Tuesday, November 30, 2021

Hantu Boneka



Pengalaman menyeramkan ini dialami oleh Nita hampir dua tahun yang lalu. Begitu menyeramkan dan membuat trauma sehingga membuatnya tidak mau lagi berada di rumah sendirian. Dan berikut ini kisah selengkapnya.

Sejak masih duduk di bangku SMP, Nita sudah tinggal di rumah kakaknya, Elza, karena rumahnya terletak di tengah kota sehingga dekat dengan sekolah Nita. Elza anak sulung sedangkan Nita anak bungsu. Usia mereka terpaut jauh yaitu 15 tahun. Hal ini dikarenakan orang tua mereka sangat menginginkan bayi laki-laki sehingga tidak mau berhenti punya anak sebelum mendapatkan bayi laki-laki. Namun akhirnya setelah melahirkan anak yang ke-11, yaitu Nita, mereka pun memutuskan berhenti karena kondisi fisik ibunda yang sudah tidak memungkinkan untuk hamil lagi.

Sekarang Nita sudah lulus SMA, namun ia belum melanjutkan sekolah karena satu dan lain hal, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menetap dulu, mungkin sambil mencari pekerjaan. Karena tentunya Nita juga tidak ingin menjadi beban dan selalu menyusahkan kak Elza, apalagi kakaknya itu juga mempunyai tanggungan seorang anak kecil yang namanya Bima. Bima baru berumur satu setengah tahun, dan sedang lucu-lucunya. Hari-hari kosong Nita diisinya dengan bermain bersama Bima hingga sampailah pada hari itu dimana kak Elza harus pergi ke rumah sakit karena suami dan ibu mertuanya masuk UGD karena tertimpa kecelakaan lalu lintas. Nita pun ditugaskan untuk menjaga Bima di rumah kak Elza ini.

Awalnya Nita menolak karena takut berada di rumah malam-malam begini, apalagi ini malam jumat. Tapi ia malah dimarahi dan akhirnya sekitar jam 21.00 malam, kak Elza pergi ke rumah sakit dan Nita pun terpaksa tinggal di rumah, dan ia hanya berdua saja dengan Bima. Malam itu jam menunjukan pukul 21:30 malam. Bima saat itu menangis, sehingga Nita harus menggendongnya terus. Selama Nita tinggal di sini, baru kali ini ia berada di rumah sendirian.

Nita memang seorang penakut dan selalu berpikiran tentang hal-hal yang aneh. Ditambah lagi cerita-cerita seram yang sering ia dengar dari para tetangga mengenai rumah ini. Untuk mengusir rasa takut ia pun berjalan-jalan di ruang tengah dekat dengan pintu keluar sisi timur. Namun tiba-tiba Bima menangis karena susunya habis, sehingga Nita harus membuatkannya susu lagi. 

Dengan mengerahkan segala keberaniannya Nita berjalan dari ruang tengah menuju ke dapur. Sesaat kemudian sampailah Nita di dapur dan mulai membuatkan susu. Namun, tiba-tiba terdengar derit suara pintu yang dibuka dengan pelan.

Sontak dengan nada kencang dan penasaran Nita berteriak, 

“Kak Elza… sudah pulang Kak?!” 

Namun tidak ada jawaban. Nita pun segera melanjutkan membuat susu untuk Bima, tangan kiri menggendong Bima dan tangan kanan sibuk membuat susu, namun tiba-tiba,

Astagaaa… Nita mendengar lagi derit suara pintu yang dibuka pelan, 

“Kak, sudah pulang ya…?” teriak Nita lagi.

Namun lagi-lagi tidak ada jawaban.

Susu pun selesai dibuat, dan Bima mulai meminum susunya. Nita berjalan keluar dapur sambil melihat ke kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada apa-apa. Tiba-tiba terdengar suara boneka mainan keponakannya ini yang berada dari lantai 2. Nita masih mengira itu kakaknya. Nita pun naik ke lantai 2 tapi dilihatnya pintu kamar keponakannya itu tertutup dengan kunci yang masih menggantung di daun pintu sebelah luar. Sementara Nita sedang mencoba membuka pintu yang masih terkunci itu, dari dalam kamar masih terdengar suara boneka mainan itu. Dan ketika Nita berhasil membuka pintu yang terkunci itu, seketika suara boneka itu pun berhenti. 

Nita melihat sebuah boneka barbie yang berada di rak mainan, ia mencoba menggerak-gerakkan boneka itu tapi tidak bersuara. Nita pun menyimpan kembali boneka itu di rak mainan, ia mencoba menyelipkannya namun karena terlalu memaksa akhirnya mainan Bima malah berjatuhan semua. Nita meletakkan Bima ke dalam buaian tempat tidurnya dan mulai membereskan mainannya. Lalu tiba-tiba Bima tertawa ketika melihat Nita membereskan mainannya. Nita menoleh sebentar ke arah Bima, tapi setelah dilihat, ternyata Bima tidak melihat atau tertawa ke arah Nita. Bima menertawakan sesuatu yang berada di belakang Nita. Jari Bima terlihat menunjuk sesuatu di belakangnya, Bima masih saja tertawa seperti sedang berinteraksi. Sambil melihat Bima yang tertawa Nita bertanya,

“Dede Bima, ada siapa di situ? Ada siapa di belakang Tante?”

Bima menatap lalu telunjuknya menunjuk sesuatu di belakang Nita, perlahan Nita memberanikan diri untuk melihat ke belakang. Tapi tidak ada siapa-siapa, jantung Nita mulai berdegup. Ia mulai merasa seluruh tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya serasa pucat. Nita pun terus membereskan mainan yang berserakan. Ketika sedang memungut sebuah boneka mainan, dirasakannya tangan boneka itu seperti tangan anak kecil. Tangan itu sekarang mulai bergerak-gerak dan terlepas dari genggaman Nita. Kini tangan itu terasa menyentuh pipinya, jelas terasa tangannya dingin sekali. Tangan itu lalu menarik wajahnya dan menghadapkannya ke arah depan sampai Nita melihat sebuah sosok yang menyeramkan. 

Sesosok anak kecil tanpa memiliki bola mata dan kedua tangannya itu memegang pipi Nita. Lobang tempat mata anak kecil itu terlihat sangat dalam dan hitam, dan dia seperti tersenyum kepadanya seakan berkata sesuatu. Sesaat kemudian terdengar jelas anak kecil itu berkata,

“Main yuuuk…”

Nita yang sangat terkejut dengan peristiwa itu langsung melompat dan lari keluar kamar. Ia berlari ke bawah tanpa berani melihat ke belakang hingga akhirnya sampai di halaman depan rumah. Jantungnya berdebar kencang, samar-samar terdengar suara tangisan Bima dari lantai atas. Karena ketakutan Nita pun sampai lupa membawa Bima. 

Hingga akhirnya kakaknya pun datang. Nita segera menghambur ke kak Elza dan menceritakan semuanya tanpa terkecuali, namun kak Elza malah memarahi Nita karena meninggalkan Bima sendirian di atas. Sambil mengejar kakaknya yang berlari ke lantai atas, Nita pun mencoba menjelaskan kepada kak Elza bahwa tadi ia bertemu hantu anak kecil di kamar Bima. Namun kakaknya terkesan tidak percaya dan kembali menyalahkan Nita sampai akhirnya Bima pun tenang dan mulai tertidur. 

Nita duduk di ruang tengah, lalu kak Elza datang dan meminta maaf kepada Nita. Ia tadi marah karena Nita meninggalkan Bima sendirian di kamarnya, jadi bukannya ia tidak percaya dengan penjelasan Nita. Kak Elza kemudian bercerita bahwa memang hantu anak kecil itu sering terlihat muncul di sekitar sini. Belum jelas siapa dan kenapa anak itu meninggal dan menghantui setiap orang yang menempati rumah ini. Yang pasti, sampai detik ini Nita tidak berani lagi berada di rumah sendirian. 

Hantu Itu Betah Tak Mau Pergi




Ali Mukhsin bekerja di sebuah bengkel mobil dan motor di Kalideres, Jakarta Barat. Bengkel mobil dan motor yang oleh pemiliknya diberi nama sangat lucu itu milik orang Klaten yaitu pak Sastro Wardoyo. Ingin tahu nama bengkelnya? Namanya adalah bengkel mobil dan motor “Sukses Ngaciirr”.

Ali Mukhsin terbilang sebagai karyawan baru bahkan seingatnya ia baru 3 bulan bekerja di bengkel ini. Tapi ternyata bukan hanya pengalaman kerja biasa saja yang ia dapatkan di tempat kerjanya yang baru ini, ada juga pengalaman seram dan misterius yang tidak akan pernah bisa ia lupakan. Dan berikut ini adalah kisah selengkapnya.

Tidak seperti biasanya hari itu bengkel mobil dan motor “Sukses Ngaciirr” sangat sepi, akibatnya Ali Mukhsin pun hanya duduk bermalas-malasan sambil mengobrol santai bersama dua orang mekanik lainnya. Hari itu suasana sedang mendung, dan memang dalam seminggu ini matahari agaknya enggan bersinar. Udara dingin berhembus perlahan, dan sepertinya hujan sebentar lagi akan turun. Bahkan petir sudah mulai menyambar-nyambar…

Perlahan rasa kantuk mulai menyerang Ali Mukhsin. Namun ketika sedang asyik terkantuk-kantuk tiba-tiba Ali Mukhsin terbangun ketika ada sebuah mobil masuk ke pelataran bengkel. Saat ia perhatikan benar-benar, ia sempat terkejut karena mobil yang datang adalah sebuah mobil ambulance. 

Semua pegawai nampaknya enggan untuk men-servisnya dan langsung berpencar seolah masing-masing sedang banyak kegiatan. Tapi, sialnya saat itu sang bos yaitu pak Sastro Wardoyo melihat Ali Mukhsin dan dia pun menyuruhnya untuk men-servis mobil tersebut. Sebuah mobil ambulance yang sudah terlihat cukup tua, dan dibawa oleh seorang laki-laki tua yang tidak banyak bicara. Bahkan dia langsung menghampiri pak Sastro Wardoyo dan berbincang-bincang, sambil sesekali melihat ke arah mobilnya. 

Tak berapa lama kemudian laki-laki tua itupun pergi meninggalkan bengkel. Sesaat kemudian pak Sastro Wardoyo mendatangi Ali Mukhsin untuk memberitahu apa saja yang harus ia kerjakan terhadap mobil ambulance itu. Tanpa pikir panjang dan berlama-lama Ali Mukhsin langsung memulai pekerjaannya. Pertama-tama ia memeriksa seluruh bagian mobil. Ketika sedang melakukan pemeriksaan tersebut, entah kenapa tiba-tiba bulu kuduknya terasa merinding dan, 

Astaga…

Ketika Ali Mukhsin membuka pintu belakang mobil ambulance itu, ia terkejut dan matanya terbelalak ketika mendapati masih ada keranda mayat di dalam mobil ambulance itu. Ali Mukhsin mencoba tetap tenang, dan agar pekerjaannya cepat selesai ia langsung men-servis mobil itu, tidak ada satupun seniornya yang datang membantu pada saat itu. Yang ada malah mereka menakut-nakuti Ali Mukhsin. 

Tak berapa lama hujanpun turun dan mendung pekat di langit membuat suasana menjadi lebih gelap. Sejenak Ali Mukhsin meninggalkan mobil untuk mengambil senter, setelah mendapatkannya ia pun kembali lagi masuk ke kolong mobil ambulance itu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun suasana mendadak berubah mencekam. Ali Mukhsin tiba-tiba mencium bau yang sangat mengganggu… seperti bau amis darah. Bau itu jelas sekali berasal dari mobil ambulance ini, walaupun merasa takut tapi ia berusaha untuk tidak menghiraukannya.

Baru saja Ali Mukhsin melanjutkan bekerja, tiba-tiba ia mendengar suara aneh yang sepertinya berasal dari dalam mobil. Ali Mukhsin yang sedang berada di kolong mobil mendengar seperti ada orang yang bersuara dan bergerak-gerak di dalam mobil, padahal jelas-jelas tadi dilihatnya hanya ada keranda kosong di dalam mobil ambulance ini. Karena penasaran ia langsung keluar dari kolong mobil dan membuka pintu belakang mobil ambulance ini dan, 

Tidak ada siapa-siapa di sana… kosong!! Benar-benar kosong…!! 

Hanya saja Ali Mukhsin sangat yakin bahwa keranda mayat itu sekarang posisinya terbalik. Ketika hari mulai beranjak petang dan semakin gelap, dan mobil yang diservisnya belum juga selesai, Ali Mukhsin memutuskan untuk menghentikan pekerjaannya. Selain karena takut juga karena merasa lelah sekali. Lagipula ia memang selalu tidur di bengkel, jadi ia bisa melanjutkan pekerjaannya esok pagi-pagi sekali. 

Malam itu Ali Mukhsin meminta salah seorang temannya sesama mekanik untuk menemani tidur di bengkel. Namun tidak seperti biasanya, kali ini tidak ada yang mau menemani Ali Mukhsin. Mungkin karena ada mobil ambulance itu, sehingga mereka menjadi takut dan tidak mau menginap di bengkel. Satu per satu mereka pun pulang dan malam pun tiba. Hujan telah reda, dan udara di luar terasa sangat dingin. Namun dinginnya udara kali ini tidak seperti biasanya. Suasana menjadi terasa berbeda, Ali Mukhsin merasa ada yang tidak beres. Ia berusaha tenang dan berpikir positif dan berusaha tidak memikirkan ambulance tua yang terparkir di luar kamar tempat ia tidur, namun masih berada di dalam area bengkel. 

Detik berganti ke menit, dan menit berganti ke jam. Tak terasa waktu pun berlalu dan kini telah menunjukan pukul 22:00 malam, dan akhirnya Ali Mukhsin memutuskan untuk tidur. Entah telah berapa lama ia tertidur ketika tiba-tiba saja ia terbangun karena mendengar suara-suara di dalam bengkel. 

“Ada pencuri…!!” teriaknya dalam hati.

Ali Mukhsin mengambil linggis dan bersiap untuk menghajar pencuri tersebut. Namun pada saat ia membuka pintu kamar, dan melihat ke dalam bengkel, ternyata tidak ada siapa-siapa. Ali Mukhsin tertegun sejenak, kemudian ia melihat ke arah jam di dinding yang menunjukkan pukul 02:00 dini hari, ia pun berbalik hendak menuju ke kamar, tetapi…

Entah ini nyata ataukah hanya imajinasinya saja, ia mendengar dengan sangat jelas suara seorang wanita tertawa terkekeh-kekeh mirip tertawanya kuntilanak. Seketika itu juga Ali Mukhsin berbalik lagi melihat ke arah bengkel, namun tetap tidak ada siapa-siapa di sana.

Hingga akhirnya…

Ali Mukhsin melihat, di dalam mobil itu seperti ada seseorang… namun karena gelap maka tidak begitu jelas terlihat, perlahan ia memberanikan diri untuk mendekati mobil itu. Pikirannya masih campur aduk. Setelah ia berada cukup dekat, ia pun berteriak lantang sambil memanggil,

“Hey…!! Siapa di sana?!”

Hening… Tidak ada jawaban.

Lalu Ali Mukhsin pun mundur dan berjalan pelan menuju ke kamarnya. Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba ia mendengar suara seolah ada yang membuka pintu belakang mobil ambulance itu. Ali Mukhsin yang kaget langsung terjatuh… badannya terasa lemas, dan berat saat itu. 

Ketika itu dilihatnya pintu belakang mobil ambulance itu telah terbuka. Sesaat kemudian terlihat sepasang kaki yang sangat kumal turun dari mobil ambulance itu. Ali Mukhsin mencoba berdiri dan berlari… namun tidak bisa, dan tak lama kemudian di dalam mobil ambulance itu dipenuhi dengan kabut asap berwarna putih pekat dan kemudian kabut asap itu pun membumbung, dan mulai membentuk sesosok makhluk yang menyeramkan.

“Astagaaa…!!” pekik Ali Mukhsin tertahan. 

Setelah ia perhatikan dengan seksama, makhluk menyeramkan itu ternyata seorang perempuan dengan wajahnya yang sudah sangat rusak. Perempuan itu mengenakan T-shirt warna putih dan celana jeans warna biru muda. Yang mengerikan adalah, pada T-shirt yang dikenakannya terlihat bekas darah segar. Perempuan itu sekarang menatap Ali Mukhsin dengan tatapan yang dingin, dan sesaat kemudian berjalan mendekatinya. Satu kakinya diseret dan terlihat terpincang-pincang menuju ke arah Ali Mukhsin, dan entah kenapa juga Ali Mukhsin tidak dapat menggerakan badannya yang tiba-tiba saja terasa sangat kaku. 

Pelan tapi pasti sosok perempuan itu semakin mendekat. Sambil menutup matanya, Ali Mukhsin yang ketakutan itu pun mulai komat-kamit membaca doa… tapi tetap saja badannya tidak bisa digerakkan.

Sekarang, ia merasakan ada tangan dingin yang memegang pergelangan kakinya. Ali Mukhsin berteriak sejadi-jadinya tanpa berani melihat apa yang sedang menyentuh kakinya itu, dan pelan-pelan tangan dingin itu naik ke atas kaki… lalu pada saat Ali Mukhsin membuka matanya, wajah rusak penuh darah itu sekarang hanya beberapa inci saja di depan wajahnya… 

Tiba-tiba, bagaikan mendapat mukjizat, Ali Mukhsin bisa menggerakkan badannya, saat itu juga ia bangkit sekuat tenaga dan berlari keluar dari bengkel. Sampai akhirnya ia pun berhasil keluar, dan bersembunyi di kios depan bengkel sampai pagi hari. Esok paginya Ali Mukhsin menceritakan semua kejadian tadi malam kepada para seniornya, tapi mereka menanggapinya dengan enteng sambil berkata bahwa hal seperti itu sudah biasa. Ternyata ini bukan pertama kalinya ambulance itu diservis di sini, dan setiap kali ambulance itu diservis di sini selalu saja ada peristiwa aneh dan menyeramkan terjadi. 

Setelah selesai diservis dan sopir ambulance itu hendak membawanya pergi, Ali Mukhsin memberanikan diri bertanya kepadanya tentang ambulance tersebut. Setelah dijelaskan, akhirnya Ali Mukhsin pun tahu bahwa mobil ambulance itu baru saja mengantarkan jenazah seorang perempuan yang meninggal karena tertabrak dan terseret metro mini. Dan baru saja dimakamkan kemarin sebelum mobil ambulance tersebut dibawa ke bengkel ini. 

Ali Mukhsin mengira setelah ambulance itu tak lagi berada di bengkel ini maka hantu perempuan itu pun akan hilang, tapi ternyata perkiraannya salah. Sampai saat ini sosok perempuan berwajah rusak itu masih sering terlihat setiap petang menjelang malam. Berdiri di bawah pohon Akasia yang terletak di seberang bengkel ini. 

Sunday, November 28, 2021

Ada Makhluk Halus di Lantai Atas



Ini adalah sebuah pengalaman menyeramkan yang dialami oleh Yashinta di masa kecil dulu. Ketika itu ia masih duduk di kelas 2 SD. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya yang masing-masing bekerja sebagai juru bayar di sebuah pabrik penggilingan beras dan sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit swasta di Bogor.

Yashinta sudah terbiasa tinggal di rumah sendirian sementara kedua orangtuanya bekerja mencari nafkah. Biasanya sepulang sekolah Yashinta langsung ke rumah dan memakan kudapan yang sudah disiapkan oleh ibunya di dalam kulkas. Segala yang dibutuhkan oleh Yashinta dari pagi hingga sore hari sudah dipersiapkan oleh ibunya yang bekerja hingga menjelang petang itu. Nasi sudah tersedia di magic com, sayur dan lauk sudah ada di dapur, buah-buahan, susu, dan puding kesukaan Yashinta pun sudah tersedia di kulkas. 

Dan Yashinta juga dibekali sebuah ponsel yang pulsanya selalu terisi cukup banyak untuk menelepon kedua orangtuanya setiap kali ia merasa kangen, kesepian, atau jika ada sesuatu yang sifatnya darurat dan Yashinta harus memberitahu kedua orangtuanya. 

Rumah yang ditempati oleh Yashinta dan orangtuanya memiliki dua lantai ruangan. Saat itu, kedua orangtua Yashinta sedang bekerja, dan seperti biasanya, ia pun sendirian di rumah. Ketik itu Yashinta pulang dari sekolah dan mendapati rumahnya sangat gelap. Mungkin ibu dan ayahnya lupa menyalakan lampu sebelum mereka berangkat bekerja tadi, atau mungkin sedang mati lampu, karena di wilayah tempat Yashinta tinggal sedang ada perbaikan gardu listrik. 

Saat itu Yashinta membuka pintu rumah dan berkata, 

“Ibu, apa Ibu sudah pulang?” 

Dan ia mendengar suara jawaban dari lantai atas,

“Iyaaa...” 

Setelah itu, Yashinta berkata lagi,

“Ibu, Ayah... Apakah kalian sudah pulang?” 

Dan ia mendapat jawaban yang sama dari lantai atas,

“Iyaaa...” 

Sampai berulang-ulang dan suara di lantai atas itu selalu menjawab, 

“Iyaaa... iyaaaa...”

Yashinta merasa sangat bingung apakah ibunya sudah pulang dan berada di lantai atas? Karena suara itu adalah suara seorang perempuan. Tanpa berpikir panjang, Yashinta langsung menuju ke lantai atas dan perlahan menaiki satu per satu anak tangga, ketika ia sampai di anak tangga teratas, ia pun bertanya sekali lagi,

“Ibu… Ibu sudah pulang ya?” 

Dan lagi-lagi suara itu menjawab,

“Iyaaa.” 

Suara itu terdengar sangat jelas dari dalam kamar di lantai atas. Di saat Yashinta ingin membuka pintu kamar di lantai atas itu, ia merasa bahwa perasaannya tidak enak dan sepertinya ada sesuatu yang lain tapi ia tidak tahu, entah apakah itu. 

Ketika ia sedang dalam kebimbangan itu, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang membuka pintu di ruang tamu depan di lantai bawah, Yashinta pun melongok ke bawah. 

Ketika pintu telah terbuka... 

Ahaa... ternyata itu adalah ibunya. Sepertinya ibunya sudah pulang dari bekerja, dan seperti biasanya ia selalu membawa banyak tas belanja di saat pulang dan Yashinta sangat menyukainya.

Ibunya berkata, 

“Selamat sore, ibu pulang...” 

Begitu mendengar suara dari ibunya, Yashinta merasa sangat tenang, dan saat itu juga ia langsung berlari menuruni tangga untuk menyambut hangat ibunya yang baru saja pulang dari bekerja.

Di saat yang bersamaan ibunya menyalakan lampu rumah dan dalam sekejap lampu pun menerangi seluruh ruangan termasuk yang di lantai atas. Ketika Yashinta sedang berjalan menuruni tangga itu, ia sempat merasa penasaran siapakah yang menjawab seluruh sapaan darinya tadi, mungkinkah ada orang di dalam rumah ini dan dia berada di lantai atas? Sepertinya tidak mungkin, karena rumahnya selalu terkunci apabila rumah dalam keadaan kosong.

Dan ketika Yashinta sedang menuruni tangga, ia sempat menoleh ke lantai atas, dan apa yang ia lihat? 

Benar-benar aneh dan mengejutkan...

Ketika itu Yashinta melihat ada seorang perempuan berkulit sangat pucat, matanya tajam memandang Yashinta, rambutnya panjang tergerai, acak-acakan, dan berwarna putih pucat, ia memakai jubah hitam, dan sedang berdiri melihat ke arahnya, saat itu Yashinta berlari ketakutan menuruni tangga, dan saat itu ia mendengar suara yang berkata,

“Kenapa kau tidak menyapaku lagi?” 

Namun kali ini suara itu bukan suara perempuan yang ia dengar tadi melainkan suara seorang pria, suara itu sangat berat dan menggema.

Yashinta kaget bukan kepalang, sesaat kemudian ia merasakan susah bernapas, dan sekelilingnya seperti berputar-putar. Dan Yashinta pun jatuh pingsan.


Si Nenek Ternyata Telah Meninggal



Sepasang pengantin baru tengah menuju ke acara teman mereka di rumahnya pada suatu petang yang temaram dan ketika itu hujan turun dengan derasnya. Namun tiba-tiba, karena suatu hal mereka berhenti di sebuah perempatan. Rupanya mereka melihat seorang wanita tua, yang menggigil kedinginan, dan basah kuyup berdiri di jalanan. Sang istri lalu menanyakan kepada suaminya apakah mereka bisa memberi nenek itu tumpangan di mobil mereka. Suaminya mengangguk tanda setuju. Diandra lalu menurunkan kaca jendelanya dan bertanya kepada nenek itu, 

“Apakah kamu butuh tumpangan?”

“Ya, terimakasih banyak,” kata wanita tua itu. 

Dia lalu masuk ke mobil dan duduk di kursi belakang kemudian memperkenalkan dirinya. 

“Nama saya Sulastri.”

“Senang berjumpa dengan Anda. Saya Diandra Minarri dan ini suami saya Bambang Harry Tamtomo.”

Mereka bercakap-cakap sebentar lalu Bambang Harry menanyakan, 

“Jadi, Ibu ingin turun dimana?”

“Saya ingin mengunjungi cucu saya yang tinggal di Jalan Sudirman 206. Hari ini adalah hari ulang tahunnya dan saya sangat ingin menemuinya.”

“Jalan Sudirman? Sepertinya sekitar 8 km dari sini! Itu cukup jauh,” keluh Bambang Harry. 

Diandra lalu memegang tangan suaminya dan mengatakan itu tidak seberapa jauh dari rumah temannya dimana acara mereka berlangsung. Mereka berdua sempat berbeda pendapat sedikit, ketika tiba-tiba pintu belakang mobil terbuka dan terbanting kembali. Dengan kaget Diandra melihat ke belakang dan menjerit.

“Apa itu?” tanya Bambang.

“Dia menghilang! Dia melompat keluar atau mungkin terjatuh! Kita harus menemukannya!” teriak Diandra panik.

Mereka kemudian mencari-cari selama satu jam menyusuri jalanan itu, tapi mereka tidak dapat menemukannya.

Dengan bibir gemetar Diandra bertanya kepada suaminya, 

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Kita harus memberitahu cucunya apa yang terjadi dan ini merupakan sebuah kejadian yang tidak terduga,” jawab Bambang dengan nada penuh penyesalan.

Mereka setuju dan sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke alamat yang tadi sempat disebutkan oleh si nenek. 

Sesampainya di alamat tersebut, Bambang dengan ragu menekan bel di pintu rumah itu. Setelah beberapa saat menunggu, terdengarlah suara langkah kaki dari dalam rumah itu yang berjalan menuju ke pintu, dan sesaat kemudian pintu pun langsung dibuka oleh seorang gadis cantik yang masih muda dengan senyuman yang manis menyambut mereka. Diandra langsung meneteskan air mata dan berkata, 

“Kami kehilangan nenekmu!”

Dengan terkejut, gadis muda itu berkata, 

“Maaf!”

“Kami hendak menolong nenekmu dengan memberinya tumpangan, ketika dia ingin datang kemari menemuimu. Dia kemudian terjatuh dari kursi belakang sementara mobil kami berjalan,” kata Bambang menjelaskan.

“Kami telah mencari selama satu jam penuh, namun dia tak kami temukan. Dengan sangat menyesal kami hanya bisa datang ke sini dan memberitahumu tentang berita yang menyedihkan ini.”

Gadis itu menyela mereka, 

“Adakah yang bisa saya berikan kepada Anda, mungkin saya bisa buatkan untuk kalian segelah tes hangat atau mungkin kopi?” 

Katanya sambil mempersilahkan mereka masuk ke ruang tamu dan berusaha menenangkan mereka dahulu. 

Pasangan pengantin baru ini duduk dan menceritakan apa yang terjadi. Mulai dari pertemuan dengan si nenek di tengah hujan lebat di perempatan jalan sampai ketika mereka kehilangannya di tengah perjalanan. 

Dengan sopan si gadis mendengarkan semua penjelasan itu dari awal sampai akhir. Namun, selama itu pula si gadis terdiam tak bergeming. 

Sesaat kemudian, setelah menghela napas panjang, si gadis pun berkata dengan terbata-bata, 

“Kalian pasti salah. Nenekku telah meninggal 10 tahun yang lalu.”

“Hhaa...?”

Bambang dan Diandra, pasangan pengantin muda itu melongo. Tampak dari ekspresi di wajah mereka, rasa terkejut dan tidak percaya yang sulit mereka ungkapkan dengan kata-kata. 

Tak lama kemudian, lampu-lampu di rumah itu tiba-tiba padam dan mereka semua mendengar seperti ada suara nenek itu di sekeliling rumah. 


Wednesday, November 24, 2021

Rumah Kontrakan Berhantu


Kisah tentang rumah kontrakan berhantu ini sudah ada sejak Yunus masih menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Bogor, beberapa tahun yang lalu. Malah cerita versi zamannya dulu tentang rumah kontrakan yang menyeramkan itu memang benar-benar seram dan menakutkan. Di zaman Yunus dulu, ongkos sewa rumah (berhantu) itu tidaklah mahal, malah bisa dikatakan sangat murah! Hanya 500 ribuan per bulan. Tetapi walaupun murah ternyata tidak ada yang berani menyewa rumah itu. Dan versi cerita yang dikisahkan dari mulut ke mulut ini ternyata bukan rekaan. Bukan tipuan-tipuan belaka! Karena di kemudian hari, ternyata Yunus mengalaminya sendiri. 

Dan kini, pengalaman yang tak terlupakan itu ia tuangkan dalam cerita pendek ini. Baca kisahnya sampai habis, dan kepada arwah yang masih gentayangan... kita panjatkan Al-Fatihah. Semoga roh mereka yang tidak tenang ini akan menemukan kedamaian di sisi Allah SWT! Amin! 

Alkisah, 10 tahun yang lalu Yunus berhasil lulus SMA dan dapat meneruskan belajar di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Bogor ini. Jadi hal pertama yang harus dipikirkan adalah mencari tempat tinggal sebab ketika itu Yunus belum mendapatkan tempat kost. Namun karena Yunus dan kawan-kawan rajin mencari-cari informasi, maka akhirnya mereka menemukan sebuah rumah yang disewakan, lokasinya berdekatan dengan supermarket Prima, dan tidak begitu jauh dari kampus, bisa ditempuh selama 10 menit dengan naik sepeda ontel. Kalau berjalan kaki hanya perlu waktu 30 menit, kalau naik sepeda motor bisa lebih cepat sampai, tetapi kalau naik angkot malah makan waktu bisa sampai 55 menit, karena selain rutenya memutar, angkotnya juga sering nge-tem di beberapa titik supaya angkot tersebut penuh disesaki oleh penumpang.

Rumah kontrakan itu terdiri dari 2 lantai dengan 4 kamar. 3 kamar berada di lantai atas dan 1 kamar berada di lantai bawah, bersebelahan dengan ruang tamu, dapur, dan ruang keluarga. Mereka semua berdelapan, jadinya benar-benar pas. 1 kamar untuk 2 orang.

Singkat cerita mereka pun akhirnya sepakat menyewa rumah itu dengan berbagai perasaan yang campur aduk, antara bahagia, gembira, suka, khawatir, cemas, dan takut, semua berbaur jadi satu.

Pertama, karena si pemilik rumah hanya mengutip 100 ribu saja sebagai deposit dan sewa pertama hanya dibayar bila sudah masuk bulan kedua mereka menempati rumah itu. Jadi, kalau dihitung-hitung, sewa bulan pertama semi-gratis lah.

Selain itu, pemilik rumah juga sudah menyediakan perabot seperti tempat tidur, almari, meja belajar, kursi, kulkas, dan perabot pendukung lainnya, sehingga mereka tidak perlu membawa barang banyak-banyak,

“Sebab ketika masa sewa nanti habis, kalian bisa kerepotan kalau harus mengangkut pulang begitu banyak barang,” terang si pemilik rumah.

Namun ada suatu hal yang menurut mereka agak janggal. Pohon ara di tepi rumah itu sangat besar sampai dahannya bisa masuk ke dalam jendela kamar di lantai atas. Namun oleh pemilik rumah, pohon itu tidak boleh dipangkas sedikitpun, apalagi ditebang.

Malam pertama tinggal di rumah kontrakan itu, mereka tidak bisa tidur. Jadi hanya duduk-duduk santai saja sambil mengobrol ini dan itu di beranda rumah. Lagipula mereka juga masih ada kesibukan lain yaitu membongkar koper-koper bawaan dari kampung. Jadi, sambil menonton DVD film Korea, mereka pun menyibukkan diri membongkar koper masing-masing.

Kisah seram di rumah kontrakan itu sendiri terjadi pada hari kedua setelah mereka menempati rumah tersebut. Peristiwa seramnya tidak hanya terjadi pada saat lewat tengah malam, bahkan di siang hari bolong pun mereka juga diganggu makhluk ghaib. Pada waktu itu Azziz adalah orang pertama yang terkena gangguan itu.

Ketika itu baru pukul 10.30 pagi, sudah cukup siang juga sih, tapi si Azziz ini baru saja bangun tidur setelah semalaman bergadang. Ia merasa ingin buang hajat. Jadi dia pergi ke toilet di lantai bawah. Toilet di lantai atas sedang rusak, pemilik rumah pernah berkata bahwa nanti dia akan memanggil tukang untuk membetulkannya. 

Sesampainya di lantai bawah ternyata toiletnya sedang dipakai. Ada orang di dalam, sebab pintunya tertutup dan dikunci dari dalam. Tunggu punya tunggu, tak keluar-keluar juga orang yang berada di dalam toilet itu. Karena tak sabar, Azziz pun berteriak dan menyuruh orang di dalam toilet tersebut agar segera keluar sebab dia sudah tidak tahan. 

Akibat teriakan keras si Azziz, semua penghuni rumah terbangun dan bergegas turun ke bawah untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Yang mengherankan, mereka berdelapan semuanya ada, kalau begitu siapa orang yang berada di dalam toilet itu? Pintu toilet dalam keadaan terkunci dari dalam, bahkan terdengar pula suara orang yang sedang menyiram jamban. Dalam kebingungan dan kecemasan itu, tiba-tiba si Lando satu-satunya dari mereka yang agak pemberani, maju ke depan. Ia dobrak pintu toilet itu sampai terbuka. Tapi anehnya...

Tak ada seorang pun disana!

Dari kesan yang ada, pintu toilet itu memang dikunci dari dalam. Akhirnya si Azziz tidak jadi buang hajat, mungkin dia merasa takut.

Malamnya mereka mendapatkan gangguan yang lebih buruk lagi. Ketika Yunus sedang nyenyak tidur malam itu tiba-tiba ia merasakan ada yang menarik-narik kedua kakinya sampai ia terjatuh dari kasur. 

Kepalanya bahkan sampai terhentak ke lantai! 

Jelas sekali bukan angin yang melakukannya. Sebab Yunus ingat teman-temannya pernah ingin berbuat usil terhadapnya.

 Karena merasakan sakit di kepalanya akibat terhempas dari atas kasur ke lantai yang keras, seketika Yunus pun bangun, namun dilihatnya tak ada seorangpun di kamar. Yang terlihat cuma Lando yang tengah terlelap di atas kasurnya. Yunus merasa heran, tak mungkin Lando yang melakukannya sebab dia tidur pulas seperti orang mati. 

Ketika Yunus keluar kamar, ia mendengar suara teman-temannya tengah tertawa. Rupanya mereka sedang asyik menyaksikan DVD film Korea di ruang bawah. Yunus pun masuk kembali ke dalam kamar sebab masih merasa sedikit lelah dan mengantuk. Tapi sejenak kemudian ia seperti teringat sesuatu. Yunus merasa, ketika ia menengok ke lantai bawah tadi ia seperti melihat Lando ada disana! Padahal bukankah tadi ia melihat dia tengah terlelap di dalam kamar? 

Ah, sudahlah... 

Dengan perasaan sedikit bimbang, pelan-pelan dan sambil berjingkat-jingkat Yunus coba melihat di atas kasur Lando. Disitu ia melihat ada sebuah benjol besar di bawah selimut, tampak seolah-olah ada orang di balik selimut itu. Lalu dengan perlahan ia pun menarik kain selimut itu dan coba terka, ada apa disana? 

Hah! 

Ternyata ada batu nisan yang sudah retak di balik selimut itu, dan serta merta kamar Yunus pun diselimuti bau apek dan anyir yang menusuk hidung.

Jangan tanya apa yang lantas ia lakukan pada waktu itu. Sebab kalau benda itu berada di dekat kalian pasti kalian pun takkan mau lagi tinggal di dalam kamar itu, betul tidak? Satu hal yang pasti, pada saat itu pandanganYunus menjadi semakin kabur, sekelilingnya seolah berputar-putar. Saat itu juga, antara sadar dan tidak sadar Yunus langsung kabur dari kamarnya itu. Tapi sepertinya kakinya sudah tidak lagi menginjak lantai. Sebab ia bisa merasakan larinya sangat cepat bagaikan terbang. Yunus lari keluar dari kamar itu dan langsung menuju ke ruang bawah untuk memberitahu kawan-kawannya tapi sialnya tak ada seorang pun yang bisa ia temui di ruang bawah. 

“Kemana semua orang pergi?” pikir Yunus penasaran.

Setelah dicari-cari, ternyata semua temannya sudah berada di luar rumah! Rupanya sejak dari awalnya mereka sudah diganggu terlebih dulu. Yang sangat membuat hati Yunus merasa kesal adalah tak ada seorang pun yang memberitahu dirinya tentang apa yang sedang terjadi.

“Menyebalkan sekali kalian ini,” umpat Yunus kesal

Setelah teman-temannya berhasil menenangkan Yunus, mereka pun segera membahas apa yang selanjutnya akan mereka perbuat, sebab sekarang sudah pukul 02.00 dini hari. Mau minta tolong kakek Umam, rumah kakek Umam pun mereka tak tahu. Mau minta tolong tetangga, kiri dan kanan rumah yang mereka kontrak jauh dari tetangga. Akhirnya Sulaiman mengajak mereka semua untuk pergi ke warung angkringan pak Pur yang biasanya buka sampai pagi,

“Jaraknya tak sampai dua kilometer, kita bisa jalan kaki ke sana...” ujar Sulaiman membujuk.

“Dan disana tentu kita bisa tiduran sejenak sambil menunggu datangnya adzan Subuh,” lanjutnya kemudian.

Kedengarannya sih menyenangkan, tapi masing-masing dari mereka tidak ada yang pakai baju. Mereka hanya mengenakan boxer dengan kain pelekat saja. Namun tetap saja mereka harus masuk kembali ke dalam rumah. Sebab mereka perlu mengambil handphone, dompet dan kunci motor. Jadi, mau tak mau terpaksalah mereka masuk kembali ke dalam rumah itu.

Oleh karena hanya kamar Bondan dan Norman saja yang berada di bawah, maka mereka mengambil keputusan untuk meminjam baju kedua teman mereka itu. Dan karena masing-masing dari mereka takut untuk naik ke lantai atas, dompet pun terpaksa ditinggal. Masing-masing bersepakat menggunakan uangnya Norman dahulu. Sungguh beruntung karena kunci motor mereka masih menyangkut di paku dinding lantai bawah. 

Sewaktu akan keluar dari rumah itu, Yunus merasa ada seorang anak perempuan berdiri di dekat pintu dapur. Ia tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya. Pada saat itu teman-temannya heran melihat wajah Yunus tiba-tiba menjadi berubah pucat pasi. Ketika itu Yunus diam saja, tidak menanggapi komentar mereka karena ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Senyuman anak perempuan itu membuatnya merasa sangat kedinginan seperti hendak membeku. Kepala sampai lututnya bahkan menggigil sepanjang perjalanan hingga sampailah mereka di warung angkringan pak Pur!

Begitu sampai di warung angkringan tersebut, masing-masing dari mereka sibuk membuka cerita termasuk Yunus juga. Mula-mula Alex bercerita, malam itu pada pukul 24.15, dia sedang sibuk men-download lagu-lagu favorit dari internet ketika tiba-tiba terdengar bunyi seperti ada yang melempar batu dekat jendela kamarnya. Ketika dia tengok keluar jendela, dia melihat ada seorang perempuan duduk di dekat pohon ara di sebelah rumah itu, ia memakai baju putih kekuningan yang tampak lusuh dan koyak-koyak dengan rambut panjang tergerai. Yang membuatnya takut, perempuan aneh itu menatap tajam ke arahnya dan tersenyum mengerikan. Alex pun langsung saja menutup jendela kamarnya dan pergi keluar kamar, langsung menuju kamar Yunus. 

Malangnya, belum sampai di kamar Yunus. Ada lagi satu hantu duduk di dekat depan pintu kamar Yunus, tapi kali ini hantu anak kecil. Karena ketakutan, tanpa pikir panjang Alex langsung terjun keluar rumah melalui jendela kecil di dekat lorong kamarnya. Akibatnya, kakinya terkilir. Untung saja tidak sampai patah.

Azziz juga bercerita bahwa dia melihat ada anak perempuan melambaikan tangan ke arah dirinya (yang ini, Yunus pun juga mengalaminya). Azziz yakin anak itu bukan manusia sebab ketika dia berdiri, kakinya tidak menyentuh lantai!

Sementara Samuel juga bercerita bahwa dia melihat hantu itu melayang di langit-langit kamar! Ketika membuka mata, hantu itu betul-betul “eye to eye” dengan dirinya.

Rupanya mereka semua mengalami ganguaan dari makhluk halus di rumah kontrakan itu. Dan Yunus adalah orang yang paling terakhir bercerita. Yunus pun menceritakan bagaimana kedua kakinya ditarik ketika sedang tidur sampai ia terjatuh dari kasur dan kepalanya terhentak di atas lantai. Setelah itu ia juga menceritakan apa yang ia lihat saat mereka sedang menonton DVD di ruang tengah di lantai bawah, namun Azziz tiba-tiba menyela, “Memangnya kapan kami menonton DVD?” 

Rupa-rupanya tiada seorang pun yang menonton DVD dini hari tersebut! Jadi, siapa yang Yunus lihat waktu itu? 

Seram betul...!

Kaki Yunus yang sedari tadi menggigil pun semakin bertambah kuat menggigilnya.

Ketika sedang sibuk bercerita itu, Yunus mencium bau sesuatu yang kurang enak. Teman-temannya yang lain pun juga mencium bau itu. Usut punya usut, ternyata...

Oooh... rupanya Azziz tadi terkencing di celana karena sangat ketakutan. Untung saja ketika itu tidak ada banyak orang di warung angkringan pak Pur. Malu betul! Bahkan si Samuel malah ketahuan memakai sandal yang beda sebelah. Akhirnya daripada sibuk bercerita yang seram-seram melulu, mereka pun ganti bercerita lucu dan berkelakar yang membuat tertawa.

Ketika asyik tertawa-tawa itulah, barulah mereka menyadari bahwa Sulaiman dan Norman tidak ada bersama mereka. Yang ada Cuma mereka berenam. Yunus, Azziz, Samuel, Alex, Bondan, dan Lando. Dari keenam orang itu, ternyata hanya Bondan seorang saja yang membawa HP, jadi mereka pun meminjam HP tersebut dan mencoba menelepon Norman tapi tidak ada jawaban. Menelepon Sulaiman pun sama juga tak ada jawaban. Kemudian Lando mengambil HP Bondan itu, entah apa yang dia baca karena setelah itu tiba-tiba dari HP itu terdengar suara perempuan tertawa terkikik-kikik mirip kuntilanak! 

Gila! Benar-benar gila! Seram sekali, sampai meremang bulu roma yang mendengarnya. 

Mereka berenam langsung terdiam. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sepakat akan menunggu sampai esok pagi, barulah kemudian kembali ke rumah itu untuk mencari Norman dan Sulaiman. Setelah mendengar suara perempuan tertawa mirip kuntilanak dalam HP itu, tiada seorang pun dari mereka yang membuka mulut hingga menjelang Subuh!

Pukul 06.30 pagi barulah mereka pergi dari warung angkringan pak Pur. Hati Yunus masih saja berdebar-debar. Yang lain-lain tak tahulah. Sampai di depan rumah kontrakan, Yunus melihat pintu rumah dan pintu pagar terbuka lebar. Kalau ada pencuri yang masuk, pasti dia akan kaya raya karena hampir semua barang berharga mereka tinggalkan di dalam rumah kontrakan itu, termasuk laptop, dompet, dan handphone, semuanya mereka tinggalkan begitu saja. Yunus merasa bulu romanya masih merinding. Mereka semua berdiri mematung. Tak seorang pun dari mereka berani masuk ke dalam rumah itu.

 Yunus ingat, ada sekitar 20-30 menit lamanya mereka duduk terbengong-bengong di depan rumah sebab tak ada yang berani masuk. Entah bagaimana tiba-tiba HP Bondan berbunyi.

Hati Yunus dan Alex merasa senang. Asalkan jangan hantu itu yang menelepon. Lando mengangkat telepon genggam itu. Sebenarnya diantara teman-temannya yang lain, Lando lah yang paling berani tapi kadang-kadang penakut juga dia. Menurut Lando, ini telepon dari rumah sakit yang mengabarkan kalau Norman dirawat di UGD rumah sakit Waras Sehat. Katanya ia mendapat kecelakaan. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa ada miss call dari nomor HP Bondan, sebab itu dia telepon balik ke nomor Bondan. 

Ooooh... barulah mereka paham. Yang aneh adalah; Norman mengalami kecelakaan? Ah, yang benar saja?

Masing-masing jadi serba salah. Bingung juga jadinya. Tak tahu mana yang harus didahulukan, menengok Norman yang dirawat di rumah sakit Waras Sehat atau mencari Sulaiman yang hilang, dan sampai kini belum ketemu. 

Akhirnya mereka telepon si pemilik rumah untuk datang melihat apa yang sedang terjadi. Lalu mereka berbagi tugas. Yunus dengan Samuel pergi ke rumah sakit Waras Sehat untuk melihat keadaan Norman. Kalau keadaannya memang sangat gawat, Yunus akan beritahu yang lain untuk datang. Sementara teman-teman yang lain akan bergerak mencari Sulaiman di sekitar rumah, mereka khawatir dia kesurupan atau apa. Mereka masing-masing hanya bisa bertawakal. 

Ketika dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Waras Sehat, Samuel berkali-kali mengatakan betapa takut dan khawatirnya dia akan peristiwa ini, tapi hati Yunus masih cukup kuat untuk mengatakan bahwa persoalan ini belumlah selesai.

Sesampainya di rumah sakit, Yunus langsung mencari Norman. Betapa kagetnya Samuel dan Yunus melihat keadaan Norman yang parah. Kakinya patah! Dokter mengatakan Norman terserempet oleh kereta atau sesuatu. Ini kasus tabrak lari. Naluri Yunus sangat kuat mengatakan bahwa umur Norman tidak akan panjang sebab darah keluar terus menerus. Sedangkan Samuel tak sanggup melihatnya lebih lama lagi, air matanya berderai tiada henti. 

Dokter juga mengatakan bahwa Norman sudah sekarat, ia tak mampu menolong lebih banyak lagi. Yunus duduk di tepi ranjang Norman, dia masih bisa berbicara tapi tersendat-sendat. Dia meminta maaf karena telah menyusahkan teman-temannya. Berulang-ulang kali dia meminta maaf tapi Yunus tidak dapat menangkap apa yang dia maksudkan. Tak berapa lama kemudian, akhirnya Norman meninggal dunia. 

Yunus berusaha menguatkan hatinya untuk menelepon kawan-kawan yang lain dan memberitahukan tentang kematian Norman. Yunus melihat Samuel terduduk di tepi balkon dengan mata merah sebab ia menangis cukup lama. Tak lama setelah itu keluarga Norman datang. Yunus tak sanggup berada disana lebih lama lagi dan akhirnya diajaknya Samuel kembali kepada teman-teman yang lain.

Sesampainya di rumah kontrakan, Yunus melihat banyak sekali orang tengah mencari Sulaiman tapi tak ketemu juga. Seluruh sudut rumah sudah digeledah. Akhirnya ada orangtua disitu yang meminta tolong kepada seorang ustadz. Yunus tak ingat siapa nama ustadz itu tapi setelah shalat Ashar barulah mereka menemukan Sulaiman duduk di atas sebuah batu nisan di belakang rumah. Yang mengherankan, sudah 5 sampai 6 kali mereka mencari dan melewati tempat itu, tapi tak seorangpun dari mereka yang melihat dirinya disitu.

Tak bisa digambarkan betapa senangnya hati mereka dapat melihat Sulaiman kembali. Setelah berdiskusi sebentar, mereka semua memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakan tersebut hari itu juga. Kebetulan di wilayah belakang fakultas ada satu rumah untuk disewa, jadi mereka pun pindah ke situ. Barang-barang Norman mereka angkut juga. Mereka tidak berpamitan kepada si pemilik rumah kontrakan. 

Terus terang waktu itu Yunus benar-benar kesal melihat wajah si pemilik rumah sebab ia tidak memberitahu mereka kalau rumah ini ‘berhantu’. Pantas saja dia dulu hanya minta bayaran 100 ribu saja dan menyarankan untuk tidak membawa barang banyak-banyak, dia pasti tahu kalau mereka tidak akan lama tinggal di rumah angker itu. 

Menyebalkan!

Seminggu setelah itu, Yunus demam selama 3 hari. Sementara jenazah Norman sudah dikebumikan di Solo, Jawa Tengah.

Keadaan sudah mulai pulih, hanya Sulaiman saja yang badannya mulai sakit-sakitan. Akhirnya mulut Yunus tergerak untuk bertanya kepada Sulaiman tentang apa yang sebenarnya terjadi, sebab sebelum Norman meninggal dunia, dia sempat meminta Yunus untuk menanyakan pada Sulaiman tentang sebuah rahasia. 

Rupanya di hari pertama mereka masuk rumah kontrakan itu, Norman dan Sulaiman telah berbuat sesuatu yang kemudian membawa petaka! 

Dia mencangkul kuburan di belakang rumah itu. Norman bahkan mengkais-kaisnya dengan kakiya. Mungkin karena itulah kakinya patah. Kemudian Sulaiman bercerita lagi, pada malam ketika mereka semua diganggu makhluk ghaib di rumah kontrakan itu, dia dan Norman pun terkena juga. Tapi hantu itu rupanya mengejar mereka sampai ke jalan raya. Mereka tersudut dan terpaksa lari sampai ke tengah jalan. 

Entah dari mana datangnya mobil itu yang tiba-tiba saja menghantam mereka. Norman tercampak di tengah jalan, sedangkan Sulaiman terlempar ke tepi jalan. Kemudian datang mobil lain yang melindas kaki Norman. Setelah itu, Sulaiman tak ingat apa-apa lagi hingga akhirnya teman-temannya menemukan dia duduk di atas batu nisan itu. Yang mengherankan, bagaimana dia bisa duduk di atas batu nisan itu, sedangkan dia bilang, dia lari ke tengah jalan besar? Dan kenapa hanya Norman saja yang terkena sial?

Akhirnya Yunus mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Tak lama setelah Sulaiman bercerita dengannya, dia jatuh sakit. Tak tahulah sakit apa tapi tiga bulan kemudian dia meninggal dunia. Keluarganya sendiri kebingungan sebab dokter pun tidak tahu penyakit apa yang diderita Sulaiman. Tapi Yunus yakin, masalah ini ada kaitannya dengan kuburan yang telah mereka gali itu. 

Yunus dan teman-teman yang lain sempat berziarah ke makam Sulaiman. Yang paling tidak tahan adalah Azziz, sebab dia adalah teman akrab Sulaiman. Memang Yunus tahu dia sangat sedih. Yang tak bisa mereka lupakan adalah ketika mereka semua menangis ketika mengangkat jenazah Sulaiman. Perasaan mereka sangat sedih saat itu.

Yunus, Azziz, Samuel, Alex, Bondan dan Lando, pada akhirnya mereka semua berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Buat Norman dan Sulaiman, mereka tetap akan mengingat keduanya sampai kapanpun. 

Rumah kontrakan ‘berhantu’ itu sampai sekarang masih ada. Setiap kali Yunus lewat kawasan itu, ia langsung merasa sangat sedih, terutama karena teringat akan si Norman. Oh ya, ada satu hal lagi, di hari terakhir mereka berada di rumah kontrakan itu, HP Alex ketinggalan di meja belajar di kamar atas. Jadi pada siapa saja yang berani, boleh lah ambil HP itu, tapi itu pun kalau ada yang berani!

Ha... ha... ha…!


Misteri Jodoh Masa Depan



Beberapa tahun yang lampau, sebuah pemainan ramalan misterius telah menjadi “Trending Game” yang sangat populer di kalangan remaja sekitar tempat tinggal Yilia Iqah di kota Bogor. Mereka menyebut permainan itu sebagai “Jodoh Masa Depan”. 

Berdasarkan rumor yang berkembang, mereka yang memainkan permainan ini maka akan bisa melihat pasangan hidupnya di masa yang akan datang melalui media air.

Menurut penuturan mereka yang telah melakukan permainan ini, semuanya harus dilakukan dalam keadaan semua lampu dimatikan, cahaya yang ada hanya berasal dari cahaya sinar bulan yang masuk dari jendela kamar saja. Kemudian melakukan sebuah ritual di tengah malam dengan cara membaca beberapa jenis mantra lalu meletakkan sebuah silet tajam di mulut dan menatap pada sebuah baskom yang berisi air, maka akan terlihatlah wajah pasangan hidup di masa depan yang muncul dalam refleksi air.

Namun permainan ini sangat berbahaya. Jika tidak berhati-hati maka bisa mengiris bibir pemainnya sendiri, atau akan berakhir seperti yang terjadi pada Yilia Iqah, seorang siswi SMA swasta di kota Bogor, yang pada suatu hari mendengar tentang permainan ramalan ini dan memutuskan untuk mencobanya. 

Di lingkungan sekolah maupun di tempat tinggalnya, Yilia dikenal sebagai seorang gadis yang minder karena berwajah buruk penuh bopeng, dan berkaki ‘itik’ karena bentuk kakinya agak bengkok dan melebar di bagian telapaknya sehingga cara berjalannya terlihat seperti itik. Dan yang membuatnya dijauhi oleh teman-temannya adalah karena mulutnya sangat bau. Teman-teman sekelasnya sering menjulukinya sebagai “gadis bau jengkol”.

Yilia yang selalu kesepian ini tidak pernah sekalipun mempunyai seorang pacar dan ia merasa sangat khawatir bahwa dia tidak akan pernah jatuh cinta. Mimpi terburuknya adalah bahwa dia tidak akan pernah bisa menikah. Rasa ingin tahunya mengenai masalah percintaan ini membuatnya begitu penasaran, ingin tahu dan ingin melihat seperti apa sosok suaminya kelak.

Hingga pada suatu hari, ketika ayahnya pergi ke luar kota dan ibu beserta adiknya berkunjung ke tempat neneknya di kampung, Yilia memilih tidak ikut serta, dan memutuskan untuk tetap tinggal di rumah dengan alasan sedang ada banyak tugas sekolah yang harus segera dikerjakannya.

Dan ketika itu kebetulan adalah malam Jum’at Kliwon tanggal 13. Klop sekali dengan apa yang selama ini dikenal oleh banyak orang sebagai hari dan tanggal yang keramat. 

Malam itu bulan bersinar terang. Yilia Iqah mengambil salah satu silet milik ayahnya dari rak mini di kamar mandi. Kemudian dia mengambil baskom dari dapur dan mengisinya dengan air. Dan kemudian dia memadamkan semua lampu, membuka tirai jendela dan menunggu tengah malam tiba. Selama menunggu itu, Yilia tiada henti membaca mantra-mantra yang telah ia hapalkan.

Selanjutnya, ketika tengah malam tiba, dengan sangat hati-hati dia meletakkan silet tajam di mulutnya, dan dengan sangat penasaran dia kemudian menatap baskom berisi air tersebut. Dan Yilia Iqah pun terpana karena di permukaan air dalam baskom itu, dia melihat wajah seorang pria yang menatap balik kepadanya.

Namun ada sesuatu yang aneh dalam tatapan mata pria dalam baskom itu.

Yilia menjadi sangat kaget dan secara reflek dia berteriak. Dan seketika itu pula silet di mulutnya pun langsung terlepas dari mulutnya dan terjatuh ke dalam baskom. Dalam sekejap, air di dalam baskom itu tiba-tiba berubah warna menjadi merah seperti darah. Kontan Yilia Iqah menjadi sangat ketakutan dan langsung gemetaran tak karuan.

Beberapa saat kemudian setelah dia merasa agak tenang dan mulai bisa mengatur nafasnya, ia pun memberanikan diri untuk melihat ke dalam baskom lagi, dan... 

“Haaahh!” 

Lega rasanya hati Yilia ketika dilihatnya air di dalam baskom yang terlihat sangat jernih dan silet tadi tergeletak di dasar baskom. Yilia menjadi sangat bingung dan bertanya-tanya.

Apakah semua ini hanya merupakan sebuah ilusi? Apakah ada sesuatu yang tidak beres dengan matanya? Apakah dia tadi benar-benar melihat refleksi sebuah wajah di permukaan air atau apakah itu hanyalah merupakan refleksi dari bulan saja? 

Karena begitu banyak pertanyaan berlalu-lalang di benaknya tanpa ada satupun yang terjawab, membuat Yilia menjadi merasa sangat letih sehingga ia pun memutuskan untuk melupakan semua itu dan pergi tidur.

Tahun demi tahun berlalu dan Yilia pun tumbuh menjadi dewasa. Dia lulus dari SMA, ikut kursus sebentar di sebuah LPK dan kemudian mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai buruh seterika di sebuah pabrik garmen di pinggiran kota Bogor. Dia juga kemudian mulai berkencan dengan seorang pria yang juga merupakan rekan kerja sesama buruh di pabrik garmen tersebut. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Sumanto. 

Dia adalah pacar pertama Yilia Iqah, dan si Sumanto ini orangnya sangat lembut dan sangat pengertian terhadapnya. Dia mempunyai sifat yang amat menyenangkan, selalu bisa menghibur Yilia dengan semua sifat lucunya dan kenyataan bahwa dia seringkali menghamburkan banyak uang hanya untuk Yilia, membuat Yilia cinta mati kepadanya. 

Namun ada satu hal mengenai Sumanto yang sungguh aneh. Dia selalu menyembunyikan wajahnya di balik masker. Di lingkungan pabrik hal ini tidaklah begitu aneh, melihat orang-orang menggunakan masker untuk menghindari flu, ataupun pencemaran udara di pabrik. Dan pada awal pertama mereka bertemu, Sumanto pernah menjelaskan bahwa dia sedang terkena flu dan tidak ingin menulari Yilia. 

Pada awalnya Yilia bisa menerima penjelasan tersebut, namun setelah satu bulan berlalu, Sumanto masih tetap saja mengenakan masker dan tidak pernah melepaskannya, hal ini membuat Yilia mulai bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan Sumanto? Apakah dia menderita suatu penyakit langka? Tetapi seiring waktu berlalu, Yilia tidak begitu mempermasalahkannya lagi.

Setiap kali mereka pergi berkencan, Sumanto akan selalu menggunakan masker. Jika Yilia memintanya untuk melepaskan masker tersebut, maka dengan marahnya Sumanto akan menolak. Disamping keanehan mengenai masker ini, Yilia semakin jatuh cinta terhadap sang pria idamannya itu. Akhirnya tiba saatnya ketika Sumanto meminang dirinya.

Yilia sempat berpikir, bagaimana mungkin dia menikahi seseorang tanpa pernah melihat wajahnya secara keseluruhan? Seharusnya tidak ada rahasia yang disembunyikan antara pasangan suami istri. 

Apa yang dia coba sembunyikan darinya?

Yilia sangat percaya bahwa perasaannya terhadap Sumanto tidak akan pernah berubah walau seperti apapun wajahnya di balik masker tersebut. 

Hingga pada suatu malam, ketika mereka berdua sedang bersantai di sebuah taman di tengah kota, pada saat itu Yilia duduk mesra di sebelah Sumanto dan mengatakan padanya bahwa dia bersedia menikah dengannya hanya jika dia mau memperlihatkan wajahnya. Yilia meminta pada Sumanto untuk melepas maskernya. Pada awalnya Sumanto menolak, akan tetapi ketika Yilia tetap memaksa, akhirnya dia menyerah.

Sumanto kemudian berbalik memunggungi Yilia dan secara perlahan melepaskan masker dari wajahnya. Kemudian secara tiba-tiba dia berbalik menghadap Yilia Iqah. Dan seketika itu juga Yilia pun terhenyak kaget. Wajah Sumanto terlihat sangat menakutkan. Ada cacat mengerikan di wajahnya, seperti bekas luka memanjang dari bawah matanya, sampai ke pipi dan melintas dari bibir sampai ke dagunya.

Luka tesebut terlihat seperti disebabkan oleh robekan pisau yang sangat tajam. Luka tersebut terlihat sangat dalam, mengoyak-ngoyak wajahnya. Sungguh sangat mengerikan melihatnya.

“Wajahmu kenapa?” tanya Yilia dengan polosnya. 

“Apa yang telah terjadi denganmu?” lanjutnya lagi.

Sorot mata Sumanto tiba-tiba saja berubah menjadi begitu marah. Wajahnya menunjukan ekspresi geram dan kebencian.

“Kau seharusnya tahu!” umpatnya geram.

“Kau telah menjatuhkan siletnya!” lanjut Sumanto lagi dengan tangan mengepal menahan marah.

Yilia terbelalak dengan kenyataan yang mengejutkan ini. Selintas dia teringat kembali akan ritual di tengah malam yang pernah dilakukannya dulu semasa remaja. Ia pun menjadi serba salah karena telah berjanji akan bersedia menikah dengannya jika Sumanto bersedia memperlihatkaan wajahnya.

Yilia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana rasanya harus menjalani hidup bersama dengan pria yang wajahnya sangat buruk. Jauh lebih buruk dari dirinya yang sudah buruk rupa itu. Ia langsung merasa mual membayangkan wajah anak-anak yang akan dilahirkannya nanti. Seburuk apakah wajah mereka kelak? 

Dan Sumanto, pria yang selama ini menjadi idamannya itu... ternyata jiwanya penuh dendam dan amarah terhadap dirinya. Yilia Iqah tak sanggup lagi memikirkan semua itu, dan ia pun langsung lemas lunglai dan jatuh pingsan saat itu juga.


Thursday, November 18, 2021

Pengalaman Horror Di Mengger Bandung



(Gambar Hanya Ilustrasi, Bukan Tempat Kejadian Sebenarnya)


Semalam ngobrol sama teman-teman nggak tahu, mendadak sampai ke cerita horor. Di sini salah satu teman saya bercerita tentang cerita horor di Jalan mengger di Bandung (jalannya cuma satu blok dari kontrakan. Serem!

Kabarnya di jalan itu kita nggak boleh menyebutkan satu kata yang merupakan nama dari wanita penunggu di situ, dan percaya nggak percaya banyak orang yang nantangin dan hasilnya mereka terkena penyakit yang di luar logika.

Kadang kala saya sendiri juga bingung, sering saya lewati jalan itu bahkan tengah malam sendirian naik motor, kenapa jalannya kayak mau keluar kota, di mana-mana sawah, dan tidak ada lampu selain lampu motor.

Kejadian ini sudah lama, tiga orang anak SMP baru pulang naik angkot dari kegiatannya bermain bola saat itu sekitar jam delapan malam (di sini jam segitu angkot udah susah), ketika mereka naik angkot itu lewatlah mereka di jalan mengger, di dalam angkot itu hanya ada mereka dan sopir angkotnya saja.

Di tengah perjalanan sesosok wanita dengan pakaian yang serba merah, dengan payung merah (kayak film-film ), menghentikan angkot itu, dan ketiga anak itu bingung kenapa wanita horor kayak gitu diangkut juga sama si sopir, tapi pikir mereka ya sudahlah. Akhirnya sang sopir melanjutkan perjalanan.

Awalnya wanita itu duduk diam saja dengan kepala tertunduk, namun berselang beberapa menit, dia mulai mendekati ketiga anak itu dan membelai kepala mereka satu per satu, ketiga anak SMP itu tentu saja langsung melihat ke arah wajah wanita itu yang jaraknya mungkin hanya sejengkal dari wajah mereka, ketika mereka perhatikan, wajah wanita itu rata alias tanpa wajah. Spontan mereka kaget bukan main, mau teriak tapi mereka sama sekali tidak bisa bergerak dan bersuara.

Akhirnya angkot melewati sebuah pabrik yang tidak terurus dan si wanita itu meminta sopir angkot untuk menurunkannya di situ. Sopir angkot yang dari tadi hanya diam, menurut saja, setelah wanita itu turun dari angkot entah bagaimana, sang sopir dengan tenang melanjutkan perjalanannya, dan wanita itu menghilang.

Ketiga anak itu langsung menangis dan menceritakan kejadian tadi pada sopir angkot itu. Dan ternyata, Sopir angkot itu mengatakan, “Wah itu sudah biasa di sini dek.” Anak-anak itu semakin ketakutan dan bertanya-tanya, “Kenapa di angkut juga tuh orang?” “Wah, kalau nggak diangkut nanti saya yang kecelakaan Dek,” kata sopir angkot. Setelah kejadian itu, ketiga anak itu jatuh sakit.

Kedengarannya ceritanya memang aneh, unik, dan seperti berlebihan, tapi percaya nggak percaya ada orang juga yang mengakui kejadian seperti itu pernah menimpa dirinya, dan ada juga yang mengatakan bahwa cerita anak SMP itu sama persis dengan cerita tentang temannya waktu SMP dulu, namanya Agung. Usut punya usut, katanya wanita itu adalah korban tabrakan di jalan itu.

Ada juga cerita tentang jangan menyebut nama si wanita merah itu di jalan tersebut, kalau menyebut, bisa-bisa Anda mengalami kecelakaan.


Sunday, November 14, 2021

Kisah Hantu Sungai Di Aceh

(Foto hanya ilustrasi, bukan tempat kejadian sebenarnya)


Banda Aceh, Krueng Arakundo telah lama dikenal banyak orang. Arakundo sempat melambung ke seantero Nusantara saat tragedi dakwah di Idi Cut pada Rabu, 3 Februari 1999, yang berakhir dengan tewasnya banyak warga yang dibuang ke Krueng Arakundo. Riak Krueng Arakundo seperti mempunyai karakter tersendiri. Airnya yang keruh dan menguning kadang-kadang deras dan kadang melambat seperti dibawa angin.

Kini sebagian besar zona Arakundo dijadikan lokasi pertambangan pasir oleh warga sekitar untuk mencari nafkah demi keluarga mereka. Setelah lama tak terdengar, kini nama Arakundo mulai mencuat lagi ke permukaan dan menjadi buah bibir warga sekitar. Santer dibicarakan mengenai “penghuni” Krueng Arakundo menyusul tenggelamnya dua bocah warga Blang Gleum, Kecamatan Julok. 

Jasad kedua bocah ini ditemukan secara terpisah oleh tim pencari. Warga sekitar menyakini kedua bocah ini dimangsa Balum Bili atau biasa disebut pasir mengambang dalam bahasa Indonesia, setelah melihat sejumlah hal aneh sebelum tenggelamnya dua bocah itu. Senin (7/9) sekitar pukul 10.00, satu jam sebelum jasad Putri ditemukan tim SAR Aceh Utara, suasana terlihat begitu tegang. Ratusan warga termasuk teman-teman korban tumpah ruah ke pinggir sungai yang di sekitarnya ditumbuhi semak belukar. Kondisi air sungai menguning pekat, sebagian keluarga Putri juga ikut menyaksikan operasi pencarian sambil tertunduk lesu di pinggir sungai Arakundo. Lokasi itu sekitar dua kilometer dari badan jalan Medan-Banda Aceh.

Desas-desus berkembang bahwa kedua bocah ini diambil penunggu sungai, orang Aceh sering menyebutnya Balum Bili. Malah, sebagian besar warga yang hadir berkeyakinan, bocah putri dan temannya seperti dipanggil maut karena lokasi tempat mereka bermain tidak pernah dikunjungi anak-anak dan jarang pula disinggahi warga biasa, kecuali para penambang pasir.

Menguatnya dugaan, para bocah itu dimangsa Balum Bili ketika pencarian yang berlangsung sejak Putri tenggelam, Minggu (6/9) sore hingga Senin pagi belum membuahkan hasil. Lalu, warga melalui Mukim Julok Cut, Tgk Abdullah Harun, berinisiatif meminta Kapolsek Julok Iptu Samsuar AM yang berada di lokasi untuk melepaskan tembakan ke dalam sungai.

Menurut Mukim Julok Cut, warga di sana berkeyakinan Balum Bili takut dengan suara mesiu senjata api. Biasanya korban akan dilepaskan maksimal lamanya dua jam setelah tembakan dilepaskan. Menjelang pukul 11.00, Kapolsek memerintahkan seorang personel polisi melepaskan empat kali tembakan dari senjata AK-47 ke dalam sungai hingga memecahkan keheningan Arakundo. Selama 30 menit berselang, Tim SAR Aceh Utara berhasil menemukan jasad Putri dengan posisi telungkup di permukaan sungai.

Temuan ini sempat mencengangkan warga, dan dugaan dimangsa Balum Bili seperti tak terbantah lagi. Jasad Putri diangkat ke speedboat dengan rambutnya yang terburai dan badan mungilnya yang sudah kaku. Nyaris seketika keluarga korban berteriak dan menangis histeris saat jasad Putri dirapatkan ke daratan.

Namun, tim SAR kembali menarik speedboat ke tengah sungai agar jasad Putri bisa segera dimasukkan ke kantong mayat yang telah disiapkan. “Kebiasaan dan menurut keyakinan kami di sini bahwa korban itu dimangsa Balum Bili, dan apabila dilepaskan tembakan ke sungai biasanya akan dilepaskan. Bapak kan sudah lihat sendiri bagaimana, setelah tembakan dilepaskan, jasad Putri ditemukan,” kata Tgk Abdullah Harun meyakinkan.

Tgk Abdullah yang ketika itu badannya dibasahi keringat mengaku tidak ada cara lain yang harus dilakukan. Sebab, pencarian yang berlangsung lama masih belum membuahkan hasil. Jika upaya tembakan tidak berhasil, maka jasad korban dipastikan sulit ditemukan kecuali beberapa waktu mendatang. Tidak hanya itu, Fani, teman korban Zubir dan Putri yang selamat, juga mengungkapkan keanehan saat hendak menolong Putri. Dari mata korban terlihat seperti cairan darah, sehingga hal itu memupuskan niat Fani untuk menolong. Belum lagi cerita Nita, kakak Putri, yang mengaku sempat bermimpi aneh selama tiga hari sebelum korban tenggelam.

Percaya atau tidak percaya, Arakundo berpenghuni atau yang sering disebut Balum Bili. Setiap tahunnya, menurut cerita rakyat, memangsa korban. Cerita Balum Bili yang bentuknya seperti kelambu. Hal itu secara turun-temurun dari generasi ke generasi terus dipercaya.


Pengalaman Menyeramkan di Gunung Merapi



Cerita Serem kali ini akan menceritakan sebuah pengalaman serem mengunjungi pasar setan di gunung Merapi. Cerita serem ini datang dari seseorang dan memang cerita ini sungguh lumayan serem, unik dan mengagumkan. Misteri Gunung Merapi, mengingatkan kita pada yang ditayangkan sebuah stasiun TV swasta. Kisahnya dilatarbelakangi oleh keangkeran Gunung Merapi yang dihuni oleh Mak Lampir, tokoh jahat yang setengah manusia dan setengah jin. 

Ternyata, banyak orang yang tidak tahu bahwa kisah tersebut bukanlah fisik belaka, tapi memang diambil dari cerita atau mitos yang dipercayai oleh masyarakat sekitarnya. Perbedaannya hanya pada tokoh dan alur ceritanya. Seperti dikatakan Mbah Marijan, kuncen Merapi, “Sesungguhnya Gunung Merapi adalah sebuah kerajaan para makhluk halus. Namun, tidak sembarang orang yang dapat melihatnya, hanya mereka yang memiliki kelebihan atau sang penguasa alam gaib itu yang sengaja menampakkan keberadaannya.”

Si Mbah juga mengatakan, selain terdapat sebuah kerajaan gaib, keangkeran lainnya adalah pasar dedemit yang bernama Pasar Bubrah. Tempat ini merupakan pasarnya para makhluk halus, yang dapat dilihat pada setiap malam Jum’at. Pada saat itu, jangan heran bila akan terdengar keramaian layaknya sebuah pasar malam di puncak gunung ini.

Awalnya Misteri dan dua orang teman tidak begitu yakin tentang semua yang dikatakan oleh Mbah Marijan. Tapi, ketika kami bertiga mendapat izin dari Mbah Marijan untuk mendaki puncak Garuda, kami pun merasakan dan mengakui kebenaran kisah itu yang membuat kami gemetar ketakutan.

Kebenaran kisah itu terbukti saat kami melakukan pendakian melalui jalur kaliurang yang terdapat di Desa Kinahrejo, dengan ditemani Mas Budi, anak angkat Mbah Marijan. Medan berbatu yang terjal dan juga sangat rapuh harus dilalui sehari penuh. Rasa penat bertambah lagi ketika harus melintasi kawah mati, karena uap belerang membuat napas semakin sesak.  Sesampai di Pasar Bubrah, kami sepakat berkemah dan bermalam di sana, untuk merasakan keanehan yang kerap dibicarakan orang itu. Bukannya sombong, tapi sekedar membuktikan bahwa semua itu adalah sebuah kebenaran dan bukan mitos. Selain itu, tempat ini merupakan lokasi ideal berkemah karena letaknya sudah mendekati puncak. 

Tak lama, ketika mata kami mulai terpejam karena rasa penat setelah seharian berjalan, kisah pasar setan yang diceritakan oleh Mbah Marijan menunjukkan kebenaran. Suara-suara gamelan dan gending Jawa mulai mengalun di telinga kami, keramaian sebuah pasar pun menyusul. Bersamaan dengan itu deru angin semakin besar dan menambah gaduh suasana. 

Seperti terhenyak dari mimpi buruk, kami langsung terjaga dengan wajah pucat dan keringat dingin. Tanpa sepatah kata, mata kami saling memandang dan berusaha menjawab pertanyaan yang ada dalam hati masing-masing. Sebuah pertanyaan yang baru akan terjawab bila mentari telah menampakkan dirinya.

Dalam keadaan demikian, teringatlah semua dosa yang pernah dilakukan. Doa dan harapan kepada Tuhan terus terucap dari bibir kami dengan terpatah-patah. “Semoga Allah masih mengizinkan untuk menebus kesalahanku. Dan tidak membiarkan para dedemit itu membawa kami ke alam gaib. 

Dari ketinggian 2919 Dpl, keramaian pasar setan itu terus berlangsung hingga larut malam. Rasa penat yang tak tertahankan akhirnya membuat kami terlelap saat hari menjelang pagi. Saat sinar mentari membangunkan kami, rasa syukur pun spontan keluar dari mulut kami. Mesti sempat terlintas tidak melanjutkan pendakian, tetapi akhirnya pada pukul 08.00 WIB. Kami melanjutkan pendakian menuju puncak Garuda. Karena untuk mencapai puncak tinggi membutuhkan waktu sekitar satu jam. 

Suasana puncak Garuda memang sangat mengerikan, apalagi bila teringat pada tragedi 1994 lalu, yang letusannya mengakibatkan 66 jiwa melayang. Dan pada awal 2001, material letusan melambung ke angkasa sejauh 4 Km dan menyebabkan hujan petir serem banget. Coba bayangkan bila gunung itu kembali meletus, harus ke mana kami melarikan diri? Sehingga wajar saja, rasa takut terus menghantui kami. Belum lagi ketika salah seorang teman, sempat melihat bangunan candi tua yang berada di sebelah timur puncak Garuda. Hal itu jelas menimbulkan ketakutan yang luar biasa waktu itu. Terlebih mengingat kejadian semalam yang baru kami alami. 

Kemudian kami pun langsung turun meninggalkan puncak serta pemandangan alam yang belum puas kami nikmati karena kejadian serem itu. Perjalanan turun membutuhkan konsentrasi yang tinggi, karena kondisi medan hingga 90 derajat. Kalau terpeleset, kami dapat kehilangan nyawa atau lebih bila beruntung mungkin hanya patah tulang serta memar. 

Setibanya di pasar Bubrah, kami menyempatkan diri beristirahat sejenak untuk melepaskan lelah sambil memandangi lautan awan yang mengelilingi puncak Merbabu dan Puncak gunung Sindoro Sumbing di Wonosobo. Pemandangan dan udara yang sejuk itu membuat mata ini akhirnya terpejam. Baru pada pukul 13.00 WIB, kami terbangun oleh teriakan Mas Budi. Dengan wajah seputih kertas, ia lalu mengajak kami untuk segera turun.

Dalam perjalanan turun, Mas Budi terus berada di depan. Tanpa bicara ia melaju dengan cepat seperti dikejar–kejar setan. Melihat keanehan itu, tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan dalam benak kami. Apalagi, ketika ditegur ia seolah–olah tidak peduli dan terus menerus mengayukan kakinya, bahkan semakin cepat. Begitu hampir tiba di Desa Kinahrejo, ia mulai memperlambat langkahnya. Tapi, tetap saja ia tidak menceritakan apa yang telah terjadi.

“Nanti kalau sudah sampai di rumah Simbah aku ceritakan!” jawabnya, singkat. Sesampainya di Desa Kinahrejo, terlihat Mbah Marijan sudah berdiri di depan halaman rumahnya seakan memang sengaja menyambut kehadiran kami. Dengan ramah ia tersenyum dan mempersilakan kami masuk untuk beristirahat. Tak lama tanpa basa–basi lagi kami langsung mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi, kepada Mas Budi.

“Saat tidur, saya mendapatkan pesan dari Simbah untuk segera meninggalkan tempat itu. Karena akan ada penumbalan oleh penguasa Merapi. Dan korbanya akan dijadikan pengikutnya,” ucapnya. Menurutnya, hal semacam itu memang sering terjadi. Korbanya pun tak pandang bulu, bila sang penguasa menyukainya maka dia akan dijadikan sasaran. Biasanya sang penguasa memilih orang–orang yang memang kurang baik dari segi moral, agama, atau telah berbuat sesuatu yang membuatnya murka. Keesokan harinya, terdengar kabar dari si Mbah bahwa Merapi kembali menelan korban jiwa. Kali ini, korbannya berasal dari kewarganegaraan asing, yaitu asal Jerman. Pendaki itu tewas ketika hendak melakukan penelitian aktivitas Merapi bersama beberapa rekannya. Kejadian itu berlangsung tak lama setelah kami turun, dan ternyata masih ada kaitannya dengan semua yang telah kami alami.

Setelah mengalami dan menyaksikan sendiri keberadaan kerajaan gaib dan pasar setan di puncak Merapi, baru kami percaya bahwa sesuatu yang gaib itu memang ada. Dan harus diakui kalau gunung Merapi memanglah bukan sembarang gunung. Bahkan, kepercayaan itu diperkuat lagi dengan adanya upacara ritual Labuhan yang diadakan oleh pihak keraton dan penguasa Merapi, karena telah membantu melindungi dari malapetaka.

Berdasarkan cerita rakyat, asal muasal upacara ritual ini berawal dari zaman Sultan Agung. Ketika itu, kerajaan tengah tertimpa sebuah malapetaka yang membuat Negara kacau balau. Sultan Agung melakukan semedi dan meminta bantuan pada penguasa alam halus yang merupakan penjelmaan dari Nawang Wulan, seorang bidadari cantik yang diturunkan dari kayangan atau dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai Nyi Roro kidul, penguasa laut selatan.

Kemudian, sang ratu memberikan bantuan dengan mengirimkan ribuan anak buahnya untuk menyelesaikan malapetaka itu. Tapi bantuan itu bukan tanpa syarat, sang sultan beserta seluruh keturunannya harus bersedia menjadi suami dan memberikan persembahan yang kemudian dikenal dengan nama labuhan. 

Hingga saat ini, pada masa kesultanan Hamengkubuono X, perjanjian itu masih berlaku dan akan terus berlanjut pada keturunan Sultan Agung yang berikutnya.

Konon, bila perjanjian itu dilanggar, maka akan mengakibatkan kehancuran kesultanan Yogyakarta. “Jika perjanjian dilanggar, akan terjadi malapetaka seperti yang terjadi pada masa Sultan Agung,” demikian penurutan Mbah Marijan yang telah menjadi juru kunci Merapi selama 30 tahun. 

Sementara itu, selain kerajaan para dedemit dan pasar setan, di desa Kinahrejo juga banyak terdapat tempat–tempat yang kental bernuansa gaib. Seperti watu gajah, merupakan sebuah batu besar yang dipercaya dapat menahan aliran lahar bila gunung Merapi meletus. Batu ini dilingkari oleh pagar tembok, dan memiliki satu buah pintu masuk. Di dalamnya terdapat tempat persembahan yang biasanya dilakukan pada malam Jum’at Kliwon. 

Tak jauh dari sini, ada sebuah pohon beringin satu-satunya yang ada di desa, sehingga disakralkan oleh warga sebagai tempat keramat. Menurut penuturan Mbah Marijan, tempat ini dulunya merupakan tempat bersemedi seorang petapa sakti.

La Planchada