Sunday, March 22, 2020

Telaga Angker

Libur panjang telah tiba, inilah momen yang telah cukup lama dinanti-nantikan oleh Doddi dan ke tiga temannya yang lain yaitu Ryan, Fadli, dan Andon. Mereka berempat sudah lama merencanakan sebuah acara untuk mengisi liburan panjang ini. Mereka akan berkemah di dekat telaga yang lokasinya tidak begitu jauh dari kampung Ryan. 

Sesampainya di rumah Ryan, mereka berempat mulai menyiapkan segala sesuatunya. Keesokan harinya mereka pun mulai berangkat menuju ke telaga itu dengan membawa perlengkapan berkemah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setibanya di sana, ke-empat sekawan itu segera mencari tempat yang strategis untuk mendirikan tenda. 

Setelah berputar-putar kesana kemari dan mendapatkan tempat yang nyaman, mulailah mereka mendirikan tenda. Kemudian mereka merapikan segala peralatan yang dibawanya hingga senja pun tiba. Setelah seharian berkutat mendirikan tenda dan menyiapkan segalanya, mereka mulai merasa gerah dan kelelahan. Kemudian Ryan mengajak teman-temannya untuk mandi ke telaga agar terasa segar kembali. 

“Kalian bertiga pergi mandi dulu saja sana, nanti aku menyusul. Aku mau tiduran dulu sebentar sambil jaga tenda,” kata Doddi. 

Akhirnya Ryan dan kedua temannya pergi ke telaga duluan untuk mandi. Sedangkan Doddi asyik melepas lelah dengan tiduran sambil mendengarkan radio.

Beberapa saat kemudian, Ryan dan kedua temannya pulang dari telaga. Sesampainya di tenda, mereka menemukan Doddi sedang tertidur pulas di luar tenda di bawah pohon cemara, namun ia kelihatan tersenyum sepertinya sedang mimpi indah. 

“Hei... hei...!! Bangun... bangun… cepetan mandi keburu petang,” kata Ryan. Doddi dengan malasnya mencoba bangun dan mengucek-ucek matanya. 

“Hei Doddi, ayo cepetan buka matamu... tidur kok senyum-senyum. Kamu sedang mimpi ya?” kata Fadli.

“Iya, barusan aku bermimpi ketemu cewek cantik,” jawab Doddi masih setengah mengantuk. 

“Halah... belum mandi aja mimpi ketemu cewek, kasihan bener tuh cewek,” gurau Andon.

 “Sudah-sudah buruan mandi keburu petang,” tambah Ryan. 

“Jangan lupa bawa senter, sepertinya matahari sudah mau tenggelam,” kata Fadli mengingatkan.

Akhirnya Doddi pergi ke telaga untuk mandi. Saat itu hari sudah mulai gelap, matahari sudah hampir mau tenggelam. Sampailah Doddi di tepian telaga dan alangkah terkejutnya dia melihat seorang perempuan berwajah sangat mirip dengan perempuan yang ada dalam mimpinya tadi sedang mencuci baju.

“Hai... sedang mencuci yang Neng, buruan lho hari sudah mulai gelap,” sapa Doddi dengan gaya sok akrab. 
“Eh... iya Mas, ini juga sudah mau selesai kok,” jawab perempuan itu sedikit malu-malu. 

“Sedang berkemah juga ya Neng?” tanya Doddi. 

“Ah... enggak kok Mas, saya tinggal di kampung dekat telaga ini, di sebelah timur sana,” jawab perempuan itu sambil membereskan baju-baju yang selesai dicuci. 

“Oh iya, siapa namanya Neng?” tanya Doddi.

 “Nama saya Lanjar, Mas,” jawabnya pendek.

 “Oh, namanya Lanjar, kenalkan aku Doddi,” kata Doddi memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Lanjar pun menyambut dan menyalaminya. 

“Tangannya halus, tapi kok terasa dingin sekali? Ah, pasti karena habis mencuci,” pikir Doddi.

 “Sering ya Neng Lanjar mencuci di telaga ini?” selidiknya. 

“Iya Mas setiap sore saya mencuci disini. Maaf Mas, saya pulang duluan hari sudah mulai gelap,” pamit Lanjar.

 “Oh iya silakan, sampai ketemu besok,” jawab Doddi. Kemudian Doddi pergi mandi sambil bersenandung senang karena mimpi indahnya menjadi kenyataan.

Sementara itu di dekat tenda, Ryan dan kedua temannya sedang sibuk menyusun ranting-ranting kering untuk membuat api unggun.

 “Kok Doddi belum pulang juga ya, padahal hari sudah gelap begini?” kata Ryan bertanya-tanya.

“Wah, jangan-jangan si Doddi tersesat, dia kan belum hafal daerah ini,” seru Fadli dengan nada cemas.

 “Iya, kasihan si Doddi... dia sendirian di sana. Sebaiknya ayo kita susul saja,” usul Andon.

Ketika mereka mau menyusul Doddi, tiba-tiba ia muncul dari kegelapan dengan membawa senter berjalan menuju ke tenda sambil bersenandung riang seperti orang sedang kasmaran.

“Lama sekali kamu mandinya Dod, kami kira kamu tersesat,” tanya Fadli. 

“Iya nih si Doddi mandi aja kok lama sekali, begitu kembali malah nyanyi-nyanyi lagi, seperti habis ketemu bidadari saja,” gurau Andon.

Doddi hanya tersenyum saja menanggapi sindiran teman-temannya.

Malamnya mereka menyalakan api unggun sambil membakar ikan, singkong, dan jagung. Setelah semuanya matang dan mereka santap ramai-ramai sampai habis, kini giliran acara santai sambil mengobrol dan main gitar. Di tengah-tengah obrolan mereka, tiba-tiba Doddi menanyakan tentang Lanjar kepada Ryan.

“Hey Ryan, kenapa sih kamu tidak cerita kalau tetanggamu ada yang cantik mirip bidadari? Kamu takut ya kalau aku pacari duluan cewek itu hahaha...” tanya Doddi kepada Ryan sambil tertawa. 

“Maksudmu apa Dod, siapa yang kamu maksud?” jawab Ryan.

“Halaaah... jangan pura-pura nggak tahu deh, tetanggamu si Lanjar yang setiap sore nyuci di telaga, masak nggak kenal?” tanya Doddi.

Kemudian Doddi menceritakan pertemuannya dengan Lanjar saat pergi mandi tadi.

“Wajahnya mirip sekali dengan cewek yang aku impikan sebelum pergi mandi tadi...” kata Doddi.

“Nama lengkapnya kalau tidak salah Lanjar Nurlaila...” lanjut Doddi penuh semangat.

Spontan tubuh Ryan gemetaran mendengar nama itu, wajahnya langsung pucat pasi ketakutan.

“La... Lan... Lanjar N… Nurlaila katamu?” tanya Ryan gemetaran.

“Iya, emang kenapa kok kamu jadi gemetaran begitu, santai saja aku tidak akan merebutnya darimu hehehe...” canda Doddi.

“Sssttt...!! Hati-hati, jaga bicaramu, Lanjar Nurlaila sudah meninggal lima belas tahun yang lalu. Ia menceburkan diri ke dalam telaga karena dipaksa menikah sama bapaknya...!!” ujar Ryan setengah berbisik.
“A... aaa... apaa...???” tanya Doddi kaget. 

Spontan Andon dan Fadli yang tadinya asyik main gitar langsung berhenti begitu saja. Suasananya menjadi hening dan mencekam. Dan samar-samar terdengar suara cekikikan dari arah telaga, seolah-olah mentertawakan mereka berempat yang sedang ketakutan.

No comments:

Post a Comment

La Planchada