Tuesday, January 26, 2021

KISAH PENJAGA WARNET

(Gambar hanya ilustrasi, bukan lokasi sesungguhnya)

Senangnya hatiku, hari ini aku dah mulai bekerja. Meskipun cuma sebagai penjaga warnet yang kerjanya tidak full, tapi hasilnya cukup lumayanlah buat tambah-tambah uang saku. Pekerjaan ini memang cocok denganku yang berstatus mahasiswa akhir, karena tinggal mengerjakan skripsi saja sehingga banyak waktu luang. Apalagi sambil jaga warnet, aku bisa mengerjakan skripsiku dengan browsing literatur yang mendukung atau sekedar mengetik beberapa alinea. Yaah... ibarat peribahasa, sambil menyelam minum air.

Sudah tiga hari ini, aku menjalani profesi baruku sebagai operator warnet. Dan hari ini aku kejatah shift malam. Warnet tempat aku bekerja ini terletak di kompleks perumahan baru dimana kanan kiri nya masih terhampar persawahan. Dan tak jauh dari kompleks perumahan terdapat sebuah pemakaman kampung. Sehingga kalau malam hari suasananya agak sepi dan terasa dingin.

Malam ini adalah malam pertama aku mendapat jatah shift malam. Aku berangkat dari rumah sekitar jam 19.30. Jarak rumahku dengan warnet memang tidak begitu jauh, hanya sekitar 15 menit bila ditempuh dengan sepeda ontel. Aku memang masih begitu semangat-semangatnya bekerja, maklum ini pertama kali aku bekerja sehingga sejak jam 19.00 sebenarnya aku dah siap segalanya. 

Dan tepat pukul 19.30 aku mulai mengayuh sepedaku menuju warnet. Keluar dari kampung jalanan masih agak ramai kendaraan lalu lalang, meskipun kanan kiri berupa persawahan. Setelah melewati 4 – 5 petak sawah kini aku melewati sebuah kuburan dan tak berapa lama lagi aku akan sampai di kompleks perumahan dimana warnet tempat bekerjaku berada. Pada saat aku melewati kuburan, kebetulan jalanan pas sepi. Tiba-tiba aku mencium bau aroma bunga setaman dan aroma kemenyan yang dinyalakan. 

“Ah mungkin ini karena jenazah yang dikubur sore tadi.” Pikirku. Memang tadi siang ada layatan di kampung sebelahku dan kabarnya dimakamkan di kuburan ini. Waktu itu aku memang tidak begitu merasa ada yang aneh ataupun perasaan takut. Aku terus saja mengayuh sepedaku sambil bersiul untuk menghilangkan rasa sepi. Dan tak berapa lama kemudian sampailah aku di warnet.

“Malam Gus...” Sapaku pada Agus, petugas operator warnet yang akan aku gantikan shiftnya. “Ramai ya malam ini.... banyak kendaraan parkir di luar.” Lanjutku

“Malam juga... iya nih, tumben tidak seperti malam-malam sebelumnya. Hari ini sangat ramai pengunjungnya. Bahkan tadi sempat ada beberapa yang kembali pulang karena sudah penuh.” Jawabnya.

Setelah serah terima tugas, beberapa saat kemudian Agus pamit pulang.

“Ton... aku pulang sekarang ya...” Pamit Agus. ” Oh, iya tadi pak Tarno telpon kalau malam ini kemungkinan tidak dapat datang karena anaknya demam. Ntar kalau anaknya dah turun demamnya, mungkin ia akan datang.” Lanjut Agus sambil berjalan keluar. 

Pak Tarno adalah penjaga malam warnet ini. Rumahnya tidak terlalu jauh dari kompleks perumahan ini. Ia memang terkenal rajin, meskipun ada halangan pasti ia sempatkan menengok warnet meskipun hanya beberapa saat sebagai rasa tanggung jawabnya.

“Okelah.. no problem.. hati-hati di jalan.” Jawabku sambil melambaikan tangan pada Agus.

Waktu terus berjalan..... malam pun semakin larut. Bersamaan itu pula satu pengunjung warnet mulai meninggalkan warnet. Tepat jam 00.30, masih ada 3 – 5 pengunjung warnet yang masih asyik main game on line, chating atau hanya sekedar browsing. Dan aku pun asyik mengetik skripsiku yang tadi sudah aku siapkan dari rumah. Lumayan lah kalau semalam dapat ketikan setengah atau satu bab hehehe...

Tepat pukul 01.30 warnet mulai sepi, sisa pengunjung warnet satu per satu mulai pulang hingga tak tersisa dan tinggal aku sendirian di warnet itu. Namun aku masih asyik juga mengetik skripsiku dan untuk mengusir rasa sepi aku sengaja menyalakan musik yang agak rancak.

Beberapa saat kemudian, datang seorang perempuan pengunjung warnet. Begitu terkejutnya aku... karena perempuan tersebut begitu tergesa-gesa langsung masuk ke bilik nomor tiga seolah-olah buru-buru mau mengerjakan tugas. Memang sih penampilannya seperti seorang mahasiswi.

“Wah malam-malam... berani bener nih cewek.” Gumamku dalam hati.” Ah.. mungkin karena ada tugas yang harus dikumpulin besok pagi, kok sampai di bela-belain datang ke warnet tengah malam begini.” Pikirku. “Mungkin juga tadi kesininya di antar bapa atau saudaranya.” Pikirku lagi sambil melongok keluar melihat siapa yang mengantarnya. Tapi di luar tampak sepi.

Lalu aku cek billing perempuan itu,

 “Lho kok? Kok tidak ada nyala bilingnya?” Gumamku dalam hati.

Aku pun lalu pergi ke bilik komputer di mana perempuan tadi masuk untuk mengeceknya. Kulihat perempuan tersebut sedang asyik membolak balik buku dan sepertinya sedang menyiapkan diri menyalakan komputernya.

“Ada masalah dengan komputernya mbak?“ Tanyaku

Namun tak ada jawaban dari nya, dan kulihat perempuan tadi mulai menyalakan komputer. “Mungkin tadi lagi mempersiapkan segalanya.” Pikirku. Kemudian aku kembali ke meja operator. Dan beberapa saat kemudian aku cek lagi biling perempuan itu, “Lho kok bilingnya ndak nyala juga ya?“Lalu aku pun pergi ke bilik komputer untuk mengeceknya. Tiba-tiba.”Lho mana perempuan yang tadi? Perasaan dia masuk di sini. Ndak mungkin dia keluar karena cuma ada 1 pintu dan itu dekat tempat operator". 

Perasaanku bercampur aduk antara cemas dan takut. Lalu aku kembali ke meja operator, tapi aneh sekali ada bau yang menyengat, bau wangi bunga yang sangat menyengat. Perasaanku jadi tidak karuan, bulu kudukku mulai berdiri. Sambil ketakutan aku membaca doa-doa yang kubisa. Lalu tiba-tiba kudengar suara ”gubrak" di bilik nomor 3 tempat perempuan tadi.

"Suara apa itu?" sebaiknya aku liat deh". Setelah aku cek ternyata tidak ada apa-apa. Lalu aku kembali lagi ke meja operator. Baru aku jalan 2 langkah, suara itu muncul lagi tapi lebih keras ”gubraak". Lalu aku kembali dan melihat di bilik itu. Dan apa yang terjadi???

Kulihat ada sesosok wanita di bilik itu dengan rambut putih panjang, muka hancur dan berdarah, kuku yang panjang, dan berpakaian serba putih yang dihiasi bercak-bercak noda darah. Serasa mati tubuhku tidak bisa bergerak, ingin kubaca doa-doa tapi apa daya suaraku tidak bisa keluar. Sekitar beberapa menit aku bertatap muka dengan mahkluk itu dan seakan tubuhku kehilangan fungsinya dan akhirnya aku terjatuh tak sadarkan diri.

Saat aku sadar, kulihat ada Pak Tarno di dekatku bersamaan dengan pemilik warnetnya. Dan saat itu pula aku minta ijin untuk mengundurkan diri.


No comments:

Post a Comment

La Planchada