Thursday, December 19, 2019

Si Cantik Itu Ternyata Hantu (Medan)

Kejadian ini sudah lama terjadi. Lima belas tahun yang lalu, saat Hermansyah hendak pulang kuliah. Karena saat itu malam Sabtu dan esoknya adalah hari Minggu dan tidak ada jam kuliah, ada satu kegiatan rutin yang biasa dilakukannya, yakni mampir dulu untuk sekedar mencari hiburan.

Pada saat itu, kebetulan ada kuliah umum sehingga sampai petang baru selesai. Setelah shalat Maghrib di masjid kampus, ia langsung pergi berjalan-jalan dengan tujuan akhir nonton bioskop. Kebetulan malam itu judul filmnya cukup menarik untuk ditonton.

Pemutaran film dimulai pada jam 22.00, dan film yang diputar cukup menegangkan. Kurang lebih satu setengah jam, jantungnya dibuat deg-degan melihat adegan film horror tersebut. 

Film selesai pukul 23.30, tampak Hermansyah keluar dari gedung bioskop dan bergegas menuju ke tempat mangkal omprengan alias angkutan umum pengganti di waktu malam.

Saat itu Hermansyah menunggu angkutan di sebuah perempatan dekat gedung bioskop. Suasana ketika itu cukup lengang karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul 24.00. Hanya segelintir orang yang tampak berseliweran, begitu juga mobil-mobil yang biasanya banyak berlalu-lalang, malam itu hanya ada beberapa saja yang melintas.

Pikiran sudah melayang entah kemana bersamaan dengan asap rokok yang mengepul dari mulut Hermansyah. Beberapa menit berselang ada suara halus menegur Hermansyah dari belakang, cukup mengagetkan memang. Tapi di satu sisi seperti percaya tak percaya, eh... ternyata ada seorang perempuan muda berkulit putih, cantik, tinggi, langsing dan berambut hitam nan panjang. 

“Mau kemana Bang,” tanya perempuan itu dengan suara yang lembut.

“Ke arah Selatan,” jawab Hermansyah enggan berterus terang. 

“Nona sendiri mau kemana malam-malam begini?” tambahnya

“Saya juga mau ke Selatan Bang,” jawab perempuan itu kalem, membuat Hermansyah sedikit tersipu.

Tidak lama kemudian, Hermansyah dan perempuan itu sudah berada di dalam angkutan yang menuju ke arah selatan, agak jauh melewati kampus Hermansyah. Aneh tiba-tiba saja kendaraan itu melaju, meskipun tidak ada penumpang lain. Tapi Hermansyah tidak peduli, yang ada hanya kebanggaan yang luar biasa, karena di sebelahnya duduk seorang perempuan yang sangat cantik dan asyik. 

Anehnya, hanya dalam hitungan menit angkutan tersebut sudah sampai di daerah pinggiran kota Medan. 

“Nona turun disini?” tanya Hermansyah. 

“Iya, Bang. Mmmm... bisa minta tolong temenin saya sampai di rumah nggak Bang? Sudah terlalu malam, dan saya merasa takut berjalan sampai ke rumah sendirian,” pinta perempuan itu.

 “Ooh, iya... iya... tidak masalah,” jawab Hermansyah bangga. 

Akhirnya mereka berdua turun dari angkutan dan berjalan beriringan dalam keheningan malam. Sesaat kemudian sampailah Hermansyah dan perempuan itu di sebuah perkampungan yang sunyi. Mereka berhenti di sebuah perempatan jalan, dimana terdapat gardu listrik yang besar dan sebuah rumah kecil di seberang gardu listrik tersebut.

“Itu rumah saya Bang, di seberang gardu listrik. Singgah dulu sebentar ya Bang,” kata perempuan itu ramah. 
Merekapun akhirnya tiba di rumah wanita cantik itu. Sesampainya di rumah, Hermansyah disuguhi beberapa potong kue dan air minum. Setelah beberapa saat kemudian Hermansyah pamit pulang. Sebelum pulang, perempuan itu berkata,

“Bang, besok bisa mampir ke sini nggak? Saya mau minta tolong benerin radio-tape saya yang rusak,” tanya perempuan itu.

 “Oh, iya... bisa... tentu bisa, lagipula besok saya tidak ada jam kuliah. Besok sekitar jam sembilan saya ke sini,” jawab Hermansyah. 

Esoknya, Hermansyah sengaja bangun pagi, mandi dan pakai wangi-wangian bergegas pergi ke rumah perempuan itu sesuai janjinya. 

Sesampainya di sebuah perempatan, Hermansyah terheran-heran karena di perempatan itu tidak terdapat gardu listrik dan rumah. Yang ada hanyalah pohon tua besar dan di seberang pohon tersebut terdapat sebuah batu besar yang bentuknya aneh dan tidak begitu jelas. Mungkin karena sudah banyak ditumbuhi lumut. Hermansyah pun berjalan menyeberangi jalan kecil itu untuk melihat batu itu lebih dekat. Namun sesampainya ia di dekat batu itu, Hermansyah sangat terperanjat, karena setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata batu besar itu adalah... sebuah batu nisan!

“Astagaaa... ini artinya semalam aku mampir di sebuah makam?! Dan perempuan itu? Apakah perempuan itu...?!”

Hermansyah tak sanggup lagi membayangkan yang lainnya, dan ia pun bergegas lari tunggang langgang, meninggalkan tempat itu tanpa berani menoleh ke belakang lagi.

No comments:

Post a Comment

La Planchada