Ibuku adalah seorang single parent. Sudah hampir 3 tahun ibuku hidup menjanda setelah ayahku meninggal karena mengidap penyakit jantung. Sepeninggal ayahku, ibuku harus bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi dirinya, aku, dan kedua adikku yang masih kecil. Ibuku sebenarnya asli orang Solo yang dulu bekerja sebagai penjual nasi liwet keliling, tapi semenjak menikah dengan ayahku, ia tinggal di daerah Bekasi dan kesehariannya membantu ayahku menjadi petani sayuran.
Bermodalkan sepetak lahan peninggalan ayahku, ibu meneruskan pekerjaan ayah sebagai petani sayuran. Ibuku seorang petani sayuran yang ulet, apapun yang ditanamnya hasilnya pasti memuaskan. Dia juga menjual sendiri hasil panennya. Walaupun dia perempuan, tapi ia adalah seorang pekerja keras.
Suatu hari pada saat masa panen, ibuku sibuk dari pagi hingga malam untuk mengemas hasil panennya yang mau dijual. Seperti biasanya ibuku selalu menjual hasil panennya setelah larut malam sekitar jam 1-2 dini hari, sehingga barang dagangannya pun masih segar dan tidak layu sampai di pasaran.
Malam itu, ibuku membawa dagangannya yang sudah dikemas ke pinggiran jalan tempat biasa ibu menunggu jemputan mobil. Biasanya ada mobil yang menjemput dagangannya, tapi kali ini jemputan agak telat dan tidak seperti biasanya. Setelah sekian lama ibu menunggu, dan mobil jemputan tidak kunjung jua datang, ibu pun mulai merasa agak kedinginan. Untuk mengusir rasa dingin, ibu pun ingin pergi ke sebuah warung untuk membeli secangkir kopi hangat sekedar untuk menghilangkan rasa kantuk dan hawa dingin.
Untuk sampai ke warung tersebut, ibu harus melewati jembatan yang dikenal angker oleh penduduk sekitar. Jembatan itu panjangnya hanya sekitar 15 meter dan lebarnya hanya cukup muat untuk 1 kendaraan (mobil) dan di pinggirannya ada rimbunan pohon bambu yang menjulang dari bawah jembatan hingga atas. Bisa dibayangkan suasananya saat malam hari, gelap dan seram.
Ibuku yang mau lewat di jembatan itu belum mempunyai firasat apa-apa. Ketika sudah sampai di jembatan itu, tepatnya belum sampai ke tengah, tiba-tiba hembusan angin besar datang, hingga mengobat-abit rimbunan pohon bambu. Di tengah hembusan angin itu, tiba-tiba ibu merasa bulu kuduknya berdiri, ia pun menghentikan langkahnya. Samar-samar terdengar suara serak basah seorang lelaki memanggil-manggil ibu.
“Mau kemana, Bu!!”
Suara yang serak basah tetapi menggelegar berasal dari bawah jembatan. Langsung saja ibu mempercepat langkahnya. Setelah sudah sampai di tengah jembatan badan ibu mulai terasa lemas dan tidak berdaya, melihat ujung jembatan juga bukan makin dekat malah semakin menjauh. Meskipun ibu merasa sudah cukup mengeluarkan tenaga untuk lari, tapi anehnya ibu tidak sampai-sampai juga ke ujung jembatan, seperti berjalan di tempat saja. Tidak cuma itu saja, suara lelaki itu pun sepertinya mengejar ibu dan mulai menampakkan wujudnya. Seperti yang diceritakan ibu kepadaku, lelaki si pemilik suara serah basah itu tiba-tiba muncul dari belakang. Lelaki itu memiliki tubuh besar, tapi pendek, mirip gorila, bertaring 4 atas bawah, bola mata hanya satu dan besar. Ibuku yang sudah tidak berdaya bagaikan berada di ujung tanduk, menoleh ke arah kanannya. Dan lelaki itupun memang sudah berada di samping ibuku yang juga menoleh ke arah ibu dan menunjukan wajahnya yang menyeramkan. Ibukupun haya bisa terpaku menatapi wajahnya sampai beberapa menit.
Ibu pun ingat, dan melafadkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Tidak lama setelah itu, si hantu itu pun pergi. Ibu pun terkulai lemas, hingga harus merangkak sampai ke ujung jalan. Selang beberapa saat dan tidak lama kemudian terlihat sorot lampu mobil di hadapannya, ternyata itu adalah mobil jemputan langganan ibu yang biasa menjemput dagangan ibu ke pasar. Pak sopir pun turun melihat keadaan ibu yang saat itu tengah bersandar di pinggiran jalan dan langsung menolongnya. Ibu pun baru sadar kalau hari itu hari Jum`at.
Sesampainya di pasar, dagangan ibu pun sangat laris, tidak seperti biasanya. Bahkan tidak sampai tengah hari ibu sudah bisa pulang ke rumah dengan laba yang besar. Dalam hati ibu bertanya,
“Apa ada hubungannya dengan kejadian tadi pagi?”
Namun ibu berkeyakinan bahwa rejeki itu datang dari yang Maha Kuasa, hantu itu cuma ingin menyesatkan kita aja.
***
No comments:
Post a Comment