Tuesday, December 10, 2019

Terselip ke Alam Ghaib (Malang)


Sebetulnya peristiwa ini sudah sangat lama terjadi dan Nur Romy Hidayat mengalaminya sendiri sekitar tahun 1997, ketika itu Romy dalam perjalanan dari kota Yogyakarta menuju ke kota Malang, Jawa Timur. Seperti kebiasaan yang ia lakukan jika ingin menempuh perjalanan ke luar kota, khususnya ke kota Malang di Jawa Timur, Romy selalu berangkat dari Yogyakarta pukul 21:00 dengan harapan sekitar pukul 06:00 pagi sudah sampai di tempat tujuan. 

Waktu itu Romy memang sering melakukan perjalanan dari Jogja menuju Malang, Kediri, atau Surabaya. Dan malam itu ia sengaja mencari bus antarkota yang berada di luar terminal, karena ia ingin bus segera berangkat tanpa harus menunggu penumpang penuh dulu seperti halnya bus-bus yang ada di dalam terminal. 

Tepat pukul 21:00 bus yang ditumpanginya mulai berangkat ke arah timur meninggalkan kota Jogja. Karena bukan hari libur dan saat itu malam hari, maka bus tidak terisi penuh sehingga masing-masing penumpang bisa duduk leluasa, satu orang bisa menguasai satu atau dua kursi, jadi sangat nyaman dan Romy melihat dalam kesempatan ini banyak penumpang yang bisa tidur dengan nyaman di kursi-kursi yang setiap deret hanya berisi satu orang. 

Begitu juga dengan Romy, sekali waktu ia menaikkan kakinya lalu duduk berselonjor dan sekali waktu ia tiduran, namun entah kenapa malam itu Romy tidak bisa memejamkan mata. Ia ingin sekali memejamkan mata, namun tetap saja tidak bisa tertidur, padahal biasanya Romy termasuk orang yang cepat bisa tidur ketika sedang berada di kendaraan umum. 

Waktu demi waktu berlalu, bus antarkota, yang ia tumpangi memang terkenal berani. Sopirnya demikian terampil menyalip aneka kendaraan, baik kendaraan kecil maupun besar. Dan bus itu bisa menyalip dari kanan ataupun kiri dengan tenangnya. Rupanya sang sopir sudah begitu hapal setiap lika-liku jalan yang dilaluinya, jadi dengan beraninya dia menyalip aneka kendaraan tidak peduli itu di tikungan tajam atau melanggar marka jalan. 

Yaah, itulah realitanya, padahal di dalam bus itu sudah terpampang tulisan cukup besar dan terbaca jelas.
“Jika Pengemudi Ugal-ugalan dan Membahayakan Penumpang, Silakan Laporkan ke: xxxxxxxx.” 

Namun ternyata itu hanya slogan saja, karena sopir tetap saja ugal-ugalan dan penumpang pun juga tidak banyak yang mau peduli. 

Setelah menempuh perjalanan kira-kira sekitar 6 jam, Romy masih ingat betul dimana posisi saat itu berada, karena ia sama sekali tidak memejamkan mata, Romy duduk bersender di pinggir jendela sambil melihat pemandangan gelap di luar bus dari kaca jendelanya. Beberapa kali ia melihat pengendara motor yang mulutnya komat-kamit sambil menyodorkan kepalan tangannya. Romy berpikir itu pasti orang yang marah karena hampir dicelakai oleh bus yang ia tumpangi. Romy pun hanya bisa menegur sang sopir dengan sopan. 
“ Hati-hati Cak, jangan terlalu kencang, yang penting semua selamat,” kata Romy ketika itu.

Sang sopir tidak berkomentar apapun dan juga tidak menjawab teguran Romy, hanya sang kernet yang memberi kode ke Romy untuk tetap tenang. Akhirnya Romy pun membiarkan sang sopir mengemudikan bus dengan cara yang disukainya, Romy hanya bisa berdoa agar semua penumpang diberi keselamatan.

Tidak lama kemudian bus memasuki area hutan jati dimana kiri-kanan jalan sepi, tidak ada warung atau rumah penduduk. Romy masih sempat melihat sebuah pos kehutanan di sebelah kiri jalan sampai kemudian akhirnya, ia merasakan hawa yang sangat dingin menerpa sekujur tubuhnya, dingin dan sangat dingin hingga menusuk tulang. Romy kemudian bersedekap dan memeluk jaket yang tadinya ia lepas. Romy merasakan hawa dingin dari ujung rambut hingga ujung kaki, hingga beberapa detik kemudian ia merasakan ada hal aneh di sekitarnya. 

Romy menoleh ke samping, di deretan kursi di sebelahnya terlihat penumpang duduk dengan tegak, kepala tertunduk dan Romy melihat muka yang berwarna putih dan pucat. Romy tidak merasa kaget namun hanya berpikir, 

“Kenapa orang itu, apakah sakit?” tanya Romy dalam hati. 

Kemudian ia menoleh ke belakang, beberapa deret kursi ke belakang pemandangannya sama dengan kursi di sebelahnya, semua penumpang duduk dengan badan tegak, kepala tertunduk ke bawah dan semua wajahnya terlihat putih pucat. Romy mulai agak kebingungan.

“Lho, kenapa semua penumpang menjadi seperti ini?” pikir Romy. 

Kemudian Romy melongok ke depan ternyata semua sama kondisinya, akhirnya secara refleks pandangannya tertuju ke sopir yang tadi suka mengobrol dengan kernet dan tertawa-tawa, dan... 

Astagaaa...!

Ternyata sang sopir juga duduk tegak dengan kepala tertunduk ke bawah namun kedua tangannya masih memegang kemudi, sementara sang kernet duduk di sebelahnya dengan kondisi sama seperti penumpang yang lain. Romy merasa seolah-olah berada dalam sebuah bus yang membawa patung-patung manusia. Sunyi sepi tanpa ada suara apapun. Semua duduk tegak terdiam dengan wajah pucat. 

Romy belum bisa menyadari apa yang terjadi hingga akhirnya ia mulai merasakan keanehan pada bus yang ditumpanginya ini. Romy merasa yakin bahwa bus ini masih berjalan, namun jalannya sangat kencang, lurus dan tidak belak-belok. Pikiran Romy masih tetap merasa aneh, karena jalan di daerah itu kan berbelak-belok, tapi kenapa bus ini melaju kencang dan lurus. Dan ternyata kemudian Romy mulai menyadari bahwa bus ini selain melaju kencang dan lurus juga tidak menapak di aspal. Romy melihat pohon-ponon yang ada di sekitar, yang dilaluinya, ternyata hanya terlihat dari tengah ke atas. Sehingga Romy yakin bus ini berjalan mengambang. 

Dan akhirnya Romy langsung memperhatikan sopirnya. 

Astagaaaa...!

Ternyata sopir itu mengendalikan bus tanpa bergerak apa-apa, dia hanya duduk, diam dan kedua tangannya memegang kemudi sementara tidak ada gerakan apapun pada diri sopir tersebut. Artinya bus ini berjalan sendiri tanpa dikendalikan oleh sopir. Romy jadi tersadar bahwa ada yang tidak beres, ia mulai merasakan hawa dingin yang tadinya menjalar di sekujur tubuhnya berubah menjadi rasa dingin yang mengerikan yang membuat semua bulu kuduknya berdiri. 

Romy merasa ia sudah berada di sebuah keadaan yang tidak wajar. Ia merasa bahwa saat itu ia sudah berada di alam lain. Alhamdulillah, Romy masih bisa berpikir sehat, akhirnya di tengah-tengah hawa dingin yang menusuk tulang dan bulu kuduk yang merinding Romy mencoba untuk membaca beberapa surat pendek yang ia hapal dan juga ayat kursi. Romy membacanya berulang-ulang dan berkali-kali sambil ia melirik deretan bangku di kanan dan di belakangnya. 

Tiba-tiba, “Klap...!”

Tiba-tiba Romy merasa seperti dilempar dan tersadar bahwa ia sudah kembali ke dalam bus yang ditumpanginya sebelumnya. Romy melihat di sebelah kanannya ada 2 penumpang yang satu tidur sementara yang satunya duduk biasa. Sangat berbeda dengan tadi dimana mereka duduk dengan kaku dengan kepala tertunduk. 

Saat ia melihat ke belakang, deretan bangku masih terisi penumpang, ada yang tidur dan ada yang ngobrol. Dan semua terlihat wajar normal, sangat berbeda dengan kondisi yang ia lihat tadi. Alhamdullilah... Romy merasa sudah kembali ke alam nyata. Ia melihat sopir ternyata tidak tidur, dia masih asyik mengemudi sambil ngobrol dengan sang kernet. 

Romy hanya bisa terheran-heran, apa yang sudah terjadi pada dirinya barusan?

Akhirnya setelah 10 jam perjalanan, sampailah Romy ke Kota Malang yang ia tuju. Romy turun dan langsung pindah angkot menuju tempat yang akan ia kunjungi. Sekitar jam 12 siang, Romy, mencari makan di warung yang kebetulan ada pesawat televisinya. Saat itu kebetulan sedang ada siaran berita, dan disiarkan bahwa tadi malam ada sebuah kecelakaan bus antar kota antar propinsi yang mengakibatkan bus terbakar dan hampir semua penumpangnya terbakar di dalam bus tersebut. 

Ketika melihat berita ini Romy jujur sangat tertarik namun ia tidak menyadari bahwa berita ini ada kaitannya dengan peristiwa yang tadi malam ia alami. Saat itu Romy hanya menganggapnya berita kecelakaan biasa saja. Beberapa hari kemudian, Romy kembali harus pulang ke Jogja, dan kali ini perjalanannya ia lakukan di siang hari. Dan ternyata disinilah Romy menemukan jawaban dan korelasinya antara berita kecelakaan maut itu dengan pengalaman ghaib yang ia alami. 

Dalam perjalanan di siang itu tanpa sengaja Romy melihat bangkai bus yang terbakar dan kebetulan semua penumpang juga ramai membicarakannya. Bus berjalan perlahan melewati bangkai bus yang terbakar tersebut dan semua penumpang melongok ke kaca jendela termasuk Romy.

“Ya ampun...”

Romy merasakan jantungnya berdebar-debar. Ia merasa bahwa bus itu tidak asing bagi dirinya. Akhirnya dengan perlahan bus meninggalkan area kecelakaan tersebut dan anehnya, sepanjang jalan yang ia lewati Romy merasa pernah melewati jalan itu dengan suasana pohon, rumah dan jalan yang sama. 

Ooooh...! 

Akhirnya Romy pun paham.

Jadi malam itu ketika Romy terselip masuk ke alam ghaib, hal itu terjadi beberapa saat sebelum bus yang ditumpanginya melewati bangkai bus yang terbakar tersebut dan ia kembali tersadar setelah berada beberapa meter dari lokasi bus yang terbakar tersebut. Romy jadi berpikir.

Apakah yang ia alami itu hanya sekedar mimpi, atau ia benar-benar telah masuk ke dunia “lain” pada malam itu? 

Sampai sekarang pun Romy masih penasaran. Apakah sekedar mimpi atau jiwanya berpindah sementara ke alam “lain”. Peristiwa itu sudah cukup lama terjadi, namun Romy masih merasa bahwa kejadian itu belum lama terjadi. 

No comments:

Post a Comment

La Planchada