Kisah ini aku alami sepuluh tahun yang lalu, ketika aku sedang menjaga ibuku yang sedang dirawat di sebuah Rumah Sakit Umum di Magelang. Ketika tengah malam tiba, aku sudah mulai merasa kelelahan dan tidak bisa tidur. Kemudian aku duduk-duduk di pinggir koridor rumah sakit sambil menyelonjorkan kaki. Ketika itulah aku mengalami hal aneh yang tidak pernah akan terlupakan, aku melihat sebuah keranda mayat yang berjalan sendiri di koridor itu.
Berikut ini kisahnya.
Waktu itu, aku sedang menjaga ibuku yang dirawat di rumah sakit karena sakit liver. Saat tengah malam aku tidak bisa tidur, aku keluar kamar dan ke koridor utama Rumah Sakit Umum itu untuk menghirup udara segar. Karena tengah malam, suasana koridor sangat sepi, hanya beberapa orang yang terlihat duduk-duduk di samping koridor. Lalu aku juga duduk di samping koridor utama itu.
Sambil duduk aku membaca buku cerita ko ping ho yang sengaja aku bawa untuk menemaniku di kala aku sendiri. Sesekali aku menoleh kiri kanan untuk sekedar melihat suasana, lalu meneruskan membaca cerita. Karena di koridor utama, sesekali aku melihat para perawat maupun dokter melintasi di depanku.
Satu jilid buku cerita ko ping ho telah kubaca habis. Beberapa saat kemudian, rasa kantuk mulai menghinggapiku. Kulihat jam tangan butut kesayanganku menunjukkan waktu 02.20 dini hari. Mataku sudah perih, sudah tak kuat melanjutkan untuk membaca sambungan cerita ko ping ho pada jilid berikutnya. Berkali-kali sudah aku menguap. Ingin rasanya aku merebahkan badan ini, tapi tak mungkin aku lakukan di koridor itu.
Karena kelelahan duduk menekuk kaki, tak sengaja aku menyelonjorkan kaki. Aku tak menyadari kalau kakiku akan menghalangi atau paling tidak mengganggu orang yang melintasi. Tiba-tiba aku melihat ada keranda mayat berjalan ke arahku. Aku tak memperdulikannya karena hal itu biasa terjadi di rumah sakit. Keranda mayat itupun melintasi di depanku. Aku cuek saja.
Setelah beberapa saat baru aku menyadari ada sesuatu yang aneh.
“Mestinya kakiku yang terselonjor akan menghalangi jalannya keranda itu, dan orang yang mendorong keranda pasti menegurku,” kataku dalam hati.
“Tapi kenapa keranda itu berjalan tanpa terganggu atau terhalangi kakiku?” tanyaku pada dirku sendiri.
Ya. Aku ingat, keranda mayat itu melintasi di depanku dan melindas kakiku tapi aku tidak merasakan terlindas apa-apa, dan keranda mayat itu berjalan sendiri tanpa ada orang yang mendorongnya. Mulai muncul rasa takutku, aku sedkit merinding sampai berdiri bulu kudukku.
Lalu aku bediri dan berjalan mendekati dua orang yang juga duduk di pinggir koridor yang tak jauh diriku, lalu aku bertanya kepada mereka,
“Maaf Pak, barusan melihat ada keranda mayat yang lewat di sini kan?”
“Nggak ada Mas, dari tadi yang lewat di sini cuma ada beberapa perawat saja, saya lihat dari tadi mas asyik baca buku sendirian di situ, kok tiba-tiba tanya keranda mayat. Memangnya ada apa Mas?” Orang yang terlihat lebih tua menjawab sambil bertanya kepadaku.
Sejenak aku bingung, “Kok mereka tidak melihat ada keranda mayat yang barusan lewat, aneh.” kataku dalam hati.
Aku dikagetkan dengan pertanyaan orang yang lebih muda, ”Ada apa Mas, kok kelihatannya seperti orang kebingungan?”
Akupun segera menjawab, “Nggak, nggak apa-apa, bener bapak tidak melihat keranda mayat tadi?” tanyaku kembali kepada mereka.
“Bener Mas, saya tidak melihat, memangnya kenapa?” tanya orang yang lebih tua.
“Tadi saya melihat ada keranda mayat lewat di depan saya, kan kaki saya selonjor ke depan, mestinya kan kaki saya menghalangi rodanya, tapi keranda itu melintasi seperti tanpa terhalang apa-apa, dan kaki saya juga tidak merasa terlindas roda keranda itu. Dan lagi, keranda itu berjalan sendiri, tdak ada orang yang mendorong Pak,” kataku menjelaskan.
“Waduh, pasti hantu itu,” kata orang yang lebih muda sambil merapat ke orang yang lebih tua.
“Ya sudahlah, nggak usah dipikir Mas, namanya juga di rumah sakit. Ada hantu di rumah sakit sudah jadi rahasia umum Mas, sudah biasa,” kata orang yang lebih tua.
“Ah, biasa bagaimana, aku nanti pagi pulang, nggak mau nginep di rumah sakit lagi, takut,” kata orang yang lebih muda.
“Kamu ini kenapa takut, mas ini yang melihat saja tidak takut, kenapa kamu yang tidak melihat malah takut? Ya nggak Mas?” kata orang yang lebih tua.
“Ya sebenarnya agak merinding juga sih, tapi mau bagaimana lagi? Namanya juga harus menjaga ibu.” jawabku.
***
No comments:
Post a Comment