Tuesday, September 17, 2019

Jenglot yang Haus Darah (Sukoharjo)

Liburan semester ini aku berkunjung ke rumah paman di Sukoharjo dan rencananya aku akan menghabiskan waktu liburanku sebulan penuh disana bersama Agus, anak pamanku. Kebetulan aku dan Agus tidak berbeda jauh usianya. Agus adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah Agus adalah seorang kolektor benda-benda unik dan mistis. Di rumah paman terdapat banyak koleksi benda-benda unik dan mistis seperti keris, batu-batuan mulia, juga benda-benda mistis lainnya. Dan ketika aku berlibur di rumah paman, kebetulan paman mempunyai koleksi baru, sebuah jenglot.

Ketika pertama melihat jenglot itu, aku dan Agus sedikit merasa ngeri. Jenglot itu berkuku panjang, ada 2 gigi taring yang menjulur dari mulutnya. Rambut jenglot itu lebih panjang dari tubuhnya, dan jenglot itu berbau amis yang sangat menyengat. Sampai-sampai aku dan Agus tidak tahan dan menutup hidung. Agus heran mengapa ayahnya sangat suka dengan jenglot itu, seakan-akan itu adalah hal yang membanggakan. 

Paman mengatakan bahwa setiap satu bulan sekali di malam Jum’at, jenglot itu harus diberi makan berupa darah manusia. Jadi paman harus pergi ke PMI untuk menukarkan darahnya dengan stok darah di PMI setiap bulannya. Aku dan Agus pun tentu saja ngeri mendengar penuturan paman tersebut. 

Suatu hari, paman harus pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Sebelum pergi, paman menitipkan jenglot itu kepada Agus. Ia berpesan untuk secara bergantian dengan tukang kebun rumahnya untuk menyetor darah ke PMI. Agus pun mengiyakan hal itu. Ketika pamannyanya pergi, Agus melihat ke arah jenglot itu. Ia bergidik ngeri. Lalu Agus menutup kotak jenglot itu dan menaruhnya di tempat koleksi paman. Setelah itu Agus tidak pernah membukanya lagi.

Sudah satu bulan kepergian paman, tetapi sepertinya Agus lupa dengan pesan ayahnya. Ia malah asik bermain dan melupakan tugasnya sampai entah mulai kapan Agus sering mendengar suara kasak-kusuk di tengah malam, seperti ada sesuatu yang berkeliaran di rumahnya. Awalnya Agus membiarkannya, ia mengira itu hanya tikus. Tapi entah mengapa sejak mendengar suara itu Agus merasa tubuhnya lemas, ia seperti sedang sakit. Dan di tengah tidurnya Agus merasa ada sesuatu yang berjalan di tempat tidurnya. 

Akhirnya Agus sakit, ia benar-benar lemas dan badannya demam. Sudah 3 hari Agus bedrest. Seorang dokter didatangkan ke rumah Agus, karena tante sangat khawatir dengan keadaan anaknya. Dokter mengatakan Agus menderita anemia akut. Dokter mengharuskan Agus istirahat dan mengkonsumsi obat penambah darah. Jadilah Agus tergolek lemah dan hanya bisa tiduran di kamar. 

Sampai pada suatu malam kejadian yang mengerikan terjadi. Saat itu tengah malam, Agus sedang tertidur pulas di kamarnya. Tiba-tiba ia mendengar suara kasak-kusuk itu lagi, tetapi kali ini berasal dari dalam kamarnya. Lebih tepatnya di bawah tempat tidurnya. Ingin sekali Agus membuka mata dan memeriksa suara itu. Tetapi karena tubuhnya masih lemah dan ia tidak dapat membuka matanya, maka Agus pun meneruskan tidurnya. 

Sampai beberapa saat kemudian Agus merasa ada sesuatu di atas kepalanya, sesuatu itu bercakar. Ia dapat merasakan cakarnya menyentuh kepalanya, Agus pun susah payah membuka matanya. Alangkah kagetnya Agus begitu melihat sesuatu berambut panjang dan bercakar sedang mencengkram kepalanya. 
“JENGLOT!!!!!” teriaknya.

Jenglot milik paman sedang bertengger di kepalanya, merinding dan jantungnya berdegup kencang. Selama beberapa detik Agus terdiam, dan akhirnya secara refleks Agus melempar jenglot itu dari kepalanya dan berteriak sekencang-kencangnya. Agus melihat jenglot itu berkelebatan pergi dengan cepat. Karena keadaannya sedang lemah, Agus langsung pingsan. Begitu Agus tersadar, ia menemukan aku, ibunya dan saudara-saudaranya mengelilingi dirinya.

Ibu Agus menangis karena khawatir dengan anaknya. Setelah diperiksa ditemukan luka bekas gigitan di ubun-ubun Agus. Sepertinya luka sayatan, luka itu cukup dalam. Dan begitu kotak jenglot itu diperiksa, ternyata kotaknya terbuka. Dan di mulut jenglot itu ada noda darah yang masih basah. Ternyata jenglot itu menghisap darah Agus melalui ubun-ubunnya setiap malam hingga akhirnya Agus sakit anemia karena Agus tidak memberi makan jenglot itu. Menyadari hal itu, tante pun menelpon paman agar menyingkirkan jenglot itu. Akhirnya paman menyuruh orang mengambil jenglot itu. Sampai sekarang jenglot itu masih ada, diletakkan di rumah kenalan paman. Dan jenglot itu tidak pernah dibawa kembali ke rumah paman.

No comments:

Post a Comment

La Planchada