Ini cerita yang pamanku dengar dari para pekerja yang membersihkan dan merenovasi bangunan berlantai 2 yang terletak di jalan Pemuda di kota Kudus. Bangunan tersebut merupakan warisan dari eyang buyut yang meninggal dunia berpuluh tahun yang lalu. Ada 6 orang yang turut membantu pamanku untuk membersihkan dan memperbaiki bangunan tersebut selama 1 minggu, dimana selama menjalankan pekerjaan tersebut, mereka menginap dan tidur di bangunan itu.
Para pekerja tersebut tidur dengan menggelar tikar di ruang tamu yang memang cukup luas. Sejak hari pertama memulai pekerjaan, sudah ada beberapa kejadian aneh yang dialami para pekerja yang tidur di ruangan tersebut, selanjutnya terjadi pada malam berikutnya sampai seminggu mereka di sana.
Tetapi sebenarnya yang membuat mereka sangat ketakutan adalah peristiwa yang terjadi pada malam pertama mereka menginap di rumah tersebut. Kejadian itu begitu mengerikan hingga membuat mereka menjadi terguncang. Tidak hanya satu orang yang melihatnya, tetapi semua yang ada di ruang tamu itu melihat kejadian aneh tersebut.
Sekitar tengah malam, di ruang tamu yang tidak berlampu karena listrik masih diputus oleh PLN, dan hanya dengan beberapa lilin yang sengaja dinyalakan untuk penerangan ala kadarnya. Hampir semua pekerja sudah tertidur di tikar yang sengaja mereka gelar di lantai ruang tamu, tapi ada salah satu pekerja yang sama sekali tidak bisa tidur. Tidak tahu apa sebabnya, padahal sebenarnya badannya terasa capek dan mengantuk, tapi entahlah mata sepertinya enggan untuk dipejamkan.
Saking galaunya tidak bisa tidur, akhirnya dia hanya tidur-tiduran sambil matanya memandangi tembok yang ada di hadapannya. Awalnya hanya bayangan-bayangan dari cahaya lilin yang ia lihat, tapi setelah diperhatikan baik-baik seperti ada sesuatu yang muncul dari balik permukaan tembok. Dari balik permukaan tembok yang keras itu tiba-tiba muncul satu tangan yang menyembul keluar kemudian masuk lagi seakan-akan permukaan tembok itu menjadi lentur seperti permukaan karet. Kemudian disusul 2 tangan lagi yang keluar masuk seperti ada orang di belakang tembok itu yang sedang bermain-main.
Adegan seperti itu terjadi berulang-ulang dan berpindah-pindah, tetapi masih dalam tembok yang sama. Pekerja yang belum bisa tidur itu pun terheran-heran dan akhirnya ia bangun lalu duduk dan mengucek-ucekan matanya untuk memastikan apakah dia salah lihat atau tidak. Tapi kenyataannya, dia tidak berhalusinasi dan melihat semua itu dalam keadaan sadar.
Dia pun berdiri dan berjalan mendekati tembok itu, antara takut dan penasaran, dia beranikan diri untuk meraba permukaan tembok itu. Dan memang permukaannya tetap keras, kemudian ada gerakan lagi di sisi kanannya, dalam wujud tangan yang menjulur keluar kemudian masuk lagi dengan cepat, dia pun bergeser ke arah tangan yang tadi muncul, diraba-rabanya daerah di mana tangan tersebut keluar, ya tetap saja keras permukaannya. Kemudian di sisi kanannya tangan itu keluar lagi dari permukaan tembok, dia pun segera secepatnya bergeser untuk menangkap tangan itu, tapi tidak berhasil, sampai beberapa kali.
Akhirnya karena saking penasarannya, dia pun memicingkan matanya dan mengamati tembok itu lalu mendekatkan wajahnya ke salah satu titik di permukaan tembok itu di mana tangan tadi muncul.
“Aduh!!!” teriaknya keras dan kesakitan sambil menjatuhkan badannya serta memegang bagian wajahnya sehingga membangunkan teman-temannya yang telah terlelap.
Apakah yang terjadi?
Rupanya saat wajahnya mendekati ke permukaan tembok, pada saat itulah muncul tangan yang menggenggam dan dengan keras meninju wajahnya, sehingga membuatnya jatuh terpental kesakitan.
Teman-temannya yang terbangun langsung mengerubunginya yang tergeletak sambil menutupi bagian wajahnya yang sakit karena kena tinju. Dan di saat yang hampir bersamaan, seperti disuguhi tontonan pertunjukkan seram, dari permukaan tembok mucullah tangan-tangan yang menjulur keluar, kemudian muncul juga wajah kakek-kakek yang menyembul di permukaan tembok itu, lalu disusul wajah dalam bentuk anjing atau serigala secara berulang-ulang.
Para pekerja itu merasa kaget dan shock, tapi mereka tidak sampai lari ketakutan, mereka disuguhi pemandangan horror tersebut sampai beberapa menit, dan setelah itu semuanya kembali normal. Dan mereka pun kembali melanjutkan tidur.
Keesokan harinya ada salah satu pekerja yang menceritakan kejadian tersebut kepada pamanku, tentunya mendengar cerita itu membuat pamanku agak cemas, bukan karena pamanku jadi ketakutan, tapi ia khawatir kalau ke-6 orang tersebut menjadi tidak betah lalu mengundurkan diri dan tidak melanjutkan pekerjaan mereka.
Tapi untunglah, para pekerja tersebut bisa memaklumi situasi yang mereka hadapi, karena memang tempat ini sudah sekian lama tidak ada yang menempati, jadi wajar kalau ada “penghuni lain” yang bertempat tinggal di sini, sehingga mereka menganggap bahwa itu adalah hal yang wajar kalau mereka mendapat gangguan dari sang “penghuni bangunan”. Mereka melihat hal ini sebagai risiko dari pekerjaan mereka. Dan juga mereka lebih memikirkan nasib keluarga mereka, seandainya mereka mengundurkan diri, karena artinya tidak ada uang yang didapat untuk keluarga mereka, jadi yang bisa mereka lakukan saat ini hanya memasrahkan diri dalam perlindungan-Nya.
Pada malam kedua, ada seorang pekerja yang didatangi oleh sesosok wujud dalam bentuk bapak-bapak. Ceritanya begini.
Setelah ke-6 pekerja tersebut terlelap tidur di ruang tamu itu, seorang pekerja terpaksa bangun karena tubuhnya digoncang-goncang oleh seseorang. Awalnya dia agak malas-malasan untuk membuka matanya yang masih mengantuk, karena dia pikir ada salah satu temannya yang berbuat iseng untuk mengganggunya.
Tetapi karena goncangan di badannya semakin sering, akhirnya dia pun bangun dan duduk dari posisi tidurnya, kemudian masih dalam keadaan mengantuk, dia mencoba melihat siapa yang secara sengaja berusaha membangunkannya, tapi ternyata teman-temannya tidak ada yang bangun, dilihatnya mereka semua pulas sekali tidur di atas tikar yang digelar di lantai.
Sebenarnya agak jengkel juga pekerja tersebut, tapi mau marah kepada siapa, nyatanya tidak ada yang bangun, awalnya dia pikir pamanku yang berusaha membangunkannya. Tetapi tidak ada siapa-siapa di ruang tamu itu, selain dia dan ke-5 temannya. Akhirnya dia pun berbaring kembali, pada saat dia mulai terlelap, kembali badannya ada yang menggoncang-goncangkan lagi. Dan sepertinya pekerja itu sudah mulai mencium sesuatu yang tidak wajar, lalu dia pun duduk dan membuka matanya. Di saat matanya terbuka, di remang-remang cahaya lilin yang menyala di ruangan tersebut, sekitar 3 meter dari hadapannya ada sesosok bapak-bapak sedang menatapnya dengan tajam, seperti marah kepadanya.
Pekerja tersebut terang saja kaget melihat bapak-bapak tersebut, tapi dia berusaha menguatkan dirinya untuk mengatasi kekagetannya tersebut, dan memberanikan diri untuk menanyakan siapakah bapak tersebut, karena sepengetahuannya, dia belum pernah melihatnya selama bekerja di tempat itu. Akhirnya terjadilah komunikasi, dan sosok bapak-bapak itu memperkenalkan dirinya sebagai penghuni yang sudah lama tinggal di sini, dan seperti memerintahkan dia dan teman-temannya untuk segera meninggalkan tempat ini secepat mungkin. Karena keberadaan para pekerja tersebut mengganggu ketenangan penghuni rumah ini. Intinya, para pekerja tersebut harus segera pergi meninggalkan bangunan tersebut, kira-kira begitu.
Pekerja tersebut sebenarnya agak bingung juga, siapakah yang dimaksud penghuni rumah ini oleh sosok bapak tersebut, karena rumah ini dalam keadaan kosong, tidak ada orang, dan kotor. Baru akan bertanya dan melirik kepada sosok tersebut (karena saat berkomunikasi dia menundukkan wajahnya karena segan dengan sosok tersebut), ternyata sudah tidak ada orang di depannya. Dia pun langsung berdiri melihat sekeliling ruangan, siapa tahu masih ada kelebatan badan bapak tersebut untuk memastikan ke mana arah perginya. Tapi nyata setelah dia mencari-cari ke segala penjuru ruang, sosok ghaib itu seperti lenyap tanpa jejak.
Dia coba melihat lantai bawah, kalau seandainya manusia pasti meninggalkan jejak kaki, pada saat sosok itu berdiri di depannya, karena belum semua lantai dibersihkan jadi masih dalam keadaan berdebu tebal. Tapi setelah diamat-amati di lokasi yang dimaksud, tidak ada apa-apa, lantainya masih tertutup debu dan tidak ada bekas jejak kaki selain bekas jejak kakinya. Baru tersadar akhirnya, kalau yang dia lihat adalah bukan manusia biasa.
Tetapi kalau mengikuti keinginan sosok tersebut, jelas tidak mungkin, apa pun yang terjadi dia dan ke-5 temannya harus menyelesaikan pekerjaan mereka di sini demi mencari nafkah bagi keluarga yang mereka cintai. Dia pun hanya bisa pasrah dan berdoa menyerahkan keselamatan dia dan teman-temannya dalam perlindungan yang Kuasa.
Menurut pamanku, walaupun setiap malam mereka mendapat teror dari penghuni bangunan tersebut, mereka tetap bertahan sampai pekerjaan mereka selesai.
No comments:
Post a Comment