Thursday, October 22, 2020

Misteri Rumah Dinas

Kisah ini terjadi saat aku dan seluruh keluargaku menempati rumah dinas baru. Ayahku yang seorang PNS di dinas perhubungan kini sudah bisa menempati  rumah dinas setelah beberapa waktu mengantri. Itupun setelah ada teman ayah yang dimutasi ke wilayah lain.

Rumah yang kami tempati itu terletak jauh dari keramaian dan dalam satu kompleks hanya terdiri 7 rumah saja. Memang rumah dinas ini terletak tidak di suatu tempat saja melainkan menyebar di beberapa wilayah. Dan rumah kami terletak di paling pojok dan dinaungi pohon beberapa pohon bambu yang daunnya sangat rimbun hingga menutupi sebagian genting.

Di rumah itu, kamarku terletak di belakang tepat dimana rumpun pohon bambu besar yang tumbuh di luar. Bila dilihat dari jauh pohon itu seolah menanungi bagian kamarku dengan ranting dan daunnya yang lebat.

Rumah itu terdiri dari tiga kamar tidur. Ayah dan ibuku tidur di kamar depan, sedang kamar kak Rudi bersebelahan dengan kamarku. Aku sengaja memilih kamar itu karena dekat dengan rerimbunan pohon bambu, sehingga kalau siang hari pasti tidak begitu panas.

Malam itu, aku asyik main game hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Suasana terasa sepi, sepertinya semua sudah terlelap tidur termasuk kak Rudi. Mungkin kak Rudi capek seharian pergi kekampus mencari dosen untuk konsultasi skripsinya. Tidak seperti biasanya, malam itu hatiku merasa gelisah sekali. Aku merasa seperti ada yang mengawasi diriku dari luar kaca jendela. Kebetulan kaca jendela kamarku langsung berhubungan dengan keberadaan bambu besar di luar.

Karena takut ada apa-apa, aku akhiri saja game yang kumainkan sejak tadi dan segera kumatikan komputer dan beranjak tidur. Hatiku semakin tidak tenang manakala terdengar suara kilat petir yang menyambar-nyambar dan sebentar kemudian turun hujan meskipun cuma gerimis tetapi anginnya sangat kencang. Samar–samar kudengar suara berisik dari arah luar kamarku. Suara  itu seperti suara nafas orang yang terengah-engah karena kelelahan. Aku memberanikan diri untuk melihat keluar. Tapi anehnya setelah aku lihat ternyata tidak ada apa-apa. Lalu kututup lagi tirai jendela kamarku. Anehnya begitu kututup suara itu kembali terdengar lebih keras. Hal ini jelas membuat aku semakin takut.

Dalam ketakutan itu, aku berusaha untuk membaca–baca doa. Berbagai macam doa aku baca saat itu hingga aku kelelahan dan akhirnya tanpa sadar aku tertidur. Di tengah tidurku, samar-samar aku mendengar ada seseorang mengetuk jendela kamarku. Karena saking mengantuknya, aku berusaha cuek dan tidak menghiraukan suara tersebut. Namun, suara ketukan itu semakin lama semakin jelas di telingaku dan diikuti suara rintihan perempuan yang sedang menangis hingga membuatku terbangun. 

Kulihat jam di kamarku menunjukkan pukul 3.45 dini hari. Aku mencoba memasang telingaku baik-baik dan memang benar ada yang mengetuk-ngetuk jendela kamarku. Aku mulai beranjak dari tempat tidurku dan berjalan menuju jendela kamar. Begitu sampai di dekat jendela, tiba-tiba suara ketukan tersebut menghilang. Sebenarnya aku ingin mencoba membuka tirai jendela kamarku, namun kuurungkan niatku karena takut ada apa-apa. Aku membalikkan badan dan menuju ke tempat tidur lagi. Namun, begitu aku membalikkan badan suara ketukan tersebut muncul lagi dan terdengar sangat jelas. 

Akhirnya, kuberanikan diri untuk mendekati jendela kamar dan membuka tirainya. Pikirku toh sebentar lagi suara adzan subuh berkumandang, pasti kalau yang mengetuk tadi hantu bakalan takut.

Pelan tapi pasti ku mencoba membuka tirai jendela kamar... Ternyata tidak ada apa-apa. “Sial... Gak ada apa-apa.“ Pikirku..... Sebentar kemudian aku mendengar suara berisik di rerimbunan pohon bambu. Aku mencoba membuka jendela kamar dan melihat sekeliling ternyata juga tidak ada apa-apa. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada satu titik di salah satu pohon bambu paling besar. Samar-samar kulihat seorang wanita berpakaian putih-putih dengan raut wajah hampir rusak menatapku tajam dan tertawa meringis kepadaku... Seketika itu juga aku terjatuh tak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seperti ada orang yang mengguncang-guncang tubuhku.

“Bangun... Bangun... Dek, kok tidur di lantai...” Terdengar suara orang membangunkan aku. Perlahan ku membuka mata... Ternyata kak Rudi sudah berada di depanku.

“Adek kenapa tidur di lantai, mana jendela tidak ditutup lagi...” Tanya kak Rudi

Seketika juga aku teringat dengan apa yang kualami dini hari tadi. Kupeluk kak Rudi dengan gemetaran sambil berkata...

“Kak Rudi, mulai ntar malam kita gantian kamar ya...“

No comments:

Post a Comment

La Planchada