Sunday, March 22, 2020

Kereta Hantu (Purwokerto)


Malam itu Jamal pulang dari kantor lebih malam dari hari biasanya. Karena ada meeting mendadak. Sekitar pukul 22.00, Jamal baru bisa keluar dari kantor, dan ia bergegas menuju ke stasiun kereta api. Ia hendak pulang naik kereta jurusan Purwokwerto. Jarak dari kantornya menuju stasiun sangatlah dekat. Dari kantor Jamal berjalan kaki menuju ke stasiun kereta api. 

Waktu itu suasana sekitar sudah agak sepi, mungkin karena sudah malam. Jamal duduk di ruang tunggu, dan karena sangat kelelahan, tanpa sadar ia pun ketiduran. 

Beberapa saat kemudian ada seseorang membangunkan Jamal.

“Mas mau kemana? Bangun!! Ada kereta datang!!” 

Seketika Jamal terbangun, dan ia melihat di depan matanya ada kereta api berwarna hijau. Setahu Jamal kereta api ini lah yang terakhir berangkat ke Purwokerto. 

“Oh ya, saya mau ke Purwokerto. Terimakasih sudah membangunkan saya,” kata Jamal buru-buru, karena kereta akan segera berangkat.

Jamal langsung saja naik ke dalam kereta. Di dalam kereta, suasana terasa begitu sunyi sepi dan agak aneh. Hanya segelintir orang yang naik ke dalam kereta. Itupun duduknya saling berjauhan dan semua penumpang duduk dengan posisi kepala menunduk. Setelah mencari-cari ke kiri dan ke kanan, akhirnya Jamal melihat ada tempat duduk kosong di dekat pintu keluar gerbong. Ia pun langsung duduk di sebelah nenek-nenek yang kepalanya menunduk.

“Mungkin nenek ini sangat mengantuk sekali,” pikir Jamal. 

Anehnya, beberapa menit kemudian kereta sudah sampai di stasiun yang ia tuju. Padahal biasanya perjalanan yang harus ditempuhnya bisa memakan waktu sekitar 45 menit. Pada saat Jamal mulai berdiri, tiba-tiba kereta langsung berjalan kembali. Kontan saja Jamal menjadi panik, 

“Gimana sih, masa berhentinya cuma sebentar, tidak memberi kesempatan penumpang untuk turun!” teriak Jamal kesal.

 Tiba-tiba nenek di sebelahnya memegangi tangannya sambil berkata,

“Nak, kamu salah naik kereta.”

Mendengar itu spontan Jamal balik melihat ke arah nenek yang tadi duduk di sebelahnya, yang masih memegangi lengannya. 

“Maksud Ne...” belum sampai ia menyelesaikan ucapannya, Jamal langsung menjerit histeris karena melihat nenek itu mukanya seram sekali... setengah tulang pipinya kelihatan dan berlepotan darah. Bahkan kulitnya yang keriput itu banyak yang sobek tak beraturan. 

Jamal segera menepiskan pegangan tangan nenek itu dari lengannya dan memandangi sekitar. Semua penumpang menatapnya. Dengan wajah pucat pasi dan mengerikan, mereka semua menertawai Jamal dengan suara tertawa yang aneh mirip suara kuntilanak. Dengan panik Jamal bergegas berlari menuju ke pintu keluar. Sambil membaca-baca doa ia menggedor-gedor pintu itu agar terbuka. Tiba-tiba, 

“Bruk...!!” 

Jamal jatuh tersungkur di atas tanah, sepertinya ada yang telah mendorongnya dari belakang. Dari tempat ia terjatuh, samar-samar dilihatnya kereta api itu perlahan-lahan menghilang. Karena begitu kaget dan takutnya, Jamal pun langsung jatuh pingsan dan tak sadarkan diri. 

Keesokan harinya, Jamal terbangun dan sudah berada di sebuah kamar yang begitu asing baginya. Sesaat kemudian masuklah seorang kakek dengan membawa segelas air putih dan berkata,

“Sudah siuman rupanya? Minumlah air ini,” katanya sedikit memaksa.

“Dimana saya, dan Kakek ini siapa?” tanya Jamal penasaran. 

“Kamu di rumah kakek Nak, semalam kamu pingsan disitu,” jawab kakek itu sambil menunjuk ke sebuah komplek pemakaman. 

Ternyata kakek itu adalah juru kunci di sebuah makam tua di Purwokerto.

“Oooh... jadi semalam akuu...” Jamal tak sempat melanjutkan ucapannya, karena ia keburu jatuh pingsan lagi.

No comments:

Post a Comment

La Planchada