Sepasang pengantin baru tengah menuju ke acara teman mereka di rumahnya pada suatu petang yang temaram dan ketika itu hujan turun dengan derasnya. Namun tiba-tiba, karena suatu hal mereka berhenti di sebuah perempatan. Rupanya mereka melihat seorang wanita tua, yang menggigil kedinginan, dan basah kuyup berdiri di jalanan. Sang istri lalu menanyakan kepada suaminya apakah mereka bisa memberi nenek itu tumpangan di mobil mereka. Suaminya mengangguk tanda setuju. Diandra lalu menurunkan kaca jendelanya dan bertanya kepada nenek itu,
“Apakah kamu butuh tumpangan?”
“Ya, terimakasih banyak,” kata wanita tua itu.
Dia lalu masuk ke mobil dan duduk di kursi belakang kemudian memperkenalkan dirinya.
“Nama saya Sulastri.”
“Senang berjumpa dengan Anda. Saya Diandra Minarri dan ini suami saya Bambang Harry Tamtomo.”
Mereka bercakap-cakap sebentar lalu Bambang Harry menanyakan,
“Jadi, Ibu ingin turun dimana?”
“Saya ingin mengunjungi cucu saya yang tinggal di Jalan Sudirman 206. Hari ini adalah hari ulang tahunnya dan saya sangat ingin menemuinya.”
“Jalan Sudirman? Sepertinya sekitar 8 km dari sini! Itu cukup jauh,” keluh Bambang Harry.
Diandra lalu memegang tangan suaminya dan mengatakan itu tidak seberapa jauh dari rumah temannya dimana acara mereka berlangsung. Mereka berdua sempat berbeda pendapat sedikit, ketika tiba-tiba pintu belakang mobil terbuka dan terbanting kembali. Dengan kaget Diandra melihat ke belakang dan menjerit.
“Apa itu?” tanya Bambang.
“Dia menghilang! Dia melompat keluar atau mungkin terjatuh! Kita harus menemukannya!” teriak Diandra panik.
Mereka kemudian mencari-cari selama satu jam menyusuri jalanan itu, tapi mereka tidak dapat menemukannya.
Dengan bibir gemetar Diandra bertanya kepada suaminya,
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Kita harus memberitahu cucunya apa yang terjadi dan ini merupakan sebuah kejadian yang tidak terduga,” jawab Bambang dengan nada penuh penyesalan.
Mereka setuju dan sepakat untuk melanjutkan perjalanan ke alamat yang tadi sempat disebutkan oleh si nenek.
Sesampainya di alamat tersebut, Bambang dengan ragu menekan bel di pintu rumah itu. Setelah beberapa saat menunggu, terdengarlah suara langkah kaki dari dalam rumah itu yang berjalan menuju ke pintu, dan sesaat kemudian pintu pun langsung dibuka oleh seorang gadis cantik yang masih muda dengan senyuman yang manis menyambut mereka. Diandra langsung meneteskan air mata dan berkata,
“Kami kehilangan nenekmu!”
Dengan terkejut, gadis muda itu berkata,
“Maaf!”
“Kami hendak menolong nenekmu dengan memberinya tumpangan, ketika dia ingin datang kemari menemuimu. Dia kemudian terjatuh dari kursi belakang sementara mobil kami berjalan,” kata Bambang menjelaskan.
“Kami telah mencari selama satu jam penuh, namun dia tak kami temukan. Dengan sangat menyesal kami hanya bisa datang ke sini dan memberitahumu tentang berita yang menyedihkan ini.”
Gadis itu menyela mereka,
“Adakah yang bisa saya berikan kepada Anda, mungkin saya bisa buatkan untuk kalian segelah tes hangat atau mungkin kopi?”
Katanya sambil mempersilahkan mereka masuk ke ruang tamu dan berusaha menenangkan mereka dahulu.
Pasangan pengantin baru ini duduk dan menceritakan apa yang terjadi. Mulai dari pertemuan dengan si nenek di tengah hujan lebat di perempatan jalan sampai ketika mereka kehilangannya di tengah perjalanan.
Dengan sopan si gadis mendengarkan semua penjelasan itu dari awal sampai akhir. Namun, selama itu pula si gadis terdiam tak bergeming.
Sesaat kemudian, setelah menghela napas panjang, si gadis pun berkata dengan terbata-bata,
“Kalian pasti salah. Nenekku telah meninggal 10 tahun yang lalu.”
“Hhaa...?”
Bambang dan Diandra, pasangan pengantin muda itu melongo. Tampak dari ekspresi di wajah mereka, rasa terkejut dan tidak percaya yang sulit mereka ungkapkan dengan kata-kata.
Tak lama kemudian, lampu-lampu di rumah itu tiba-tiba padam dan mereka semua mendengar seperti ada suara nenek itu di sekeliling rumah.
No comments:
Post a Comment