Beberapa tahun yang lampau, sebuah pemainan ramalan misterius telah menjadi “Trending Game” yang sangat populer di kalangan remaja sekitar tempat tinggal Yilia Iqah di kota Bogor. Mereka menyebut permainan itu sebagai “Jodoh Masa Depan”.
Berdasarkan rumor yang berkembang, mereka yang memainkan permainan ini maka akan bisa melihat pasangan hidupnya di masa yang akan datang melalui media air.
Menurut penuturan mereka yang telah melakukan permainan ini, semuanya harus dilakukan dalam keadaan semua lampu dimatikan, cahaya yang ada hanya berasal dari cahaya sinar bulan yang masuk dari jendela kamar saja. Kemudian melakukan sebuah ritual di tengah malam dengan cara membaca beberapa jenis mantra lalu meletakkan sebuah silet tajam di mulut dan menatap pada sebuah baskom yang berisi air, maka akan terlihatlah wajah pasangan hidup di masa depan yang muncul dalam refleksi air.
Namun permainan ini sangat berbahaya. Jika tidak berhati-hati maka bisa mengiris bibir pemainnya sendiri, atau akan berakhir seperti yang terjadi pada Yilia Iqah, seorang siswi SMA swasta di kota Bogor, yang pada suatu hari mendengar tentang permainan ramalan ini dan memutuskan untuk mencobanya.
Di lingkungan sekolah maupun di tempat tinggalnya, Yilia dikenal sebagai seorang gadis yang minder karena berwajah buruk penuh bopeng, dan berkaki ‘itik’ karena bentuk kakinya agak bengkok dan melebar di bagian telapaknya sehingga cara berjalannya terlihat seperti itik. Dan yang membuatnya dijauhi oleh teman-temannya adalah karena mulutnya sangat bau. Teman-teman sekelasnya sering menjulukinya sebagai “gadis bau jengkol”.
Yilia yang selalu kesepian ini tidak pernah sekalipun mempunyai seorang pacar dan ia merasa sangat khawatir bahwa dia tidak akan pernah jatuh cinta. Mimpi terburuknya adalah bahwa dia tidak akan pernah bisa menikah. Rasa ingin tahunya mengenai masalah percintaan ini membuatnya begitu penasaran, ingin tahu dan ingin melihat seperti apa sosok suaminya kelak.
Hingga pada suatu hari, ketika ayahnya pergi ke luar kota dan ibu beserta adiknya berkunjung ke tempat neneknya di kampung, Yilia memilih tidak ikut serta, dan memutuskan untuk tetap tinggal di rumah dengan alasan sedang ada banyak tugas sekolah yang harus segera dikerjakannya.
Dan ketika itu kebetulan adalah malam Jum’at Kliwon tanggal 13. Klop sekali dengan apa yang selama ini dikenal oleh banyak orang sebagai hari dan tanggal yang keramat.
Malam itu bulan bersinar terang. Yilia Iqah mengambil salah satu silet milik ayahnya dari rak mini di kamar mandi. Kemudian dia mengambil baskom dari dapur dan mengisinya dengan air. Dan kemudian dia memadamkan semua lampu, membuka tirai jendela dan menunggu tengah malam tiba. Selama menunggu itu, Yilia tiada henti membaca mantra-mantra yang telah ia hapalkan.
Selanjutnya, ketika tengah malam tiba, dengan sangat hati-hati dia meletakkan silet tajam di mulutnya, dan dengan sangat penasaran dia kemudian menatap baskom berisi air tersebut. Dan Yilia Iqah pun terpana karena di permukaan air dalam baskom itu, dia melihat wajah seorang pria yang menatap balik kepadanya.
Namun ada sesuatu yang aneh dalam tatapan mata pria dalam baskom itu.
Yilia menjadi sangat kaget dan secara reflek dia berteriak. Dan seketika itu pula silet di mulutnya pun langsung terlepas dari mulutnya dan terjatuh ke dalam baskom. Dalam sekejap, air di dalam baskom itu tiba-tiba berubah warna menjadi merah seperti darah. Kontan Yilia Iqah menjadi sangat ketakutan dan langsung gemetaran tak karuan.
Beberapa saat kemudian setelah dia merasa agak tenang dan mulai bisa mengatur nafasnya, ia pun memberanikan diri untuk melihat ke dalam baskom lagi, dan...
“Haaahh!”
Lega rasanya hati Yilia ketika dilihatnya air di dalam baskom yang terlihat sangat jernih dan silet tadi tergeletak di dasar baskom. Yilia menjadi sangat bingung dan bertanya-tanya.
Apakah semua ini hanya merupakan sebuah ilusi? Apakah ada sesuatu yang tidak beres dengan matanya? Apakah dia tadi benar-benar melihat refleksi sebuah wajah di permukaan air atau apakah itu hanyalah merupakan refleksi dari bulan saja?
Karena begitu banyak pertanyaan berlalu-lalang di benaknya tanpa ada satupun yang terjawab, membuat Yilia menjadi merasa sangat letih sehingga ia pun memutuskan untuk melupakan semua itu dan pergi tidur.
Tahun demi tahun berlalu dan Yilia pun tumbuh menjadi dewasa. Dia lulus dari SMA, ikut kursus sebentar di sebuah LPK dan kemudian mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai buruh seterika di sebuah pabrik garmen di pinggiran kota Bogor. Dia juga kemudian mulai berkencan dengan seorang pria yang juga merupakan rekan kerja sesama buruh di pabrik garmen tersebut. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Sumanto.
Dia adalah pacar pertama Yilia Iqah, dan si Sumanto ini orangnya sangat lembut dan sangat pengertian terhadapnya. Dia mempunyai sifat yang amat menyenangkan, selalu bisa menghibur Yilia dengan semua sifat lucunya dan kenyataan bahwa dia seringkali menghamburkan banyak uang hanya untuk Yilia, membuat Yilia cinta mati kepadanya.
Namun ada satu hal mengenai Sumanto yang sungguh aneh. Dia selalu menyembunyikan wajahnya di balik masker. Di lingkungan pabrik hal ini tidaklah begitu aneh, melihat orang-orang menggunakan masker untuk menghindari flu, ataupun pencemaran udara di pabrik. Dan pada awal pertama mereka bertemu, Sumanto pernah menjelaskan bahwa dia sedang terkena flu dan tidak ingin menulari Yilia.
Pada awalnya Yilia bisa menerima penjelasan tersebut, namun setelah satu bulan berlalu, Sumanto masih tetap saja mengenakan masker dan tidak pernah melepaskannya, hal ini membuat Yilia mulai bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan Sumanto? Apakah dia menderita suatu penyakit langka? Tetapi seiring waktu berlalu, Yilia tidak begitu mempermasalahkannya lagi.
Setiap kali mereka pergi berkencan, Sumanto akan selalu menggunakan masker. Jika Yilia memintanya untuk melepaskan masker tersebut, maka dengan marahnya Sumanto akan menolak. Disamping keanehan mengenai masker ini, Yilia semakin jatuh cinta terhadap sang pria idamannya itu. Akhirnya tiba saatnya ketika Sumanto meminang dirinya.
Yilia sempat berpikir, bagaimana mungkin dia menikahi seseorang tanpa pernah melihat wajahnya secara keseluruhan? Seharusnya tidak ada rahasia yang disembunyikan antara pasangan suami istri.
Apa yang dia coba sembunyikan darinya?
Yilia sangat percaya bahwa perasaannya terhadap Sumanto tidak akan pernah berubah walau seperti apapun wajahnya di balik masker tersebut.
Hingga pada suatu malam, ketika mereka berdua sedang bersantai di sebuah taman di tengah kota, pada saat itu Yilia duduk mesra di sebelah Sumanto dan mengatakan padanya bahwa dia bersedia menikah dengannya hanya jika dia mau memperlihatkan wajahnya. Yilia meminta pada Sumanto untuk melepas maskernya. Pada awalnya Sumanto menolak, akan tetapi ketika Yilia tetap memaksa, akhirnya dia menyerah.
Sumanto kemudian berbalik memunggungi Yilia dan secara perlahan melepaskan masker dari wajahnya. Kemudian secara tiba-tiba dia berbalik menghadap Yilia Iqah. Dan seketika itu juga Yilia pun terhenyak kaget. Wajah Sumanto terlihat sangat menakutkan. Ada cacat mengerikan di wajahnya, seperti bekas luka memanjang dari bawah matanya, sampai ke pipi dan melintas dari bibir sampai ke dagunya.
Luka tesebut terlihat seperti disebabkan oleh robekan pisau yang sangat tajam. Luka tersebut terlihat sangat dalam, mengoyak-ngoyak wajahnya. Sungguh sangat mengerikan melihatnya.
“Wajahmu kenapa?” tanya Yilia dengan polosnya.
“Apa yang telah terjadi denganmu?” lanjutnya lagi.
Sorot mata Sumanto tiba-tiba saja berubah menjadi begitu marah. Wajahnya menunjukan ekspresi geram dan kebencian.
“Kau seharusnya tahu!” umpatnya geram.
“Kau telah menjatuhkan siletnya!” lanjut Sumanto lagi dengan tangan mengepal menahan marah.
Yilia terbelalak dengan kenyataan yang mengejutkan ini. Selintas dia teringat kembali akan ritual di tengah malam yang pernah dilakukannya dulu semasa remaja. Ia pun menjadi serba salah karena telah berjanji akan bersedia menikah dengannya jika Sumanto bersedia memperlihatkaan wajahnya.
Yilia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana rasanya harus menjalani hidup bersama dengan pria yang wajahnya sangat buruk. Jauh lebih buruk dari dirinya yang sudah buruk rupa itu. Ia langsung merasa mual membayangkan wajah anak-anak yang akan dilahirkannya nanti. Seburuk apakah wajah mereka kelak?
Dan Sumanto, pria yang selama ini menjadi idamannya itu... ternyata jiwanya penuh dendam dan amarah terhadap dirinya. Yilia Iqah tak sanggup lagi memikirkan semua itu, dan ia pun langsung lemas lunglai dan jatuh pingsan saat itu juga.
No comments:
Post a Comment