Monday, July 29, 2019

Mayat Berasap (Cimahi)

Kisah seram ini aku alami ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas lima. Aku tinggal di kampung yang penduduknya tidak begitu padat, di daerah Cimahi. Kejadian yang tak akan pernah aku lupakan ini terjadi ketika aku selesai mengaji di rumah bapak Mahfud, seorang guru yang kesehariannya mengajarkan pendidikan agama di sekolahku. 

Ketika itu akulah salah satu santri yang terakhir menyelesaikan pelajaran pada hari itu. Oleh karenanya, aku terpaksa kembali ke rumah sendirian karena teman-temanku sudah pulang mendahuluiku. Usai berpamitan dan mengucapkan salam kepada pak Mahfud, aku pun berjalan pulang. 

Malam itu suasananya agak mendung sehingga tidak tampak bulan dan bintang di langit. Hanya lampu penerangan rumah dan jalan saja yang menyinari. Itu pun tidak begitu terang karena antara rumah satu dengan rumah lainnya letaknya berjauhan. 

Entah mengapa suasana malam itu terasa lain bagiku. Bulu kudukku mulai berdiri ketika aku mulai melewati kawasan pekuburan yang konon kabarnya merupakan kawasan berhantu. Hatiku mulai berdegup kencang mengingat cerita-cerita yang digembar gemborkan oleh penduduk kampung mengenai cerita-cerita seram yang terjadi di daerah pekuburan ini.

Di tengah-tengah lamunanku, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh salah satu kuburan yang mengeluarkan asap. Aku pun mulai berkeringat dingin. Aku melihat satu mayat berasap keluar dari kuburan tersebut. Spontan aku berteriak dan dengan sekuat tenaga aku berusaha lari, tapi entah mengapa aku tak dapat menggerakkan anggota tubuhku. Tubuhku seperti terpaku di bumi di mana tempat aku berpijak. 

Mayat berasap itu pun mulai mengeluarkan suara-suara yang menyeramkan. Dan dalam keremangan malam, samar-samar aku dapat melihat wajah mayat berasap tersebut. Wajahnya sungguh menyeramkan dengan anggota tubuhnya dibaluti kain kafan dan wajahnya yang menyeringai memandang tepat ke arahku.

Pelan tapi pasti, mayat berasap itu mulai mendekatiku. Aku pun mulai mengumpulkan seluruh tenaga untuk berlari meninggalkan kawasan pekuburan tersebut. Aku seperti mendapat kekuatan dan sejurus aku pun berlari meninggalkan daerah pekuburan tersebut. Dari kejauhan aku masih mendengar suara mayat berasap tersebut tertawa seolah menertawakanku yang lari tunggang langgang karena ketakutan. 

Aku berlari begitu kencangnya hinga tubuhku terasa begitu capek hingga akhirnya aku berhenti di bawah pohon untuk beristirahat. Karena begitu capeknya tak terasa aku pun tertidur di bawah pohon tersebut. Di saat aku tertidur, aku merasa ada sesuatu berwujud cair yang menetes dari atas dan mengenai tubuhku. Setetes demi setetes jatuh mengenai tubuhku. Ku pikir itu adalah rintik hujan dan entah mengapa bau anyir pun mulai mengganggu nafasku. Aku pun spontan terbangun dan begitu terkejutnya aku mendapati baju yang aku pakai sudah penuh darah. Rupanya rintik air tadi bukanlah air hujan melainkan tetesan darah segar. 

Aku mulai melihat ke kiri, dan ke kanan untuk mencari asal darah tersebut. Dalam keadaan ketakutan yang teramat sangat, aku memberanikan diri melihat ke atas pohon. Dan alangkah terkejutnya aku ternyata mayat berasap tadi telah bertengger di atas pohon. Dalam kegelapan malam itu aku dapat melihat dua biji mata merah memandang tepat ke arahku. Tangannya mulai menjalar kebawah hendak meraih tubuhku. Seketika itu juga aku menjerit ketakutan dan spontan aku jatuh tak sadarkan diri. 

No comments:

Post a Comment

La Planchada