Mitos tentang orang meninggal dan kemudian berubah menjadi hantu, sudah sering kita dengar dalam keseharian. Demikian pula dengan kisah mendiang mbok Bawon, warga Banyuwangi ini sempat menggegerkan warga di kampungnya. Konon kabarnya, saat ia meninggal, rohnya gentayangan menjadi hantu kurungan atau sangkar ayam besar berwarna putih yang menakutkan.
Cerita hantu kurungan di Banyuwangi tersebut banyak dikaitkan dengan kematian mbok Bawon, janda tua yang mempunyai ilmu kesaktian. Dan karena memiliki ilmu kesaktian itulah mbok Bawon pun jatuh sakit berkepanjangan hingga menua dan menjadi “kembange amben”, dimana semua aktivitas hidupnya dilakukan di tempat tidur, sehingga cukup merepotkan anak-anaknya. Sedangkan warga desa terus bergunjing bahwa wanita tua itu tak kunjung meninggal karena memiliki ilmu sakti yang tidak bisa dilepaskannya dan juga karena ia memiliki sejumlah prewangan.
Cerita tentang kesaktian mbok Bawon itu juga tidak lepas dari ilmu yang dimiliki oleh almarhum suaminya yang juga dikenal sebagai dukun sakti. Namun sejak ditinggal mati oleh suaminya tujuh tahun lalu, mbok Bawon mulai sakit-sakitan. Sejumlah orang pintar dan dukun sudah dimintai pertolongannya untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh mbok Bawon. Bahkan berbagai jamu dan ramuan-ramuan Jawa sudah diminumkan oleh anak-anaknya agar ia sembuh. Toh, yang terjadi malah sebaliknya, justru setiap malam mbok Bawon malah ndleming atau mengigau (meracau), berbicara sendiri tak tentu arah.
Terkadang dia menyebut nama-nama pusaka, lalu hewan dan jenis tanaman-tanaman tertentu. Awalnya omongan aneh itu membuat anak-anaknya dan juga para tetangga bingung, namun seiring dengan bergulirnya waktu, orang-orang mengangapnya sebagai hal yang biasa saja. Genap setahun kemudian, mbok Bawon meninggal dunia setelah didahului oleh beberapa tanda-tanda aneh diantaranya adalah kicauan burung Dares selama tujuh hari tujuh malam. Karenanya ketika mbok Bawon meninggal, orang-orang desa itu pun semakin miris. Apalagi kabar yang santer beredar mengenai roh gentayangan wanita itu membuat suasana di desa itu semakin hari semakin mencekam.
Sejak munculnya hantu mbok Bawon, orang-orang menjadi enggan keluar rumah. Anak-anak kecil yang biasanya selepas Maghrib mengaji di surau pun kini dilarang oleh orang tuanya karena takut oleh hantu kurungan. Biasanya hantu ini muncul setelah Maghrib menjelang Isya. Kurungan itu sering muncul di tempat-tempat angker di sekitar tempat almarhumah tinggal. Menurut para saksi mata yang melihatnya, kurungan itu awalnya berukuran kecil, namun lambat laun membesar dan kemudian...
“Hlapp... Plasss!”
Hantu kurungan itu pun hilang ditelan gelapnya malam.
Salah satu yang ketiban apes karena hantu mbok Bawon adalah bu Sukadmi, seorang warga yang tinggal tidak jauh dari rumah keluarga almahumah mbok Bawon.
Begini kisahnya... malam itu ia mengantar anak perempuannya yang bernama Sumiyati untuk mandi di sumur yang terletak di kebun jagung dekat kandang ayam di belakang rumahnya. Kamar mandi darurat tersebut terbuat dari bedengan seng, yang juga dijadikan sebagai pembatas antara sumur dan tempat madi. Tak jauh dari tempat itu, terdapat pohon jambu biji yang di bawahnya ada jublangan peceren atau tempat pembuangan akhir air comberan. Nah, pohon jambu biji ini merupakan pohon klangenan almarhumah mbok Bawon. Karenanya semasa masih hidup, mbok Bawon paling suka duduk berlama-lama di bawah pohon jambu biji tersebut. Hal itu sering dilakukannya sebelum sakit parah.
Ketika Sukadmi mengantarkan putrinya mandi, ia hanya membawa lampu senthir atau lampu minyak. Ketika mengisi bak mandi sampai penuh tak ada peristiwa menakutkan. Sukadmi pun sebelumnya sudah bercerita kepada putrinya soal kematian mbok Bawon yang kabarnya menjadi hantu. Karenanya, Sumiyati berpesan kepada ibunya agar selama dirinya mandi ia tetap ditunggui, jangan sampai ditinggal pergi. Tapi apa mau dikata, saat Sumiyati mandi, tiba-tiba Sukadmi melihat kurungan persis di bawah pohon jambu.
Untuk meyakinkan kalau itu benar-benar kurungan, Sukadmi mencoba melihat lebih dekat hanya dengan bermodalkan lampu senthir yang dibawanya. Setelah berhasil mendekat dan mengamati dengan seksama, ternyata...
Oh... ternyata kurungan itu bukan terbuat dari bambu, melainkan berupa kain kafan. Awalnya, kurungan itu kecil. Tapi lama-kelamaan membesar dan kemudian...
“Hlapp... Plasss!”
Kurungan itu pun menghilang bagai asap tertiup angin, ditelan kegelapan malam. Melihat itu semua, sontak Sukadmi kaget bukan kepalang. Lampu senthir yang ada di tangan kanannya, jatuh dan pecah. Ia pun melolong dan berteriak dengan histeris.
“Seeetttaannnnn...!”
Sukadmi terus berteriak-teriak seperti orang kesetanan hingga suaranya habis. Dan kemudian...
“Brukkk...!”
Tubuhnya langsung lemas, dan ia pun jatuh pingsan. Sedangkan Sumiyati yang sedang mandi menjadi kebingungan. Sesaat setelah mendengar teriakan ibunya dari bawah pohon jambu itu, maka hanya dengan pakaian seadanya dan hampir telanjang ia segera berlari menuju ke sumber suara tadi. Ternyata disana sudah ada bapaknya yang kemudian membopong ibunya untuk dibawa pulang ke rumahnya.
No comments:
Post a Comment