Ini adalah pengalaman pribadi saat berkendara di malam hari ke Kota Batu, Malang. Saat itu memang sedang musim hujan. Kejadiannya sendiri telah berlangsung sekitar 3-4 bulan yang lalu. Beberapa waktu yang lalu, sepeda motor yang dikendarai Rinto ban belakangnya bocor karena memang sudah agak botak. Harusnya memang sudah waktunya ganti ban, tapi Rinto malas menggantinya. Alhasil, motor itu pun beberapa kali menyiksa pengendaranya dengan tambal lagi, bocor lagi, tambal lagi, dan... bocor lagi, terutama untuk ban belakangnya.
Dan dari sinilah kisah itu dimulai...
Memang di saat malam tiba, kadang di sekitar daerah Karang Ploso (arah ke Batu, jalan pintas ke Selecta) sering terasa begitu sepi dan dingin saat gerimis. Saat itu sekitar jam 19.00, Rinto melintas di daerah itu yang memang jalannya agak menanjak. Namun kali ini motor kok terasa kurang enak handlingnya. Dan setelah Rinto pacu terus kok malah tambah geyal-geyol. Rinto pun berhenti, dan setelah diperiksa... ternyata bannya bocor.
Wah, sudah ke sekian kali bocor lagi... bocor lagi... Sudah tekad mau ganti ban baru keesokan harinya, namun karena malam dan gelap akhirnya sepeda motor pun ia dorong. Sambil mendorong sepeda motornya, Rinto merasakan... kok sekitar jalanan disitu sepi. Dan akhirnya dengan agak sedikit merinding sampai juga di sekitar Kota Batu. Sudah pukul 21.00, cari tempat tambal ban jam segitu susahnya minta ampun, akhirnya mampir ngopi dulu di warung pinggir jalan. Sambil tanya sana sini, uh... tidak ada yang tahu tambal ban terdekat. Akhirnya setelah sekitar 1 jam istirahat dan berhenti di alun-alun, Rinto pun meneruskan perjalanan mencari tukang tambal ban.
Malam semakin larut, namun ketika mendapati ada tulisan tukang tambal ban 24 jam, hati Rinto pun girang bukan kepalang, tapi... tempatnya kok agak masuk ke dalam ya? Mana gang disitu gelap lagi...
Tapi... ah, masak laki-laki kok penakut. Akhirnya karena terpaksa harus menambalkan ban motornya maka Rinto pun akhirnya masuk ke lokasi tambal ban tadi. Disitu ada seorang laki-laki paruh baya dengan sopan menyambut Rinto.
“Tambal ban bisa Pak?” tanya Rinto.
Terlihat orang tadi memang sedikit bicara. Ia hanya menganggukkan kepala saja. Akhirnya tanpa berpikiran macam-macam, bapak tadi menambal ban motor Rinto. Setelah selesai, Rinto membayar sejumlah 10 ribu rupiah, dan kemudian Rinto pun langsung membawa motornya meninggalkan tempat itu sambil tak lupa mengucapkan terima kasih, dan pergi dari situ tanpa ada niat untuk menoleh lagi ke belakang... karena kok lama-lama Rinto jadi merasa merinding...
Singkat cerita, Rinto pun mengendarai motornya dalam perjalanan pulang ke rumah (sekitar 2 jam perjalanan). Sesampainya di rumah sudah jam 12 malam... sampai keesokan harinya tidak ada yang spesial ataupun aneh. Hanya saja, ketika itu Rinto sadar bahwa roda belakang motornya itu sekarang jarang bocor lagi, dan rasa penasaran pun semakin menjadi-jadi ketika Rinto mencoba mengingat-ingat ketika menambalkan ban motornya itu dimana dan tengah malam...?
Demi mengobati rasa penasarannya, maka di hari Minggu siang kemarin Rinto mencoba meyakinkan diri apakah tambal ban tadi benar-benar ada atau ghaib. Setelah “napak tilas” dan mencoba mengingat-ingat lokasi tempat ia menambalkan ban, kontan bulu kuduk Rinto jadi berdiri walau di siang bolong... karena tempat yang tadinya tempat tukang tambal ban itu ternyata adalah sebuah kuburan...
Hiiiiiiiiiiiii...!
Sungguh aneh tapi nyata. Bahwa Rinto memang telah menambalkan ban motornya pada malam hari di Kota Batu, jam 22.00 malam dan sampai saat ini pula ban motornya belum pernah bocor lagi.
Sumpah...!
Tentang tempat tadi... Rinto memang malas untuk kembali ke sana lagi. Bukan hanya karena tempatnya yang jauh (sampai 2 jam perjalanan), tetapi karena memang...
Hiiiiiiiiiiiiiii... serraaammm...!
No comments:
Post a Comment