Ini adalah sebuah pengalaman menyeramkan yang dialami oleh Yashinta di masa kecil dulu. Ketika itu ia masih duduk di kelas 2 SD. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya yang masing-masing bekerja sebagai juru bayar di sebuah pabrik penggilingan beras dan sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit swasta di Bogor.
Yashinta sudah terbiasa tinggal di rumah sendirian sementara kedua orangtuanya bekerja mencari nafkah. Biasanya sepulang sekolah Yashinta langsung ke rumah dan memakan kudapan yang sudah disiapkan oleh ibunya di dalam kulkas. Segala yang dibutuhkan oleh Yashinta dari pagi hingga sore hari sudah dipersiapkan oleh ibunya yang bekerja hingga menjelang petang itu. Nasi sudah tersedia di magic com, sayur dan lauk sudah ada di dapur, buah-buahan, susu, dan puding kesukaan Yashinta pun sudah tersedia di kulkas.
Dan Yashinta juga dibekali sebuah ponsel yang pulsanya selalu terisi cukup banyak untuk menelepon kedua orangtuanya setiap kali ia merasa kangen, kesepian, atau jika ada sesuatu yang sifatnya darurat dan Yashinta harus memberitahu kedua orangtuanya.
Rumah yang ditempati oleh Yashinta dan orangtuanya memiliki dua lantai ruangan. Saat itu, kedua orangtua Yashinta sedang bekerja, dan seperti biasanya, ia pun sendirian di rumah. Ketik itu Yashinta pulang dari sekolah dan mendapati rumahnya sangat gelap. Mungkin ibu dan ayahnya lupa menyalakan lampu sebelum mereka berangkat bekerja tadi, atau mungkin sedang mati lampu, karena di wilayah tempat Yashinta tinggal sedang ada perbaikan gardu listrik.
Saat itu Yashinta membuka pintu rumah dan berkata,
“Ibu, apa Ibu sudah pulang?”
Dan ia mendengar suara jawaban dari lantai atas,
“Iyaaa...”
Setelah itu, Yashinta berkata lagi,
“Ibu, Ayah... Apakah kalian sudah pulang?”
Dan ia mendapat jawaban yang sama dari lantai atas,
“Iyaaa...”
Sampai berulang-ulang dan suara di lantai atas itu selalu menjawab,
“Iyaaa... iyaaaa...”
Yashinta merasa sangat bingung apakah ibunya sudah pulang dan berada di lantai atas? Karena suara itu adalah suara seorang perempuan. Tanpa berpikir panjang, Yashinta langsung menuju ke lantai atas dan perlahan menaiki satu per satu anak tangga, ketika ia sampai di anak tangga teratas, ia pun bertanya sekali lagi,
“Ibu… Ibu sudah pulang ya?”
Dan lagi-lagi suara itu menjawab,
“Iyaaa.”
Suara itu terdengar sangat jelas dari dalam kamar di lantai atas. Di saat Yashinta ingin membuka pintu kamar di lantai atas itu, ia merasa bahwa perasaannya tidak enak dan sepertinya ada sesuatu yang lain tapi ia tidak tahu, entah apakah itu.
Ketika ia sedang dalam kebimbangan itu, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang membuka pintu di ruang tamu depan di lantai bawah, Yashinta pun melongok ke bawah.
Ketika pintu telah terbuka...
Ahaa... ternyata itu adalah ibunya. Sepertinya ibunya sudah pulang dari bekerja, dan seperti biasanya ia selalu membawa banyak tas belanja di saat pulang dan Yashinta sangat menyukainya.
Ibunya berkata,
“Selamat sore, ibu pulang...”
Begitu mendengar suara dari ibunya, Yashinta merasa sangat tenang, dan saat itu juga ia langsung berlari menuruni tangga untuk menyambut hangat ibunya yang baru saja pulang dari bekerja.
Di saat yang bersamaan ibunya menyalakan lampu rumah dan dalam sekejap lampu pun menerangi seluruh ruangan termasuk yang di lantai atas. Ketika Yashinta sedang berjalan menuruni tangga itu, ia sempat merasa penasaran siapakah yang menjawab seluruh sapaan darinya tadi, mungkinkah ada orang di dalam rumah ini dan dia berada di lantai atas? Sepertinya tidak mungkin, karena rumahnya selalu terkunci apabila rumah dalam keadaan kosong.
Dan ketika Yashinta sedang menuruni tangga, ia sempat menoleh ke lantai atas, dan apa yang ia lihat?
Benar-benar aneh dan mengejutkan...
Ketika itu Yashinta melihat ada seorang perempuan berkulit sangat pucat, matanya tajam memandang Yashinta, rambutnya panjang tergerai, acak-acakan, dan berwarna putih pucat, ia memakai jubah hitam, dan sedang berdiri melihat ke arahnya, saat itu Yashinta berlari ketakutan menuruni tangga, dan saat itu ia mendengar suara yang berkata,
“Kenapa kau tidak menyapaku lagi?”
Namun kali ini suara itu bukan suara perempuan yang ia dengar tadi melainkan suara seorang pria, suara itu sangat berat dan menggema.
Yashinta kaget bukan kepalang, sesaat kemudian ia merasakan susah bernapas, dan sekelilingnya seperti berputar-putar. Dan Yashinta pun jatuh pingsan.
No comments:
Post a Comment