Apabila berpergian ke kota Jogja, pasti tidak akan lengkap apabila tidak berkunjung ke salah satu tempat yang menjadi salah satu ikon pariwisata di Jogja, yaitu Jalan Malioboro. Di lokasi wisata ini banyak sekali Factory Outlet dan juga tempat-tempat makanan khas kuliner nusantara yang enak, lezat, dan dijamin tidak mengecewakan lidah pelanggan; bahkan di hampir setiap hari, Jalan Malioboro menjadi salah satu tempat tujuan favorit untuk nongkrong di kalangan anak muda.
Selain sebagai salah satu tujuan wisata, di kawasan Malioboro ini tenyata juga menyimpan banyak cerita mitos yang cukup seram dan horor yang beredar di antara kalangan masyarakat. Berikut ini adalah cerita dari Rossana, seorang mahasiswi senior di sebuah universitas swasta di kota gudeg ini yang menceritakan pengalamannya ketika melihat penampakan hantu perempuan berkostum serba hitam di sepanjang jalan Malioboro yang dilaluinya saat hendak pulang menuju ke tempat kost.
“Sewaktu saya masih duduk di TK kecil dulu, nenek saya sering menakut-nakuti agar saya tidak bandel, dan tidak pergi bermain jauh dari rumah. Katanya mahluk halus itu tidak cuma keluar atau menampakkan wujudnya pada malam hari saja, ia juga bisa keluar pada siang hari, jadi saya tidak boleh pergi jauh dari rumah agar tidak disambar makhluk halus…”
Kata Rossana sambil matanya menerawang mengenang masa kecilnya dulu…
Awalnya Rossana tidak mempercayai sedikitpun kata-kata neneknya waktu itu. Menurutnya, bisa saja itu hanya trik atau akal-akalan nenek agar ia lebih menurut sehingga Rossana yang ketika itu masih kecil tidak pergi bermain-main di luar rumah pada siang hari pada saat jam tidur siang.
Tapi sekarang ucapan dari sang nenek itu ternyata terbukti benar, yaitu ketika Rossana mengalami suatu perisiwa aneh, peristiwa aneh yang ia alami ini terjadi ketika sehabis mengikuti kegiatan rutin di kampusnya, dan ia sedang dalam perjalanan pulang dari kampus menuju tempat kostnya.
Rossana pun mengawali kisahnya, “Waktu itu di bawah terik matahari yang panas menyengat pada hari Senin siang, saya baru saja selesai beraktivitas di kampus dan berniat untuk pulang.” cerita Rossana yang saat itu sedang menunggu di salah satu halte bus TransJogja. Dan beberapa saat kemudian, bus TransJogja yang akan ditumpanginya pun muncul tepat waktu. Waktu itu, bus yang ditumpangi Rossana berpenumpang sangat sedikit.
Rossana duduk di bangku yang kosong, dan kebetulan tempat duduknya berada tepat di belakang pak supir, sehingga pandangannya bisa mencakup area yang cukup luas, ia sekaligus bisa mengawasi setiap orang yang keluar masuk melalui pintu bus yang letaknya berdekatan dengan tempat duduknya.
“Mungkin karena baru mendapatkan sedikit penumpang, sang supir terus menjalankan busnya dengan perlahan. Dalam perjalanannya, sebelum mencapai lampu merah di jalan Malioboro, Rossana melihat seorang perempuan berdiri di sudut jalan, mencoba untuk mencegat bus yang ia tumpangi.
“Payah, jaman sudah maju dan serba tertib begini masih saja ada orang yang mau mencegat bus di luar halte...” gerutu Rossana dalam hati.
Karena bus yang ditumpanginya berjalan sangat lambat, maka Rossana sempat memperhatikan secara detail ke arah perempuan itu. Perempuan tengah baya itu mengenakan kostum serba hitam. Rok terusan berwarna hitam tanpa motif sama sekali, mengenakan kaca mata hitam, rambutnya yang mulai memutih panjang terurai melewati bahu, serta membawa sebuah payung yang berwarna hitam pula. Rossana tersenyum sendiri melihat penampilan dari perempuan itu,
“Di siang hari yang sangat panas begini, kok memakai pakaian yang didominasi warna hitam, apa tidak tambah kepanasan? Bukankah warna hitam menyerap panas?” pikir Rossana penasaran.
Tapi ia merasa heran, kenapa si perempuan mencoba menghentikan bus di luar halte, padahal letak haltenya tidak jauh darinya. Setelah melewati perempuan tersebut, sang supir kemudian menghentikan bus-nya tepat di halte tidak jauh dari tempat perempuan itu berdiri, sesaat kemudian ada tiga orang laki-laki yang masuk ke dalam bus.
“Ah, mungkin perempuan itu malas berada di satu halte dengan para penumpang laki-laki yang baru masuk ke dalam bus tadi...” kata Rossana dalam hati.
Tapi agak aneh juga rasanya, hanya beberapa meter dari halte bus TransJogja, namun perempuan itu tidak bergeming sedikitpun untuk berlari atau paling tidak berjalan secepatnya menuju bus yang ditumpangi Rossana. Rossana pun bergumam lirih,
“Huh, sombong sekali perempuan itu, apa nggak mau capek sedikit dan berjalan mendekati bus?”
Beberapa saat kemudian, bus TransJogja pun akhirnya pergi meninggalkannya.
Setelah berjalan beberapa saat, bus pun melewati simpang Malioboro, dan pada saat mendekati Malioboro Mall, bus yang ditumpanginya terpaksa berjalan pelan lagi karena situasi jalanan yang macet karena padatnya kendaraan yang melintas di jalan Malioboro.
Tak jauh dari situ berdiri seorang perempuan, dan
“Astaga… i..itu kan perempuan yang tadi?” pikir Rossana dengan keheranan.
Ia yakin sekali bahwa perempuan itu adalah yang tadi dilihatnya sebelum lampu merah di jalan Malioboro tadi, bajunya, kacamatanya, rambutnya dan payungnya… pokoknya semuanya sama persis.
Rossana mencoba untuk meyakinkan penglihatannya dengan membuka matanya lebar-lebar,
“Apa iya sih, apa itu perempuan yang tadi? Ah ini pasti hanya kebetulan saja…” pikir Rossana.
“Tapi bagaimana bisa? Mukanya sama, rambut dan kacamatanya sama, pakaiannya pun juga sama dengan yang tadi dia pakai...?” gumamnya masih dengan nada keheranan.
Selama berada di dalam bus, timbul pertanyaan-pertanyaan aneh yang menyelinap dalam benak Rossana. Namun pada akhirnya ia menyimpulkan bahwa itu semua mungkin hanya halusinasi saja, karena udara yang begitu panas dan ia sendiri sudah kelelahan, sehingga menyebabkan dirinya berpikir yang bukan-bukan.
Akhirnya bus yang ia tumpangi kembali berjalan dengan kecepatan normal setelah melewati zona padat lalu-lintas. Dan sama seperti yang ia lihat sebelumnya, perempuan itu hanya berdiri saja tidak bergeming sedikitpun untuk berusaha berlari ke halte agar tidak ketinggalan bus lagi.
Bus kemudian melewati perempatan besar dimana di situ ada gedung BI, kantor pos besar, dan ada sebuah benteng peninggalan Belanda, kalau tidak salah namanya benteng Vredeburg. Di sebelahnya lagi ada taman bermain untuk anak-anak namanya Taman Pintar.
Tak terasa bus sudah sampai di halte berikutnya. Suara berisik dari salah satu penumpang yang hendak turun membuyarkan pikirannya, saat itu juga Rossana segera memberikan jalan kepada penumpang yang akan turun. Dan seperti biasanya Rossana selalu menyempatkan diri melihat ke arah luar bus.
Tapi…
“Astaga!!!”
Di sisi jalan dekat pagar kawat berduri, tepat di depan pintu bus yang menghadap langsung ke arahku, berdiri seorang perempuan, dan perempuan itu adalah perempuan yang kulihat tadi. Baju, rambut, dan kaca-matanya sama persis, karena berhadap-hadapan cukup dekat (tidak sampai 4 meter), maka Rossana bisa melihat dengan jelas wajah perempuan berkostum serba hitam itu.
Perempuan tengah baya itu berhidung bulat, tidak mancung, mukanya pucat pasi, dan dia tersenyum menatap ke arah Rossana. Selama beberapa detik berikutnya Rossana terkesima, ia hanya bisa diam tak bergerak dan bulu kuduknya terasa merinding disertai keringat dingin yang mulai mengucur deras.
Beberapa detik setelah itu Rossana terperanjat kaget karena merasakan ada tangan yang menepuk-nepuk bahunya, rupanya ibu yang duduk di sebelahnya telah memperhatikan dirinya agak lama.
“Ada apa, Jeng? Kok pucat, sepertinya sedang nggak enak badan, ya?” tanya ibu itu.
Rossana terdiam sesaat,
“Ahhh, enggak apa-apa Bu, tapi perempuan itu…” jawab Rossana sambil menunjuk ke arah perempuan berkostum serba hitam tadi.
Tapi… Rupanya perempuan itu telah menghilang entah ke mana.
Rossana hanya bisa bengong dan tidak percaya dengan apa yang ia alami hari itu. Benar-benar sebuah peristiwa yang tidak akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya.
No comments:
Post a Comment