Tuesday, January 7, 2020

Kisah Seram dari Asrama Pesantren (Banyuwangi)

Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi, Bukan tempat sebenarnya


Berikut ini adalah sebuah kisah nyata seorang santri yang pernah tinggal di asrama di sebuah pesantren ternama di Banyuwangi. Kisah ini dituturkan oleh Muhammad Sahal Surya Hadiputra. 

Muhammad Sahal Surya Hadiputra sendiri juga mantan anak pesantren. Ia juga pernah tinggal di asrama tersebut. Waktu tiga bulan pertama tinggal di asrama itu, Muhammad Sahal cukup bisa berbaur dengan anak-anak pesantren. Anak-anak tersebut rata-rata memiliki hobi yang sama dengan Muhammad Sahal, suka nongkrong di warung angkringan depan asrama ketika sedang tidak ada tugas ataupun kegiatan. Makanya mereka cukup sering bertandang rame-rame ke salah satu warung angkringan yang banyak berjejer di luar asrama selepas Maghrib, untuk sekedar minum wedang jahe.

Pada saat itu kamar Muhammad Sahal terletak di lantai tiga. Ketua lantai 3, Ikhsan, juga sering ikut nongkrong di warung angkringan dan pulang menjelang tengah malam (aturan asrama pesantren jelas-jelas melarang para santri untuk kembali ke asrama di atas jam 21.00. Tetapi anak asrama mana yang tidak pernah kembali ke asrama lewat tengah malam? Rata-rata mereka pulang ke asrama lewat tengah malam dengan menyelinap melalui pintu khusus yang hanya diketahui oleh para santri yang suka nongkrong di warung angkringan saja).

Pada musim pancaroba biasanya udara akan sangat dingin disini. Makanya para santri suka diam-diam memasak sesuatu yang hangat di dalam asrama, padahal kegiatan itu sangat dilarang. Mati lampu juga adalah hal yang lumrah disini (dan hal ini akan berkaitan dengan kisah yang akan diceritakan nantinya). 

Muhammad Sahal cukup dekat dan akrab dengan Ketua lantai 3, ditambah tiga anak asrama lainnya, yaitu Hamdani, Abdullah, dan Fauzzan. Hamdani yang sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta, punya hobi mengumpulkan berbagai informasi rahasia di pesantren. Abdullah adalah seorang teman yang pernah mempelajari ilmu menerawang alam ghaib sehingga punya pengalaman melihat makhluk-makhluk ghaib. Sedangkan Fauzzan adalah anak yang suka berkunjung ke tempat-tempat angker. Makanya Muhammad Sahal cukup beruntung bisa mendengar berbagai cerita mistik... klenik... namun asyik...!

Dan disini Muhammad Sahal akan menceritakan beberapa kisah.

Usia asrama ini tergolong sangat tua, sehingga banyak sekali kisah angker yang ada disini. Dari situ saja, Muhammad Sahal sudah mendengar setidaknya lima cerita berbeda. Ada yang di kamar mandi, ada yang di depan gerbang, dan yang paling banyak adalah mengenai lantai 3.

Salah satu kisah seram di lantai 3 yang tidak bisa dilupakan oleh Muhammad Sahal adalah kisah ini.

Waktu itu ada seorang santri yang berasal dari luar daerah yang diam-diam bersembunyi di asrama pada saat hari raya Idul Fitri demi menghemat uang, karena jika pulang ke daerah, uangnya akan habis untuk biaya perjalanan. (Biasanya pada saat hari raya Idul Fitri, santri diliburkan selama dua minggu, yaitu seminggu sebelum dan seminggu sesudah hari H, dan selama itu asrama ditutup). Tapi dalam persembunyian itu dia tiba-tiba jatuh sakit, dan karena tidak ada seorangpun yang tinggal di asrama kala itu, maka tidak ada yang merawat dan membawanya ke dokter. Akhirnya dia meninggal di tempat tidur. Baru ketika asrama dibuka kembali, hal tersebut disadari oleh Nur Hidayat, sang petugas penjaga asrama. Semenjak terjadinya peristiwa itu, di lantai tiga sering ada kejadian ketindihan atau tengah malam ada suara orang yang mengetuk pintu meminta obat.

Kemudian ada lagi satu kisah seram lainnya. Ketika itu ada seorang santri yang jatuh cinta dengan salah satu santri perempuan. Sayangnya sang gadis menyukai pria lain. Dikarenakan depresi, akhirnya dia gantung diri di lantai 3. Sebelum gantung diri, dia menggunakan sebuah meja sebagai penopangnya. Makanya terkadang di tengah malam sering terdengar suara seperti meja yang sedang digeser-geser.

Kalau tentang suara meja digeser di tengah malam sih, Muhammad Sahal sendiri pernah mengalaminya. Jadi, kebetulan ada satu teman yang tinggal di lantai 2. Sudah beberapa malam ini setiap pada pukul 23.00 dia sering mendengar suara meja yang digeser-geser di atas langit-langit kamarnya. Suaranya terdengar begitu jelas sekali. Setelah mendengar satu, dua kali, dia akhirnya mengajak kawan-kawannya bergegas ke lantai atas untuk melihat siapa yang sedang usil. Tetapi sesampainya di lantai 3 dan mencari sumber suara, mereka hanya menemukan pintu yang digembok rantai dengan kokoh dan tertutup oleh debu yang tebal. Di atas rantai ada sebuah papan bertuliskan,

“Dilarang masuk, bagi pelanggar akan dihukum!”

Sepertinya sulit dipercaya ada orang yang sengaja masuk ke dalam kamar itu.

Kisah tadi merupakan secuil kisah panjang Muhammad Sahal selama dia menjadi santri di pesantren tersebut. Sebagaimana disebutkan tadi, Muhammad Sahal memiliki seorang teman yaitu Abdullah, yang bisa menerawang alam ghaib. Umumnya orang-orang seperti Abdullah ini memiliki sebuah ketrampilan mirip dengan dukun atau paranormal lainnya. Tugas utama mereka adalah menerawang alam ghaib kemudian memberi nasihat. Tidak jarang ada juga yang memberi ramalan dan mengusir roh jahat.

Kalau sudah libur, asrama disini, tidak peduli asrama putri ataupun putra, akan selalu sepi. Disini kadang memang terdengar desas-desus kisah aneh yang tidak bisa dijelaskan. Salah satu staf pengajar yang bernama Syaifullah dan tinggal di lantai 1 juga pernah mengalami kejadian aneh.

Kebetulan Abdullah cukup akrab dengan staf ini. Jadi dari dialah Abdullah mendengar beberapa cerita seram dan kemudian ia ceritakan kepada Muhammad Sahal. Akibatnya pernah suatu ketika Muhammad Sahal tidak berani pergi mandi ataupun ke toilet kalau sudah larut malam.

Sebenarnya apa yang diceritakan Abdullah kepada Muhammad Sahal sampai dia menjadi takut pergi ke toilet sendirian di tengah malam...?

Begini kisahnya...

Asrama ini memiliki sebuah tempat mandi umum. Di dalamnya ada sebuah bak. Air biasanya dipanaskan dengan menggunakan tungku besar. Disini, kamar mandi dan toilet berada di satu tempat. Di depan pintu masuk terdapat sederet wastafel dan cermin. Agak masuk ke dalam adalah dereten toilet. Dan masuk ke dalam lagi adalah tempat mandi.

Jadi ada satu cerita dimana ada seorang santri yang karena merasa gerah di tengah malam, kemudian memutuskan untuk mandi sendirian. Karena tengah malam memang tidak ada orang, maka air di bak pun sudah menjadi dingin. Pada saat sedang asyik menggosok badan tiba-tiba terdengar suara,

“Pyak... pyak... pyak...” 

Seperti suara orang sedang berlari melintasi lantai yang berair, sampai menyebabkan percikan air...! Dilihat seluruh sisi, tidak terlihat satu orang pun, bagaimana mungkin ada suara? Jadi tanpa peduli apa-apa lagi, dia langsung berlari keluar. Keesokan harinya dia jatuh sakit.

Berikutnya ada satu cerita lagi, seorang santri yang memang mempunyai kebiasaan bangun pagi. Pada saat itu musim hujan, langit masih gelap. Waktu itu dia seorang diri ke area kamar mandi untuk gosok gigi sambil menundukkan kepala. Tiba-tiba, melalui pantulan di cermin, dia melihat ada seseorang berjalan melintasi dia masuk ke toilet. Tidak lama kemudian dia berjalan keluar. Beberapa saat kemudian, dia masuk lagi, lalu keluar lagi. Kejadian ini terjadi beberapa kali. Karena santri tersebut merasa keheranan jadi ketika orang itu masuk ke toilet, dia pun ikut masuk ke area toilet. Ternyata tidak ada satu orang pun disana, dan lebih herannya lagi, seluruh pintu toilet dalam keadaan terbuka... 

Satu lagi, ada kisah seorang santri yang gara-gara salah makan sehingga mengalami sakit perut. Masalahnya dia tipe orang yang punya kakus langganan, yakni kakus di toilet nomor 3. Pada saat itu, di tengah malam, santri tersebut masuk ke area toilet, dari semua toilet yang ada, ternyata toilet nomor 3 sudah dipakai orang. Mau tidak mau dia pun masuk ke toilet di sebelahnya. Di saat dia sedang duduk, dari toilet nomor 3 terdengar suara desahan nafas yang terdengar terus menerus. Pada saat itu si santri tidak menghiraukannya. Setelah selesai dia pun pergi.

Beberapa saat kemudian, santri ini sakit perut lagi, jadi dia bergegas pergi ke toilet. Ternyata toilet nomor 3 masih tetap dipakai. Dia pun mencoba mengetuk pintu toilet itu. Dari dalam terdengar suara ketukan balasan, itu berarti toilet nomor 3 tersebut memang sedang ada yang menggunakan. Mau tidak mau terpaksa ia pergi ke toilet sebelah. Dan terus menerus mendengar suara desahan nafas seperti sebelumnya.

Dan ini terjadi beberapa kali. Karena merasa kesal dia pun mencoba bertanya.

“Bro, kamu baik-baik saja?” 

Tidak ada balasan sama sekali. Karena penasaran, akhirnya setelah selesai dia pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu toilet 3 itu dengan keras. Tanpa diduga pintu itu pun terbuka perlahan-lahan... 

Dan ia merasakan sebersit angin yang sangat dingin melintasi dirinya. Santri ini tambah penasaran saja, kemudian ia pun mengintip ke dalam. 

Namun apa yang ia lihat disana...?

Satu jejak orang pun tidak ada disana. Jadi yang tadi menjawab ketukan di pintu toilet nomor 3 siapa? Dan yang terus-menerus mengeluarkan suara desahan nafas itu siapa? Si santri itu akhirnya mengalami trauma psikis berkepanjangan hingga akhirnya dia pun memutuskan untuk keluar dari asrama pesantren dan pulang kembali ke rumah, tidak mau balik lagi ke sana.

Kemudian ada juga sebuah kejadian yang berkaitan dengan masak-memasak di dalam asrama. Gara-gara insiden itu, mau tidak mau Muhammad Sahal harus yakin dan percaya bahwa di asrama ini memang ada “sesuatunya”.

Waktu itu hari terakhir ujian. Karena pada saat semester satu mata pelajarannya lumayan banyak, jadinya mereka ujian terus sampai hari terakhir. Malam itu pun bersama anak-anak asrama yang lain mereka memasak yang serba hangat, seperti; mi instan, wedang ronde, bakar-bakar jagung, dan sebagainya. Dikarenakan besok siang asrama sudah akan ditutup, jadi yang tinggal di asrama hanya beberapa orang santri saja, yang lainnya sudah lebih dulu pulang ke rumah masing-masing.

Muhammad Sahal masih ingat waktu itu hujan gerimis, jadi udara terasa begitu dingin. Kalau sudah begini, sudah pasti ini adalah momen yang tepat untuk makan yang hangat-hangat...! Muhammad Sahal, bersama teman-teman asrama dan si Ketua (si penanggung jawab lantai), sambil makan, mereka bercanda, dan mengobrol ini dan itu. Karena pikiran terasa enteng setelah baru saja selesai ujian, ditambah kondisi udara luar yang begitu dingin, membuat mereka semakin asyik mengobrol ini dan itu, dan suara mereka pun terdengar semakin berisik, hingga tiba-tiba.

“PPETT...!”

Dan kamar pun menjadi gelap gulita...! 

Ternyata mati lampu lagi!

Salah satu teman Muhammad Sahal langsung nyeletuk.

“Asrama sudah hampir tidak dihuni orang, masih saja mati lampu!”

Muhammad Sahal tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Soalnya di sekeliling dirinya terasa sunyi senyap. Si Ketua, yang merasa ada sesuatu yang tidak beres langsung meminta semua agar jangan bersuara. Lalu di luar asrama terdengar suara anjing yang menggonggong terus-menerus. Dan belakangan, gonggongannya tiba-tiba berubah menjadi suara lolongan!

Karena kondisi di ruangan itu gelap gulita, salah satu santri merangkak ke meja belajarnya untuk mencoba mengambil senter. Namun tiba-tiba di pintu (dia kebetulan duduk di dekat pintu), muncul sebuah bayangan hitam, yang kemudian semakin jelas wujudnya menjadi sosok bayangan laki-laki tinggi dan kurus, kemudian dengan logat Madura yang sangat kental dan dengan suara yang keras menggelegar dia pun berteriak marah kepada para santri tersebut.

“Dasar anak-anak nakal! Sudah dibilang berapa kali jangan masak di dalam kamar, masih juga masak!”

Teman yang hendak mengambil senter itu pun menjawab.

“Sudah hampir selesai kok.”

Bayangan hitam itu pun kemudian menghilang secara perlahan. Anjing yang tadinya melolong-lolong di luar sana sudah tenang kembali. Lampu juga akhirnya menyala. Hanya saja Muhammad Sahal melihat wajah Ketua menjadi pucat pasi. Dia bilang dia tidak ingin makan lagi. Dia juga minta semuanya malam ini juga lebih baik pulang ke rumah masing-masing, jangan tinggal di asrama lagi. Soalnya, tadi yang berdiri di pintu itu bukanlah manusia... 

Kata si Ketua, sebelum para santri angkatan yang baru termasuk Muhammad Sahal masuk ke asrama ini, dulu ada seorang petugas yang tinggal di belakang asrama. Dia orang Madura, postur tubuh tinggi dan kurus. Dulu setiap kali ada yang diam-diam memasak di dalam kamar asrama, terus mati lampu, orang itu pasti akan marah habis-habisan. Suaranya biasanya sangat keras, sampai para santri dari lantai 1 sampai lantai 3 pun bisa mendengar suaranya.

Tapi dengar-dengar si Madura itu akhirnya meninggal sewaktu pergi ke Surabaya sana. Semenjak itu tidak pernah kelihatan lagi. Jadi, perlahan-lahan tradisi masak-masak di dalam kamar pun mulai berlanjut lagi. Hanya saja, kata si Ketua, kadang-kadang arwahnya “kembali” ke kamar tempat dia tinggal dulu. 

Mendengar penjelasan itu, para santri lantas kompak bermain kartu sampai pagi, tidak ada satupun yang berani memejamkan mata, masing-masing saling mengingatkan agar jangan sampai tertidur. Semua cemas jangan-jangan ada arwah lain lagi yang mendatangi mereka ketika sedang tertidur pulas. Keesokan harinya semua segera mengemasi barang-barang mereka dan langsung pulang ke rumah masing-masing.

No comments:

Post a Comment

La Planchada