Dua bulan lamanya Sugiman merantau di Jakarta. Di Jakarta, ia membantu pamannya untuk berjualan bakmi dan nasi goreng yang mangkal di pinggir jalan Ca-Cing alias Cakung-Cilincing.
Warung Nas-Gor Pak Hamid, begitulah brand yang dipajang oleh pamannya. Lumayan laris meskipun lokasi tempatnya berjualan dikenal sangat angker apalagi jika sudah menjelang tengah malam. Menurut cerita dari para pelanggannya, di wilayah itu sering berkeliaran hantu manusia tanpa kepala terutama di malam Jumat kliwon.
Konon kabarnya, pernah terjadi kecelakaan beberapa tahun lalu. Kala itu dini hari dan gerimis tiada henti sejak dari sore hari sebelumnya. Jalanan licin dan yang menyedihkan ketika itu lampu mati sehingga penerangan jalan hanya mengandalkan sorot lampu dari kendaraan yang lewat. Jalan Ca-Cing yang mendekati Tanjung Priok dikenal sebagai jalan yang berbahanya bagi beberapa kalangan. Karena yang melewati jalan ini adalah kendaraan-kendaraan besar seperti truk tronton, dan truk kontainer berbagai ukuran yang menuju dan meninggalkan pelabuhan Tanjung Priok.
Nah, pada dini hari kelabu itu menurut cerita salah seorang pelanggan, terjadi kecelakaan maut dimana seorang pengendara motor tewas terlindas truk kontainer. Namun pada saat itu si sopir truk kontainer menyangkal telah melindas si pengendara motor sampai mati. Menurut pengakuannya, saat itu jalan licin dan suasana agak gelap. Ketika mendekati lokasi tersebut, tiba-tiba ia melihat sebuah sepeda motor sudah tergeletak di tengah jalan tanpa ada pengemudinya. Ia pun menghentikan truknya. Namun tiba-tiba diseruduk dengan keras dari arah belakang oleh truk tronton yang kala itu melaju kencang, sehingga truk kontainer yang dikemudikannya pun terdorong ke depan dan melindas sepeda motor tersebut. Namun si sopir truk kontainer bersumpah, ia bersikeras bahwa saat itu tidak ada satu makhluk hidup pun yang terlindas oleh truknya.
Sayangnya fakta berkata lain, di lokasi kecelakaan itu, polisi menemukan seorang pria yang diduga adalah si pengendara motor, tewas mengenaskan dengan keadaan tubuh tanpa kepala. Aneh memang, kalau terlindas truk, apa iya kepalanya bisa putus, lalu ke mana perginya kepala itu karena hingga kini pun polisi tidak bisa menemukannya. Namun malang benar nasib si sopir truk kontainer. Sekalipun semua bukti tidak sinkron, tidak kuat, dan malah terkesan aneh, tetap saja si sopir terkena hukuman.
Begitulah kisah seram yang diceritakan oleh pak Saiman yang dini hari itu sedang menikmati mie rebus sambil ngopi bersama beberapa pelanggan di Warung Nas-Gor pak Hamid.
“Wah, mestinya kalau membicarakan hantu, harusnya sehabis Asar tadi, jangan menjelang dini hari begini. Kadang saya merasa merinding juga kalau harus mendengarkan cerita yang serem. Tapi, nggak apalah, daripada bengong saja.” kata pak Mansur, salah seorang pelanggan.
Menurut pak Saiman, penampakan sesosok tubuh tanpa kepala berkelebat tanpa ketemu orangnya, sebagai hal lumrah di jalan Ca-Cing itu.
“Sering saya kejar dan saya terangi dengan senter, tapi tetap tak ketemu.” katanya.
Malah ada lelembut yang suka meledek. Cuma menampakkan perut dan dadanya saja. Kadang-kadang cuma wajahnya. Juga ada yang suka mencolek-colek. Kalau nyalinya ciut, pasti terkencing-kencing. Menurut cerita pak Saiman, ketika ia sedang berdiri di dekat trafic light, dan hendak menyeberang jalan, ia pernah merasa dicolek di bagian belakang kepalanya.
“Merinding bulu kuduk saya. Tapi karena terbiasa sembahyang lima waktu, saya tak merasa takut sama sekali.” katanya dengan nada sok alim.
Lagi, suatu malam, ketika akan membaringkan tubuhnya di tempat tidur, tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang sangat halus. Lalu ada kesepakatan dengan istrinya, ia akan mencoba menengok lewat pintu yang lain. Sementara istrinya menjaga anak-anaknya. Setelah mendekat ke pintu yang diketuk-ketuk itu ternyata tidak ada orang sama sekali.
Ada lagi cerita. Selepas Maghrib ia sedang berjalan di sisi jalan sebelah utara. Dia kaget mendengar kakek-kakek dan nenek-nenek berdiskusi.
“Bicara dengan bahasa Jawa halus dan terasa enak didengar.” ungkap pak Saiman.
Di antara pengalaman orang lain yang pernah ia ketahui, misalnya cerita dari seorang bakul bakmi dorong. Bakul tersebut pernah berjalan di pinggir jalan Ca-Cing sambil mendorong gerobaknya. Waktu itu di sisi barat jalan masih terdapat banyak bangunan kuno dan agak tertutup oleh rimbunnya pepohonan.
Tiba-tiba terdengar suara orang yang berteriak memesan satu porsi bakmi goreng. Dengan enjoy pedagang bakmi dorong itu pun memasak sesuai yang dipesan. Anehnya, ketika bakmi diantar, eh… yang menerima ternyata seorang laki-laki tanpa kepala.
“Langsung lari terbirit-birit si penjual bakmi itu.” kata Saiman.
“Iya, memang santer beredar gosip kalau di jalan Ca-Cing ini, setiap malam Jumat kliwon ada hantu laki-laki tanpa kepala yang bergentayangan, terutama menjelang dini hari.” kata pak Thohir.
“Iya, memang benar… hantu itu berkeliaran karena belum menemukan kepalanya yang hilang entah ke mana.” pak Ikhsan menimpali.
“Apa benar begitu? Lhah, sekarang ini kan malam Jumat kliwon, menjelang dini hari, dan gerimis seharian tidak berhenti, tapi kok hantunya tak juga muncul?” seloroh Sugiman santai sambil memasak nasi goreng untuk pelanggannya.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba lampu padam. Pak Hamid mencoba mencari lilin tapi tidak ketemu, alhasil warung nasi goreng di pinggir jalan Ca-Cing itupun hanya mengandalkan sorot lampu kendaraan yang sesekali lewat di tengah gerimis hujan. Tiba- tiba pak Saiman tergagap-gagap berteriak sambil menunjuk ke arah zebra cross di sisi utara warung nasgor pak Hamid,
“Li… lih… lihat di sana!!”
Semua orang di warung nasgor pak Hamid pun menoleh melihat ke arah yang ditunjuk pak Saiman, dan...
Astagaaaa…
Di Zebra Cross itu, hantu laki-laki tanpa kepala itu berjalan tertatih-tatih dan terhuyung-huyung menyeberangi jalan Ca-Cing, dan…
“Ia berjalan menuju ke siniiii…!!!” teriak pak Maksun sambil lari terbirit-birit.
Semua pelanggan Warung Nas-Gor pak Hamid pun spontan ikut-ikutan lari sambil berteriak ketakutan.
Begitupun Sugiman dan pamannya, pak Hamid, tanpa menunggu komando langsung kabur dan meninggalkan dagangan mereka begitu saja tanpa berani menoleh ke belakang.
No comments:
Post a Comment