Sunday, March 22, 2020

Jrangkong Gentayangan


Kejadian ini terjadi ketika Zaenal masih duduk di bangku kelas lima SD. Namun sampai sekarang kejadian itu masih saja membekas dalam ingatannya. Begini kisahnya. Pada masa itu, di dalam ruangan kelas lima terdapat alat peraga berupa “jerangkong” atau kerangka tubuh manusia. Meskipun bukan kerangka tubuh manusia yang sebenarnya, tetapi hanyalah imitasi yang terbuat dari bahan plastik, tetapi Zaenal selalu merasa aneh bila melihat jerangkong itu. Pernah suatu ketika saat istirahat sekolah, semua temannya bermain diluar. Ia sengaja masuk kelas untuk mengambil sesuatu di tasnya. Pada saat itu seperti ada yang memperhatikannya, tapi tidak ia hiraukan. Sempat ia melirik ke arah tempat jerangkong itu berdiri, agak merinding juga. 

“Ah siang bolong begini, mana ada hantu,” pikir Zaenal ketika itu. 

Kemudian Zaenal segera bergegas keluar lagi setelah mendapatkan sesuatu yang ia cari di dalam tasnya. 

Suatu ketika sekolah tempat Zaenal menuntut ilmu mengadakan kegiatan kemah Sabtu-Minggu yang diikuti oleh siswa kelas tiga sampai kelas lima. Kemah diadakan di lapangan depan sekolahan. 

Ketika hari-H tiba, semua murid bersuka cita menyambutnya. Mereka mendirikan tenda-tenda di lapangan mengikuti kelompoknya. Menjelang siang semua tenda sudah berdiri semuanya dan masing-masing dihias seindah mungkin agar menang dalam lomba tenda terindah nantinya. Banyak kegiatan menarik yang telah diprogramkam oleh kakak-kakak pembina. Dan di Sabtu siang itu, tak satupun dari semua peserta kemah yang sempat bengong dan bersantai-santai di dalam tenda. Semua ikut berpartisipasi dalam acara kegiatan yang ada. 

Sabtu malam jam 19.30 adalah acara Api Unggun. Semua peserta kemah wajib mengikuti kegiatan tersebut. Ketika apel bersama di acara Api Unggun itu juga disinggung bahwa selepas kegiatan Api Unggun, akan diadakan kegiatan selanjutnya, yaitu “Jeritan Malam”, sebuah kegiatan yang ditujukan untuk melatih keberanian. 

Sebagian siswa terutama yang perempuan sudah merasa merinding mendengarnya. Hal ini karena mereka mendengar dari teman-temannya bahwa pada kegiatan kemah tahun lalu, acara Jeritan Malam-nya sangat menakutkan. Ada kakak pembina yang menyamar menjadi pocong, ada tawa cekikikan kuntilanak, serta suasananya dibikin horror beneran. Bahkan kabarnya ada beberapa siswa yang pingsan saking takutnya.

Di tengah Zaenal mengikuti kegiatan Api Unggun tersebut, ia merasa ingin buang air kecil. Setelah minta ijin kepada kakak pembina, Zaenal pun diijinkan pergi ke toilet sekolah tapi tidak boleh ditemani. Akhirnya Zaenal berangkat ke toilet sendiri. Toilet itu letaknya bersebelahan dengan ruang kelas lima. Saat Zaenal melewati ruang kelas itu, tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, bayangan jerangkong yang ada di dalam ruang kelas itu. 

Jantung Zaenal berdegup keras, ia mencoba melirik ke dalam ruangan kelasnya. Jerangkong itu masih berdiri di tempatnya, tepatnya di sebelah kanan meja guru. Zaenal mencoba memberanikan diri untuk bergegas ke toilet. Setelah selesai dari toilet, jantungnya kembali berdegup saat melewati ruang kelas itu lagi. Kembali ia melirik ke dalam ruang kelasnya itu, dan ternyata jerangkong itu masih ada di tempatnya. Lalu Zaenal berlari menuju ke tempat kegiatan Api Unggun tadi. 

Sesampainya di tempat kegiatan Api Unggun, tiba-tiba pikirannya kembali ke jerangkong itu lagi. 

“Sepertinya, sebelum aku pergi ke toilet jerangkong itu berada di sebelah kanan meja guru. Tapi setelah aku selesai dari toilet kok sepertinya jerangkong itu berada di sebelah kiri meja guru ya?” kata Zaenal dalam hati. 

Zaenal mencoba mengingat-ingat dan menerka-nerka lokasi keberadaan jerangkong tadi, sebelah kanan meja atau sebelah kiri meja. Namun tiba-tiba... 

“Ddhuuer... Ddhuuer... Dhueerrr...!!!” 

Terdengar bunyi petir yang sangat keras menyambar-nyambar diikuti nyala kilat, sepertinya mau hujan deras. 

Sesaat kemudian turun hujan sangat lebat dan angin bertiup kencang sekali hingga merobohkan sebagian besar tenda mereka. Oleh kakak pembina, semua peserta kemah diperintahkan masuk ke dalam gedung sekolah. Untuk siswa kelas tiga perempuan menempati ruangan kelas satu, sedangkan yang laki-laki menempati ruangan kelas dua. Untuk siswa kelas empat perempuan menempati ruangan kelas tiga, sedangkan laki-laki menempati ruangan kelas empat. Dan untuk siswa kelas lima perempuan menempati ruangan kelas lima, sedangkan laki-laki menempati ruangan kelas enam. 

Kemudian kakak pembina mengumumkan bahwa kegiatan Jeritan Malam dibatalkan karena hujan deras. Sontak semua siswa bersorak-sorak gembira, kemudian mereka masuk ke dalam ruang kelas yang sudah ditentukan tadi untuk istirahat malam.

Menjelang tengah malam, Zaenal terbangun. Suasana begitu sunyi senyap, semua temannya sudah terlelap tidur karena kelelahan. Tiba-tiba terdengar suara klik-klak... klutak-klutik... klik-klak... klutak-klutik... kemudian dari balik jendela ruang kelas Zaenal melihat bayangan jerangkong sedang berjalan. Dengan jantung deg-degan Zaenal bergegas kembali tidur, dengan wajah dan seluruh tubuh ia tutupi dengan selimut. Suara jerangkong berjalan itu semakin jelas terdengar, sepertinya suara itu memasuki ruangan kelas ini. Zaenal mencoba mengintip dari balik selimutnya. 

“Astaga!! Benar, jerangkong itu berjalan memasuki ruangan kelas ini,” jerit Zaenal dalam hati.

Zaenal sengaja tidak berteriak dan pura-pura tidur agar jerangkong itu tidak melihatnya. Setelah mengelilingi ruangan kelas, akhirnya jerangkong itupun pergi keluar. Hhmm... Zaenal merasa sedikit lega, dan ia mencoba untuk tidur kembali karena besok masih banyak kegiatan yang harus diikuti.

Baru saja Zaenal memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara menjerit histeris dari arah ruang kelas tiga, selang beberapa saat terdengar suara tertawa kuntilanak tapi anehnya suaranya terdengar seperti suara dari sebuah rekaman, beberapa saat kemudian terdengar jeritan,

“Pocoong... pocoong... pocoong...!!”

Semua murid pun terbangun dan berhamburan keluar... ternyata pocong jadi-jadian. Salah seorang kakak pembina sengaja menyamar jadi pocong dan ternyata itu merupakan kegiatan Jeritan Malam yang tadi dibatalkan.

Esok paginya kami semua berbenah dan memperbaiki tenda-tenda yang rusak untuk dibetulkan. Sembari berbenah Zaenal bertanya kepada salah satu kakak pembina. 

“Kak, semalam katanya tidak ada kegiatan jeritan malam? Kenapa semalam ada yang menyamar jadi pocong?” tanya Zaenal.

“Yah, biar seru, tapi kali ini tidak ada yang pingsan kan?” jawab kakak pembina. 

“Lalu siapa tadi malam yang menyamar jadi pocong?” tanya Zaenal lagi. 

“Kak Pramono,” jawabnya. 

“Terus, siapa yang jadi jerangkong dan jalan-jalan di ruangan kelas?” tanya Zaenal penasaran. 

“Jerangkong apa? Hantunya cuma satu kok. Cuma pocong saja,” jawabnya sambil berjalan meninggalkan Zaenal menuju ke tenda sebelah. 

Zaenal masih penasaran dan mencoba menanyai semua teman-temannya yang semalam tidur di ruang kelas yang sama seperti Zaenal, namun mereka semua menjawab sama, “Tidak pernah melihat jerangkong berjalan-jalan.”

No comments:

Post a Comment

La Planchada