Kisah yang cukup menyeramkan ini belum begitu lama aku alami. Peristiwa tersebut terjadi di pertengahan bulan Agustus tahun 2014. Waktu itu aku bekerja di salah satu Biro Perjalanan Wisata di kota Gresik. Nah, kebetulan kantor cabang di mana aku bekerja, mengadakan Rapat Koordinasi yang akan diadakan di kota Malang, selama 2 hari 1 malam. Ada kurang lebih 20 orang yang akan berangkat ke sana.
Setelah semalaman menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk menginap. Pagi harinya, aku bangun terlambat. Setelah mandi cepat, dengan berboncengan naik sepeda motor, aku diantar mas Mul, suamiku tercinta, menuju ke kantor, setibanya di sana ternyata semua orang sudah menungguku di dalam bus, akupun bergegas naik ke dalam bus tanpa sempat mencium tangan mas Mul. Dan setelah semua rombongan lengkap, berangkatlah kami semua dengan menaiki bus.
Singkat cerita, rombongan pun tiba di kota Surakarta. Setelah sampai di hotel tempat kami menginap dan dilakukan pembagian kamar, rombongan pun beristirahat sebentar untuk kemudian melakukakan aktivitas sesuai dengan jadwal Rakor yang telah dibuat sebelumnya, dan kegiatan pada hari pertama berakhir pada pukul 21.00 WIB.
Nah, cerita seramnya terjadi di kamar yang aku tempati berdua dengan bu Tari. Di kamar kami tersebut ada 3 tempat tidur kecil terpisah, berhubung yang menempati kamar tersebut hanya aku dan bu Tari saja, dengan demikian masih ada 1 tempat tidur lagi yang kosong, tidak dipakai.
Setelah mengobrol ringan dengan bu Tari dan beberapa rekan di ruang makan, akhirnya pada pukul 22.30 wib kami sepakat untuk pergi tidur dan lampu kamar pun dimatikan, tapi suasana malam itu tidak terlalu gelap karena lampu dari luar kamar cukup untuk sekadar mengurangi kegelapan di dalam kamar. Pada pukul 23.30 wib aku terbangun karena merasa tidak bisa tidur dengan nyaman dan perasaanku tidak enak sama sekali, sekilas sempat kulirik bu Tari yang ternyata sudah tertidur dengan sangat lelap.
Aku berusaha untuk tetap tenang dan mencoba membuat diriku sebisa mungkin merasa rileks agar bisa segera tertidur dengan sangat pulas seperti bu Tari. Aku pun mulai membaca doa dengan terus menerus, siapa tahu kalau sudah capek berdoa aku akan bisa tertidur dengan lelap. Entah bagaimana aku melewati malam itu, yang jelas pada keesokan harinya, aku dan bu Tari baru menyadari kalau telah terjadi suatu hal yang aneh malam tadi. Begini ceritanya.
Sekitar jam 01.30 wib, aku terbangun karena ingin ke kamar mandi, dalam keadaan setengah sadar karena masih sangat mengantuk, aku berjalan menuju toilet yang ada di pojok kamar, setelah selesai dan ketika aku keluar dari toilet, aku berpapasan dengan bu Tari, lalu akupun menyapanya,
"Mau ke tolet juga ya, Bu?"
Tapi bu Tari hanya diam saja sambil berlalu masuk ke toilet. Karena masih mengantuk, aku tidak begitu mempermasahkan hal itu, waktu itu kupikir, mungkin bu Tari juga sangat mengantuk seperti aku sehingga malas menjawab. Dan akupun langsung merebahkan diriku ke kasur dan langsung tidur dengan lelap.
Nah paginya, setelah selesai mandi, kami berdua mengobrol ringan tentang persiapan rapat koordinasi hari kedua sambil menunggu waktunya sarapan pagi, hingga akhirnya bu Tari berkata kepadaku.
"Wah, terima kasih ya Jeng, karena BH saya ditaruh kembali di atas tempat tidur, memang sudah menjadi kebiasaan saya kalau mau berangkat tidur biasanya BH dilepas, dan kemarin malam karena saya sudah mengantuk sekali, BH saya taruh asal saja di pojok tempat tidur, tapi BH-nya terjatuh, tapi karena mengantuk sekali, saya malas mengambilnya dan saya biarkan saja tergeletak di lantai."
Aku merasa agak bingung dengan perkataan bu Tari.
"Lho...? Saya malah tidak tahu, dan tadi malam saya tidak merasa mengambil dan menaruh BH Ibu ke tempat tidur, apa bukan Ibu yang mengambilnya kembali? Oh ya... tadi malam waktu saya baru keluar dari toilet, saya berpapasan dengan Ibu, dan kebetulan saat itu Ibu juga mau ke toilet, lalu saya sapa, tapi Ibu diam saja. Mungkin karena Ibu Tari terlalu mengantuk jadi agak malas membalas sapaan saya ya...?"
Wajah bu Tari tampak terlihat bingung, sambil mengernyitkan dahinya ia berkata.
“Kapan, Jeng...? Tadi malam saya sama sekali tidak bangun untuk ke toilet, saya ini orangnya kalau sudah tidur, susah bangunnya...”
Aku terperanjat kaget.
"Sumpah, Buuu...!! Tadi malam saya berpapasan dan menyapa ibu, walaupun agak remang-remang lampunya, tapi saya bisa melihat Ibu dengan jelas, saya ingat Ibu pakai daster putih, dan rambutnya panjang terurai, tapi Ibu diam saja...?" jelasku berusaha meyakinkan.
Ibu Tari jadi semakin kaget.
"Lho... tapi semalam saya tidur pakai kaos, dan rambut saya panjangnya hanya sebahu lho Jeng, lihat niih...!!!” kata bu Tari sambil menunjukkan rambutnya.
Aku pun terbengong,
"Lhoo...?” seruku ketika memperhatikan rambut ibu Tari.
“Iya... ya, rambut ibu potongannya enggak begitu panjang, yang kemarin malam rambutnya panjang terurai sampai ke punggung. Jadi tadi malam, yang saya lihat dan saya sapa itu siapa ya... hiiiiii?" kataku ketakutan.
Akhirnya kami berdua terdiam, lalu kami dengan tergesa-gesa bergegas meninggalkan kamar menuju ruang makan. Di ruang makan kami sempat menceritakan peristiwa semalam ke beberapa rekan. Dari mereka kami pun mengetahui, ternyata memang sering ada kejadian yang aneh-aneh di hotel tersebut, itu kata salah seorang teman yang sudah pernah menginap di hotel itu ketika ada Rakor atau acara lain dari kantor pusat.
Begitulah kisah misterius yang kualami, untung siang itu acara Rakor sudah selesai, dan akhirnya kami semua kembali ke kota Semarang, kalau seandainya masih harus menginap lagi, mendingan pindah ke kamar lain, kataku dalam hati.
No comments:
Post a Comment