidak sadar Yunus langsung kabur dari kamarnya itu. Tapi sepertinya kakinya sudah tidak lagi menginjak lantai. Sebab ia bisa merasakan larinya sangat cepat bagaikan terbang. Yunus lari keluar dari kamar itu dan langsung menuju ke ruang bawah untuk memberitahu kawan-kawannya tapi sialnya tak ada seorang pun yang bisa ia temui di ruang bawah.
“Kemana semua orang pergi?” pikir Yunus penasaran.
Setelah dicari-cari, ternyata semua temannya sudah berada di luar rumah! Rupanya sejak dari awalnya mereka sudah diganggu terlebih dulu. Yang sangat membuat hati Yunus merasa kesal adalah tak ada seorang pun yang memberitahu dirinya tentang apa yang sedang terjadi.
“Menyebalkan sekali kalian ini,” umpat Yunus kesal
Setelah teman-temannya berhasil menenangkan Yunus, mereka pun segera membahas apa yang selanjutnya akan mereka perbuat, sebab sekarang sudah pukul 02.00 dini hari. Mau minta tolong kakek Umam, rumah kakek Umam pun mereka tak tahu. Mau minta tolong tetangga, kiri dan kanan rumah yang mereka kontrak jauh dari tetangga. Akhirnya Sulaiman mengajak mereka semua untuk pergi ke warung angkringan pak Pur yang biasanya buka sampai pagi,
“Jaraknya tak sampai dua kilometer, kita bisa jalan kaki ke sana...” ujar Sulaiman membujuk.
“Dan disana tentu kita bisa tiduran sejenak sambil menunggu datangnya adzan Subuh,” lanjutnya kemudian.
Kedengarannya sih menyenangkan, tapi masing-masing dari mereka tidak ada yang pakai baju. Mereka hanya mengenakan boxer dengan kain pelekat saja. Namun tetap saja mereka harus masuk kembali ke dalam rumah. Sebab mereka perlu mengambil handphone, dompet dan kunci motor. Jadi, mau tak mau terpaksalah mereka masuk kembali ke dalam rumah itu.
Oleh karena hanya kamar Bondan dan Norman saja yang berada di bawah, maka mereka mengambil keputusan untuk meminjam baju kedua teman mereka itu. Dan karena masing-masing dari mereka takut untuk naik ke lantai atas, dompet pun terpaksa ditinggal. Masing-masing bersepakat menggunakan uangnya Norman dahulu. Sungguh beruntung karena kunci motor mereka masih menyangkut di paku dinding lantai bawah.
Sewaktu akan keluar dari rumah itu, Yunus merasa ada seorang anak perempuan berdiri di dekat pintu dapur. Ia tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya. Pada saat itu teman-temannya heran melihat wajah Yunus tiba-tiba menjadi berubah pucat pasi. Ketika itu Yunus diam saja, tidak menanggapi komentar mereka karena ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Senyuman anak perempuan itu membuatnya merasa sangat kedinginan seperti hendak membeku. Kepala sampai lututnya bahkan menggigil sepanjang perjalanan hingga sampailah mereka di warung angkringan pak Pur!
Begitu sampai di warung angkringan tersebut, masing-masing dari mereka sibuk membuka cerita termasuk Yunus juga. Mula-mula Alex bercerita, malam itu pada pukul 24.15, dia sedang sibuk men-download lagu-lagu favorit dari internet ketika tiba-tiba terdengar bunyi seperti ada yang melempar batu dekat jendela kamarnya. Ketika dia tengok keluar jendela, dia melihat ada seorang perempuan duduk di dekat pohon ara di sebelah rumah itu, ia memakai baju putih kekuningan yang tampak lusuh dan koyak-koyak dengan rambut panjang tergerai. Yang membuatnya takut, perempuan aneh itu menatap tajam ke arahnya dan tersenyum mengerikan. Alex pun langsung saja menutup jendela kamarnya dan pergi keluar kamar, langsung menuju kamar Yunus.
Malangnya, belum sampai di kamar Yunus. Ada lagi satu hantu duduk di dekat depan pintu kamar Yunus, tapi kali ini hantu anak kecil. Karena ketakutan, tanpa pikir panjang Alex langsung terjun keluar rumah melalui jendela kecil di dekat lorong kamarnya. Akibatnya, kakinya terkilir. Untung saja tidak sampai patah.
Azziz juga bercerita bahwa dia melihat ada anak perempuan melambaikan tangan ke arah dirinya (yang ini, Yunus pun juga mengalaminya). Azziz yakin anak itu bukan manusia sebab ketika dia berdiri, kakinya tidak menyentuh lantai!
Sementara Samuel juga bercerita bahwa dia melihat hantu itu melayang di langit-langit kamar! Ketika membuka mata, hantu itu betul-betul “eye to eye” dengan dirinya.
Rupanya mereka semua mengalami ganguaan dari makhluk halus di rumah kontrakan itu. Dan Yunus adalah orang yang paling terakhir bercerita. Yunus pun menceritakan bagaimana kedua kakinya ditarik ketika sedang tidur sampai ia terjatuh dari kasur dan kepalanya terhentak di atas lantai. Setelah itu ia juga menceritakan apa yang ia lihat saat mereka sedang menonton DVD di ruang tengah di lantai bawah, namun Azziz tiba-tiba menyela, “Memangnya kapan kami menonton DVD?”
Rupa-rupanya tiada seorang pun yang menonton DVD dini hari tersebut! Jadi, siapa yang Yunus lihat waktu itu?
Seram betul...!
Kaki Yunus yang sedari tadi menggigil pun semakin bertambah kuat menggigilnya.
Ketika sedang sibuk bercerita itu, Yunus mencium bau sesuatu yang kurang enak. Teman-temannya yang lain pun juga mencium bau itu. Usut punya usut, ternyata...
Oooh... rupanya Azziz tadi terkencing di celana karena sangat ketakutan. Untung saja ketika itu tidak ada banyak orang di warung angkringan pak Pur. Malu betul! Bahkan si Samuel malah ketahuan memakai sandal yang beda sebelah. Akhirnya daripada sibuk bercerita yang seram-seram melulu, mereka pun ganti bercerita lucu dan berkelakar yang membuat tertawa.
Ketika asyik tertawa-tawa itulah, barulah mereka menyadari bahwa Sulaiman dan Norman tidak ada bersama mereka. Yang ada Cuma mereka berenam. Yunus, Azziz, Samuel, Alex, Bondan, dan Lando. Dari keenam orang itu, ternyata hanya Bondan seorang saja yang membawa HP, jadi mereka pun meminjam HP tersebut dan mencoba menelepon Norman tapi tidak ada jawaban. Menelepon Sulaiman pun sama juga tak ada jawaban. Kemudian Lando mengambil HP Bondan itu, entah apa yang dia baca karena setelah itu tiba-tiba dari HP itu terdengar suara perempuan tertawa terkikik-kikik mirip kuntilanak!
Gila! Benar-benar gila! Seram sekali, sampai meremang bulu roma yang mendengarnya.
Mereka berenam langsung terdiam. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sepakat akan menunggu sampai esok pagi, barulah kemudian kembali ke rumah itu untuk mencari Norman dan Sulaiman. Setelah mendengar suara perempuan tertawa mirip kuntilanak dalam HP itu, tiada seorang pun dari mereka yang membuka mulut hingga menjelang Subuh!
Pukul 06.30 pagi barulah mereka pergi dari warung angkringan pak Pur. Hati Yunus masih saja berdebar-debar. Yang lain-lain tak tahulah. Sampai di depan rumah kontrakan, Yunus melihat pintu rumah dan pintu pagar terbuka lebar. Kalau ada pencuri yang masuk, pasti dia akan kaya raya karena hampir semua barang berharga mereka tinggalkan di dalam rumah kontrakan itu, termasuk laptop, dompet, dan handphone, semuanya mereka tinggalkan begitu saja. Yunus merasa bulu romanya masih merinding. Mereka semua berdiri mematung. Tak seorang pun dari mereka berani masuk ke dalam rumah itu.
Yunus ingat, ada sekitar 20-30 menit lamanya mereka duduk terbengong-bengong di depan rumah sebab tak ada yang berani masuk. Entah bagaimana tiba-tiba HP Bondan berbunyi.
Hati Yunus dan Alex merasa senang. Asalkan jangan hantu itu yang menelepon. Lando mengangkat telepon genggam itu. Sebenarnya diantara teman-temannya yang lain, Lando lah yang paling berani tapi kadang-kadang penakut juga dia. Menurut Lando, ini telepon dari rumah sakit yang mengabarkan kalau Norman dirawat di UGD rumah sakit Waras Sehat. Katanya ia mendapat kecelakaan. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa ada miss call dari nomor HP Bondan, sebab itu dia telepon balik ke nomor Bondan.
Ooooh... barulah mereka paham. Yang aneh adalah; Norman mengalami kecelakaan? Ah, yang benar saja?
Masing-masing jadi serba salah. Bingung juga jadinya. Tak tahu mana yang harus didahulukan, menengok Norman yang dirawat di rumah sakit Waras Sehat atau mencari Sulaiman yang hilang, dan sampai kini belum ketemu.
Akhirnya mereka telepon si pemilik rumah untuk datang melihat apa yang sedang terjadi. Lalu mereka berbagi tugas. Yunus dengan Samuel pergi ke rumah sakit Waras Sehat untuk melihat keadaan Norman. Kalau keadaannya memang sangat gawat, Yunus akan beritahu yang lain untuk datang. Sementara teman-teman yang lain akan bergerak mencari Sulaiman di sekitar rumah, mereka khawatir dia kesurupan atau apa. Mereka masing-masing hanya bisa bertawakal.
Ketika dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Waras Sehat, Samuel berkali-kali mengatakan betapa takut dan khawatirnya dia akan peristiwa ini, tapi hati Yunus masih cukup kuat untuk mengatakan bahwa persoalan ini belumlah selesai.
Sesampainya di rumah sakit, Yunus langsung mencari Norman. Betapa kagetnya Samuel dan Yunus melihat keadaan Norman yang parah. Kakinya patah! Dokter mengatakan Norman terserempet oleh kereta atau sesuatu. Ini kasus tabrak lari. Naluri Yunus sangat kuat mengatakan bahwa umur Norman tidak akan panjang sebab darah keluar terus menerus. Sedangkan Samuel tak sanggup melihatnya lebih lama lagi, air matanya berderai tiada henti.
Dokter juga mengatakan bahwa Norman sudah sekarat, ia tak mampu menolong lebih banyak lagi. Yunus duduk di tepi ranjang Norman, dia masih bisa berbicara tapi tersendat-sendat. Dia meminta maaf karena telah menyusahkan teman-temannya. Berulang-ulang kali dia meminta maaf tapi Yunus tidak dapat menangkap apa yang dia maksudkan. Tak berapa lama kemudian, akhirnya Norman meninggal dunia.
Yunus berusaha menguatkan hatinya untuk menelepon kawan-kawan yang lain dan memberitahukan tentang kematian Norman. Yunus melihat Samuel terduduk di tepi balkon dengan mata merah sebab ia menangis cukup lama. Tak lama setelah itu keluarga Norman datang. Yunus tak sanggup berada disana lebih lama lagi dan akhirnya diajaknya Samuel kembali kepada teman-teman yang lain.
Sesampainya di rumah kontrakan, Yunus melihat banyak sekali orang tengah mencari Sulaiman tapi tak ketemu juga. Seluruh sudut rumah sudah digeledah. Akhirnya ada orangtua disitu yang meminta tolong kepada seorang ustadz. Yunus tak ingat siapa nama ustadz itu tapi setelah shalat Ashar barulah mereka menemukan Sulaiman duduk di atas sebuah batu nisan di belakang rumah. Yang mengherankan, sudah 5 sampai 6 kali mereka mencari dan melewati tempat itu, tapi tak seorangpun dari mereka yang melihat dirinya disitu.
Tak bisa digambarkan betapa senangnya hati mereka dapat melihat Sulaiman kembali. Setelah berdiskusi sebentar, mereka semua memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakan tersebut hari itu juga. Kebetulan di wilayah belakang fakultas ada satu rumah untuk disewa, jadi mereka pun pindah ke situ. Barang-barang Norman mereka angkut juga. Mereka tidak berpamitan kepada si pemilik rumah kontrakan.
Terus terang waktu itu Yunus benar-benar kesal melihat wajah si pemilik rumah sebab ia tidak memberitahu mereka kalau rumah ini ‘berhantu’. Pantas saja dia dulu hanya minta bayaran 100 ribu saja dan menyarankan untuk tidak membawa barang banyak-banyak, dia pasti tahu kalau mereka tidak akan lama tinggal di rumah angker itu.
Menyebalkan!
Seminggu setelah itu, Yunus demam selama 3 hari. Sementara jenazah Norman sudah dikebumikan di Solo, Jawa Tengah.
Keadaan sudah mulai pulih, hanya Sulaiman saja yang badannya mulai sakit-sakitan. Akhirnya mulut Yunus tergerak untuk bertanya kepada Sulaiman tentang apa yang sebenarnya terjadi, sebab sebelum Norman meninggal dunia, dia sempat meminta Yunus untuk menanyakan pada Sulaiman tentang sebuah rahasia.
Rupanya di hari pertama mereka masuk rumah kontrakan itu, Norman dan Sulaiman telah berbuat sesuatu yang kemudian membawa petaka!
Dia mencangkul kuburan di belakang rumah itu. Norman bahkan mengkais-kaisnya dengan kakiya. Mungkin karena itulah kakinya patah. Kemudian Sulaiman bercerita lagi, pada malam ketika mereka semua diganggu makhluk ghaib di rumah kontrakan itu, dia dan Norman pun terkena juga. Tapi hantu itu rupanya mengejar mereka sampai ke jalan raya. Mereka tersudut dan terpaksa lari sampai ke tengah jalan.
Entah dari mana datangnya mobil itu yang tiba-tiba saja menghantam mereka. Norman tercampak di tengah jalan, sedangkan Sulaiman terlempar ke tepi jalan. Kemudian datang mobil lain yang melindas kaki Norman. Setelah itu, Sulaiman tak ingat apa-apa lagi hingga akhirnya teman-temannya menemukan dia duduk di atas batu nisan itu. Yang mengherankan, bagaimana dia bisa duduk di atas batu nisan itu, sedangkan dia bilang, dia lari ke tengah jalan besar? Dan kenapa hanya Norman saja yang terkena sial?
Akhirnya Yunus mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Tak lama setelah Sulaiman bercerita dengannya, dia jatuh sakit. Tak tahulah sakit apa tapi tiga bulan kemudian dia meninggal dunia. Keluarganya sendiri kebingungan sebab dokter pun tidak tahu penyakit apa yang diderita Sulaiman. Tapi Yunus yakin, masalah ini ada kaitannya dengan kuburan yang telah mereka gali itu.
Yunus dan teman-teman yang lain sempat berziarah ke makam Sulaiman. Yang paling tidak tahan adalah Azziz, sebab dia adalah teman akrab Sulaiman. Memang Yunus tahu dia sangat sedih. Yang tak bisa mereka lupakan adalah ketika mereka semua menangis ketika mengangkat jenazah Sulaiman. Perasaan mereka sangat sedih saat itu.
Yunus, Azziz, Samuel, Alex, Bondan dan Lando, pada akhirnya mereka semua berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Buat Norman dan Sulaiman, mereka tetap akan mengingat keduanya sampai kapanpun.
Rumah kontrakan ‘berhantu’ itu sampai sekarang masih ada. Setiap kali Yunus lewat kawasan itu, ia langsung merasa sangat sedih, terutama karena teringat akan si Norman. Oh ya, ada satu hal lagi, di hari terakhir mereka berada di rumah kontrakan itu, HP Alex ketinggalan di meja belajar di kamar atas. Jadi pada siapa saja yang berani, boleh lah ambil HP itu, tapi itu pun kalau ada yang berani!
Ha... ha... ha…!