Thursday, December 19, 2019

Misteri di Pondok Gunung (Medan)

Kisah ini merupakan kisah horror dari Medan. Dimana dua orang perempuan pendaki gunung mengalami beberapa masalah dalam pendakian dan terisolasi di sebuah pondok di lereng gunung yang keramat.

Suatu hari dua orang gadis pendaki yang bernama Mindo Rosmanita Harahap dan Yunidar Karim sedang berwisata-petualang yaitu mendaki gunung. Ini adalah kegiatan olahraga yang sangat mereka sukai dan nikmati. Selama bertahun-tahun, mereka telah menjadi pendaki gunung yang cukup berpengalaman. 

Pada hari itu, mereka mulai mendaki gunung dengan cuaca yang cukup bersahabat, namun ketika mereka sampai di puncak gunung tiba-tiba cuaca berubah dan angin menjadi sangat dingin.

Di sebuah lereng yang terjal tiba-tiba Yunidar kehilangan pijakan dan ia jatuh meluncur sekitar 20 meter di sepanjang lereng gunung yang berbatu terjal. Namun tangannya berhasil menangkap ranting yang cukup kuat dari sebuah pohon dan akhirnya berhenti meluncur. Dengan tertatih-tatih Yunidar kemudian merangkak ke tepian lereng yang aman. Dia merasa sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhnya akibat terbentur di bebatuan itu, dan dia baru menyadarinya bahwa ia mengalami patah tulang di kakinya pada saat ia berhasil menemukan tempat yang aman. Hal itu terlalu menyakitkan baginya untuk kembali menuruni gunung. 

Dengan perjuangan yang sangat keras, perlahan kedua gadis itu berhasil membuat jalan mereka ke arah timur dan sampailah di sebuah pondok yang kecil di sisi gunung. Di dalam pondok itu, mereka menemukan perapian dengan tumpukan kayu kecil di sampingnya, toilet, dan sebuah lemari yang berisi penuh dengan kaleng kacang-kacangan dan ikan tuna kaleng.

“Aku akan kembali ke base-camp dan memanggil bantuan,” kata Mindo.

“Kau sebaiknya tinggal disini. Apakah keadaan kamu sudah mulai membaik?” lanjut Mindo lagi.

“Aku akan baik-baik saja,” kata Yunidar, sambil mengaduh kesakitan saat ia merasakan pedih di kakinya yang terluka.

“Cepatlah kembali, hanya kamu yang bisa menolongku,” kata Yunidar lagi. 

Ketika itu Mindo mulai meninggalkan temannya di kabin dan memulai perjuangan yang keras dan berbahaya untuk kembali menuju ke kaki gunung.

Pada saat ia mencapai pos penyelamatan di kaki gunung, hari sudah terlalu gelap untuk mengirim sebuah tim rescue yang akan menjemput Yunidar. Mereka mengatakan, bahwa mereka harus menunggu sampai fajar tiba, saat itu Mindo sangat kelelahan dan menghabiskan malam tanpa tidur dan mengkhawatirkan Yunidar yang sendirian di pondok itu. Maka ketika fajar tiba, tanpa menunggu lagi Mindo bersama tim rescue langsung berangkat. Tidak sampai dua jam kemudian, Mindo sudah tiba kembali di pondok gunung itu dengan petugas penyelamat. Mereka kemudian menghubungi posko agar mengirim helikopter ke lokasi pondok di gunung itu.

“Yunidar! Aku kembali,” teriak Mindo. 

Tapi ketika dia membuka pintu pondok itu, temannya tidak ada di dalam. Mindo sangat bingung, tapi kemudian ia melihat pintu toilet tertutup rapat. Mindo pun mengetuk pintu tersebut,

“Yunidar! Ayo! Bantuan telah tiba.” 

Tidak ada jawaban sama sekali. 

Dia mencoba membuka pintu, tapi pintu itu terkunci. Dia terus mengetuk, tapi tak ada jawaban dari Yunidar.
Dengan bantuan dari tim penyelamat, Mindo berhasil membuka kunci pada pintu toilet. Tapi begitu pintu terbuka, mereka melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Yunidar duduk di lantai toilet, dengan kulitnya yang sangat pucat keriput dan rambutnya telah berubah menjadi putih merata entah disebabkan oleh apa, dan matanya melotot, terlihat seperti dalam keadaan shock, dan lengannya sangat dingin sekali seperti es sedang dalam posisi merangkul tubuhnya sendiri seolah mencoba melindungi diri dari sesuatu. 

Jelas bahwa dia sudah meninggal.

Penyebab kematian gadis malang itu masih belum diketahui. Apakah yang menyebabkan sampai dia mati ketakutan. Apakah pelakunya seseorang atau sesuatu yang membuat ia sangat ketakutan sehingga mati mendadak. Apakah yang terjadi pada malam hari di pondok itu? 

Hingga hari ini, tak ada seorang pun yang memiliki jawaban dari kematian gadis malang itu. Dan kematian itu pun tetap menjadi misteri yang tertinggal di pegunungan.

No comments:

Post a Comment

La Planchada