Malam itu, waktu sudah menunjukkan pukul 23.45. Saat itu aku berada didalam mobil dengan teman dekatku, Dewi. Seharian tadi aku menghabiskan waktuku bersama Dewi putar-putar ke Semarang, hingga tak terasa malam telah tiba. Kini saatnya aku mengantarnya pulang ke rumahnya di daerah Ungaran.
Jarak antara Semarang ke Ungaran lumayan jauh. Malam itu jalanan ke Ungaran mulai agak sepi, hanya beberapa motor dan mobil yang berseliweran. Untuk mengurangi rasa sepi, aku nyalakan tape mobil dengan volume yang kencang. Setengah jam kemudian, aku melewati jalanan persawahan yang sepi. Sayup-sayup aku mendengar suara gamelan dan orang yang lagi nyinden. Semakin lama suara gamelan tersebut semakin keras aku dengar, padahal volume tape sengaja aku puter kencang hampir maksimal.
“Dewi... kayaknya ada yang lagi punya hajatan ya,” tanyaku pada Dewi.
Aneh, Dewi yang sedari tadi duduk disampingku sambil bernyanyi ngikutin suara tape mobil kok tiba-tiba diam, tidak merespon pertanyaanku. Aku mencoba mengulangi pertanyaanku pada Dewi.
“Dewi... dengar suara gamelan itu nggak??” tanyaku lagi.
Tak ada jawaban dari Dewi. Karena penasaran Aku mencoba menengok ke arah Dewi.
“Ya ampuuun... ternyata Dewi dah tidur pulas, kecapekan kali seharian jalan,” gumamku dalam hati. Tiba-tiba... saat aku membalikkan mukaku ke arah depan... spontan langsung aku injak rem.
Cccciiiiiitttt...
Hampir saja aku menabrak seorang perempuan yang tiba-tiba melintas. Perempuan dengan baju sinden lengkap dengan selendang merah... sekilas sinden perempuan itu menengok ke arahku dengan wajah ayunya. Namun, wajah ayu itu terlihat pucat pasi meskipun make upnya terlihat tebal.
Pada saat bersamaan, Dewi kaget dan terbangun.
“Ada apa, Mas... kok berhenti mendadak.” tanyanya padaku.
“Duh... hampir saja... hampir saja aku menabraknya...” jawabku.
“Siapa Mas? Nggak ada siapa-siapa gitu loh!!” kata Dewi
“Itu sinden... hhaa... kok hilang???” kataku.
Kemudian aku menceritakan suara gamelan dan sinden yang tadi aku dengar kepada Dewi.
“Ah masak sih Mas... di sini nggak ada kampung, mana ada orang ngadain hajatan di sini. Tuh di depan sana, baru perkampungan...” kata Dewi sambil mengajakku melanjutkan perjalanan.
“Aneh...” gumamku dalam hati sambil melanjutkan perjalanan...
No comments:
Post a Comment