Wednesday, January 20, 2021

RUMAH TUA PENINGGALAN KAKEK BUYUT

(Foto hanya ilustrasi)


Setelah SK pensiun ayah turun, satu bulan kemudian kami meninggalkan rumah dinas yang sudah berpuluh puluh tahun kami tempati. Kami sekeluarga kemudian pindah ke sebuah rumah tua yang tak lain adalah rumah almarhum kakek buyut saya. Rumah itu sudah diwariskan secara turun-temurun dari kakek buyut keluarga kami. Rumah dengan arsitektur Belanda yang ukurannya cukup besar bahkan sampai sekarang. Namun karena hanya di tempati oleh nenek dan kakek saya saja, rumah ini menjadi agak tidak terawat dan menimbulkan berbagai sisi menyeramkan di setiap sudutnya.

Rumah dua lantai dengan ruang tengah seperti sebuah ballroom ini setiap harinya hanya di tempati dua orang renta yang sudah semakin menua usianya. Rumah itu telah menjadi saksi meninggalnya sanak saudara sejak kakek buyut saya. Jadi tidaklah heran jika suasana aneh kadang bermunculan di tempat ini.

Suatu malam sekitar pukul 02.30 dinihari aku terbangun dari tidurku karena merasa ingin buang air kecil. Di rumah itu, kamar mandinya berada di luar rumah inti di bagian belakang tapi masih dalam satu halaman yang dikelilingi pagar tembok yang tinggi. Di halaman belakang tersebut terdapat 3 buah kamar mandi yang berderet serta sebuah sumur tua di sampingnya. Di samping sumur, terdapat pohon asam yang besar karena usianya yang sudah tua. Selain itu, di halaman belakang tersebut juga terdapat dua pohon mangga dan satu buah pohon sawo yang sama besarnya karena usianya yang juga sudah tua.

 Ketika aku berjalan di depan deretan kamar mandi tersebut, dari dalam sumur seperti terdengar suara aneh yang mengepak-ngepak. 

“Waduh... jangan-jangan ada kucing atau tikus yang tercebur ke dalam sumur nih...” Pikirku. Kemudian aku berjalan menuju samping sumur untuk menyalakan lampu agar terlihat jelas. Begitu aku menyalakan lampu, suara kepakan tersebut tiba-tiba hilang dan lenyap. Aku melongok ke dalam sumur, tapi tidak terdapat apa-apa. Akhirnya aku kembali mematikan lampu dan menuju ke salah satu kamar mandi untuk buang air kecil yang sudah sedari tadi aku tahan.

Setelah selesai buang air, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Namun aku mendengar suara orang yang sedang mandi di kamar mandi sebelahku tempat aku bauang air kecil tadi.

“Siapa nih malam-malam begini mandi.... nggak dingin apa?“ Teriakku. Namun tak ada jawaban dari kamar mandi tersebut.

“Ayah... Ibu.... atau Agus nih...” Lanjutku mencoba menebak siapa yang ada di dalam kamar mandi sambil aku mengetuk pintu kamar mandi tersebut. Namun tak ada jawaban juga.

“Ah.. paling tidak dengar, karena suara air kran yang begitu keras.” Pikirku sambil meninggalkan tempat itu menuju ke kamarku.

Hingga pagi harinya, saat kami semua sarapan pagi bersama di ruang makan aku menanyakan kepada seluruh keluargaku siapa yang dini hari tadi mandi. Tapi tidak ada yang mengaku. Termasuk juga mbok Inem, pembantu kami juga aku tanyai. Tapi mbok Inem juga menyatakan bahwa semalam dia tidak keluar ke kamar mandi. Sontak kejadian ini membuat semuanya ramai membicarakannya.

“Mimpi kalee.... kakak...” Ledek Agus, adikku

“Mungkin karena kakak masih ngantuk, jadi seperti mendengar suara-suara...” Lanjut ibuku

Malam selanjutnya, tepat jam 2 pagi aku kembali merasa ingin buang air kecil. Kemudian aku memberanikan diri kembali ke kamar mandi tersebut. Dan seperti malam-malam sebelumnya, aku selalu mendengar suara orang sedang mandi. Karena rasa penasaran, aku berjalan mengendap-ngendap, hingga akhirnya berusaha mengintip ke dalam kamar mandi tersebut. Dalam jarak 1 meter sebelumnya, suara itu masih terdengar. Namun, begitu terkejutnya aku saat aku mengintip ke dalam. Tidak ada satupun orang di dalamnya! Dan suara gemericik air pun tiba-tiba berhenti. Beberapa menit kemudian, bau yang sangat harum menyengat tercium di sekitar deretan kamar mandi tersebut. Dalam keadaan gelap gulita, kamar mandi itu semakin terlihat menyeramkan. Bulu kudukku spontan berdiri karena ketakutan. Akhirnya aku berlari kembali masuk rumah inti dan menuju ke kamarku.

Esoknya, aku meminta ayah agar di dalam rumah inti diberi satu buah kamar mandi agar kalau malam hari terasa ingin buang air kecil tidak perlu ke luar dari rumah inti lagi. Untunglah ayahku menyetujui usulku tadi karena merasa kasihan melihatku setiap malam harus merasa ketakutan.


No comments:

Post a Comment

La Planchada