Tuesday, March 17, 2020

Keramat Makam GRAy Yudarana di Gunung Mijil (Klaten)

Ibaratnya banyak jalan menuju Roma, cara yang ditempuh orang mendapatkan berkah bisa dilakukan bermacam-macam. Salah satu cara ditempuh sebagian masyarakat yang masih berlaku sampai sekarang adalah mendatangi tempat-tempat keramat seperti kompleks pemakaman Hargamulya yang berada di puncak Gunung Mijil, Klaten. 

Di tempat ini terdapat sebuah makam yang menurut kepercayaan masyarakat setempat sebagai persemayaman GRAy Yudarana. Dia masih ada hubungan keluarga dengan kerabat keraton Surakarta saat ini. Kebiasaan para pengunjung yang mendatangi makam, mereka bukan sekedar mencari berkah.

Namun, lebih dari itu mereka datang dengan tujuan khusus, yakni untuk mendapatkan pusaka. Konon, di kawasan sekitar makam masih banyak bertebaran pusaka-pusaka bertuah yang diperkirakan milik kerabat keraton Surakarta yang melarikan diri saat diserang pemberontak. Pusaka-pusaka tersebut bisa dimiliki siapa saja kalau memang sudah menjadi keberuntungannya (warisan).

Lokasi makam Hargamulya, berjarak sekitar 15 km dari arah kota Klaten. Sehingga jalur tempuh menuju ke sana tidaklah terlalu sulit. Cukup dengan naik kendaraan umum, pengunjung akan bisa sampai ke lokasi tersebut. Bahkan, keberadaan makam keramat yang dipercayai pusat ngalab berkah warga setempat itu cukup dikenal. Memudahkan siapa saja yang mendatanginya tidak akan kesulitan menemukan lokasinya.

Menurut cerita masyarakat setempat, asal mula nama gunung tersebut diberi nama mijil (muncul, red), konon karena gunung itu dengan sendirinya muncul dari dalam tanah. Gunung ini memiliki catatan sejarah sendiri, baik pada masa penjajahan Belanda maupun pendudukan Jepang. Sebab, di tempat itu dulu selalu dijadikan pesanggrahan (beristirahat) kaum penjajah. Sedang dari segi kekeramatannya, konon gunung tersebut merupakan tempat pertemuan para dedemit atau siluman.

Sosok ketokohan GRAy Yudarana oleh masyarakat setempat, dia dikenal sebagai putri dari kerajaan keraton Kartasura Hadiningrat. Kala itu tengah terjadi pemberontakan yang dilakukan RM Garendi yang dibantu etnis Cina. Karena kekuatan pemberontakan sangat besar, maka kerajaan Kartasura pun akhirnya dapat ditundukan. Sri Susuhunan Pakoe Boewono II, melarikan diri meninggalkan keraton beserta isinya.

Melihat keraton diduduki pemberontak, akhirnya keluarga lain pun ikut melarikan diri termasuk GRAy Yudarana, yang dalam pelariannya sampai ke gunung Mijil. Karena wilayah terpencil tersebut dirasa cukup aman dan nyaman untuk tempat tinggal, akhirnya ia pun menetap hingga akhir hayatnya.

Selain makam GRAy Yudarana, di tempat itu juga terdapat makam RM Brata Pinilih dan putranya RM Brata Kusuma yang memakai sebutan Ki Loka Jaya. Namun, dari semua makam tersebut hanya makam GRAy saja yang dikeramatkan dan sering diziarahi orang.

Biasanya mereka yang datang adalah pada malam Selasa Kliwon, Jum’at Kliwon, bulan Ruwah dan Sura sebagaimana kebiasaan di tempat-tempat lain. Tujuan yang disampaikan para peziarah bermacam-macam. Ada yang minta berkah, naik pangkat, penglarisan, ada pula yang mengkhususkan untuk mencari benda pusaka.

Selain terdapat makam, di Gunung Mijil juga dijumpai sebuah gua yang bisa dikatakan aneh. Menurut cerita masyarakat setempat, gua tersebut bentuknya seperti watu belah (batu dibelah) yang hanya bisa dimasuki satu orang. Itu pun ketika masuk tidak bisa berdiri secara wajar. Namun, harus dengan memiringkan badan.

Keberadaan gua ini tidak kalah keramat dengan makam GRAy Yudarana. Bagian dalam gua dipercayai sebagai tempat berkumpulnya bangsa lelembut siluman dan jin yang rata-rata punya kesaktian tinggi. Tidak jarang jika malam hari dari dalam gua kadang terdengar suara ledakan (mirip petasan) yang dipercayai sebagai efek dari kekuatan para lelembut yang beradu kesaktian.

Berkat kewingitan gua oleh pertama sering dijadikan tempat untuk menggelar ritual. Di samping orang biasa banyak yang datang untuk melakukan tirakat. Konon, tempat ini juga diakui warga setempat mujarab mendatangkan berkah bagi pemohon yang mengharap pada penunggu gua.

Seperti halnya tempat pemujaan lain, untuk melakukan tapa di gua gunung Mijil, mereka haruslah memiliki hati yang bersih dan keyakinan yang bulat. Jika tidak, maka godaan akan datang silih berganti. Kalau pun tidak kuat dapat berakibat stres berat atau hilang akal sehat (gila).

No comments:

Post a Comment

La Planchada